Berita Batola

Perjalanan Kaligrafer dari Rantau Badauh Batola, Raudatul Bisa Jadi Pegawai dan Dua Kali Umrah

Raudatul Jannah kerap bersaing mewakili Batola dengan kaligrafer pria di Kalsel. Berkat kemampuannya, ia bisa 2 kali umrah dan menjadi PPPK

Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Hari Widodo
istimewa
Raudatul Jannah kerap bersaing mewakili Batola dengan kaligrafer pria di Kalsel. Berkat kemampuannya, ia bisa 2 kali umrah dan menjadi kini diangkat pegawai berstatus PPPK. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Tak banyak perempuan menekuni seni kaligrafi hiasan mushaf Al-Quran. Karena membuatnya memerlukan ketelitian dan konsentrasi.

Salah satu perempuan yang melakukannya adalah Raudatul Jannah. Ia bahkan kerap bersaing dengan kaligrafer pria di berbagai lomba di Kalimantan Selatan.

Raudatul beberapa kali mewakili Kabupaten Barito Kuala (Batola) dalam lomba di tingkat provinsi.

Sejak 2014, dia kerap mendapatkan juara pertama baik di tingkat kabupaten maupun provinsi.

Prestasi perempuan kelahiran Batola 11 Juli 1997 tersebut yakni sembilan kali juara pertama mewakili Kecamatan Rantau Badauh.

Berkat prestasi tersebut, Raudatul bisa bekerja di Sekretariat Daerah Batola. Raudatul menjadi tenaga harian lepas di Bagian Kesra selepas lulus dari Madrasah Aliyah Negeri 4 Batola.

Dia bahkan telah menerima SK pelantikan sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada 2022.

“Saya begitu lulus Madrasah Aliyah sudah bekerja di Bagian Kesra. Saya senang karena selama lomba selalu bersama pegawai Kesra,” katanya.

Berkat prestasinya pula, Raudatul dua kali mendapat hadiah umrah dari Pemkab Batola.

Raudatul mengaku mengawali seni kaligrafi dari sering melihat sang ibu yang juga kaligrafer.

Warga Desa Simpang Arja RT 01 Kecamatan Rantau Badauh tersebut sejak 2014 mulai serius mengikuti jejak sang ibu menulis kaligrafi.

“Awalnya saya mengenal kaligrafi pada saat saya kecil, ibu saya juga seorang kaligrafer. Jadi dari kecil saya sering melihat dan juga ikut ikutan ibu saya menulis dan sampai sekarang,” katanya.

Dukungan lainnya dari sang kakek dan paman. “Otodidak karena saya tidak sekolah di bidang seni tersebut. Belajar di rumah dengan bimbingan ibu, kakek dan paman,” ungkapnya.

Raudatul mengaku perlu delapan jam untuk menyelesaikan satu karya. Motivasinya menulis kaligrafi untuk mendapatkan pahala karena kaligrafinya dapat dibaca dan dinikmati orang lain.

Selain itu, bersaing dengan peserta lelaki, ungkapnya, menantang dan membuat semangat dalam mendapatkan prestasi.

Menurutnya, kesulitan dalam menulis kaligrafi dari cara menulisnya yaitu qoidahnya yngg harus dihafal. “Mungkin sudah 20 buah lebih saya membuat kaligrafi dan ada lima koleksi di simpan di rumah,” katanya. (Banjarmasinpost.co.id/Mukhtar Wahid)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved