Universitas Lambung Mangkurat

LSF Sosialisasikan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri, Sasar Mahasiswa dan Civitas Akademika ULM

Lembaga Sensor Film (LSF) melaksanakan sosialisasi terkait Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di ULM

Penulis: Eka Pertiwi | Editor: Hari Widodo
Banjarmasinpost.co.id/Eka Pertiwi
Lembaga Sensor Film (LSF) melaksanakan sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri kepada mahasiswa dan civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat ULM), di Aula Rektorat ULM, Banjarmasin, Rabu (26/7/2023). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN – Lembaga Sensor Film (LSF) melaksanakan sosialisasi terkait Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri kepada mahasiswa dan civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat ULM), di Aula Rektorat ULM, Banjarmasin, Rabu (26/7/2023).

Kegiatan sosialisasi LSF menggandeng Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Hadir secara daring melalui ruang virtual zoom yaitu Ketua KPI Pusat Ubaidillah.dan Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan Evri Rizqi Monarshi.

Sementara itu, turut hadir secara langsung Rektor Universitas Lambung Mangkurat, Prof Dr Ahmad Alim Bachri, beserta jajaran.

Wakil Ketua LSF, Ervan Ismail menjelaskan, Lembaga Sensor Film (LSF) diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman untuk melakukan penyensoran film dan iklan film sebelum diedarkan atau dipertunjukkan hingga penerbitan Surat Tanda Lulus Sensor (STLS).

Namun, bebernya tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, berpengaruh besar terhadap peredaran dan pertunjukan film. 

sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri.
Rektor ULM, Prof Dr Ahmad Alim Bachri menyampaikan sambutan dalam kegiatan LSF terkait sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri.

Film saat ini, tidak hanya disaksikan melalui layar bioskop dan televisi. Namun dapat diakses melalui internet, platform digital dan media sosial. Sehingga masyarakat memiliki potensi mengakses konten perfilman yang tidak sesuai dengan klasifikasi usianya.

"Dinamika tersebut menjadi latar belakang LSF menggencarkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri yang telah dicanangkan pada penghujung tahun 2021. Dengan mengusung tema Cerdas Memilah dan Memilih Tontonan LSF hadir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan,"katanya.

Dijelaskannya, ULM dipilih menjadi lokus dari kegiatan ini selain karena menjadi lumbung agent of change yaitu para mahasiswa dan civitas akademika. Tetapi juga, sebagai upaya LSF tetap menjalin hubungan baik dalam rangka implementasi dari Nota Kesepakatan (MoU) antara LSF dan ULM.

Ia menyebutkan bahwa film membawa banyak hal-hal positif dari sisi ekonomi, pariwisata dan kebudayaan.

Melalui film, budaya lokal diangkat ke layar lebar sehingga ikut mendukung pergerakan ekonomi dari sektor pariwisata masyarakat setempat.

“Selain dampak positif, tentunya ada hal-hal negatif dari tontonan yang juga tidak dapat dibendung ditengah derasnya tsunami informasi di era digital ini,” tambah Ervan Ismail.

Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri oleh LSF di ULM Banjarmasin.
Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri oleh LSF di ULM Banjarmasin.

Rektor Universitas Lambung Mangkurat, Prof Dr Ahmad Alim Bachri menyambut, baik kegiatan sosialisasi sensor mandiri yang inisiasi LSF.

Ia juga berterima kasih kepada LSF yang sudah bersedia bekerjasama dengan Universitas Lambung Mangkurat.

Menurutnya, sensor film merupakan benteng untuk melindungi bangsa dan kelestarian budaya bangsa.

“Perfilman sendiri merupakan salah satu instrumen fundamental dalam memperkaya budaya bangsa, “ katanya.

Achmad Alim Bachri mengatakan, jika kegiatan ini akan memberikan hal positif bagi civitas akademika ULM  serta civitas akademika dari universitas lainnya yang ada di Kalimantan Selatan.

Menurutnya, LSF memilih mitra yang tepat untuk bekerjasama. Dimana pada tahun 2023 ULM akan memiliki 40 ribu mahasiswa.

Mahasiswa ini tersebar di 11 Fakultas dan 113 program studi. Tak hanya itu. ULM sudah memiliki 20 program magister serta tujuh program doktoral. Bahkan, di Universitas Lambung Mangkurat ada 1.400 dosen dan 1.000 pegawai.

“Sosialisasi hari ini mencerdaskan insan akademika yang lebih 42 ribu di Universitas Lambung Mangkurat. Termasuk insan perfilman di Kalimantan Selatan,” katanya.

Menurutnya, perfilman tidak lepas dari sarana edukasi kepada masyarakat Indonesia.

Ketua KPI Pusat, Ubaidillah mengatakan, KPI Pusat dan LSF memiliki tantangan yang sama di tengah derasnya arus informasi saat ini.

Hal ini tidak hanya film tetapi juga semua sumber informasi. Budaya Sensor Mandiri di Banjarmasin adalah jawaban semua tantangan yang tengah dihadapi masyarakat di era digital ini.

Sebagai upaya membangun kesadaran masyarakat untuk memilah dan memilih tontonan secara mandiri.

Produser Sapakawanan Project yang merupakan narasumber, Zainal Muttaqin menjelaskan, sebagai seorang filmmaker juga harus mampu melakukan sensor mandiri terhadap karyanya sebelum ditayangkan kepada khalayak agar tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam Budaya Sensor Mandiri harus dilakukan secara bersinergi antara Lembaga Sensor Film, filmmaker atau konten kreator, dan penonton.

Selain itu filmmaker dan konten kreator juga memiliki peran penting dalam menghasilkan karya yang sarat akan nilai positif, ikut mencegah penyebaran konten negatif atau berdampak buruk bagi masyarakat, dan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab bermedia sosial.

Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri oleh LSF di ULM Banjarmasin.1
Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri oleh LSF di ULM Banjarmasin.

Dalam paparannya, Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan, Evri Rizqi Monarshi menjelaskan, bahwa konten negatif juga menjadi tantangan era literasi digital.

Contohnya konten pornografi, isu SARA dan lainnya. Kemampuan individu dalam mengakses internet, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, harus dibarengi dengan literasi digital.

“Pilih dan tonton film sesuai klasifikasi usia, dampingi anak-anak saat menonton, batasi waktu anak dalam menonton, dan mengingatkan hal-hal baik yang patut ditiru dan dijauhi dari sebuah tontonan,” jelasnya. (AOL/*)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved