Berita Banjarmasin
Intip Perjuangan SDN Pengambangan 5 Banjarmasin Sampai Mendapatkan Adiwiyata Nasional dan Mandiri
Prestasi membanggakan sekaligus mengejutkan diraih SDN Pengambangan 5 Banjarmasin, yakni meraih Adiwiyata Nasional dan Mandiri
Penulis: Rifki Soelaiman | Editor: Edi Nugroho
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN- Prestasi membanggakan sekaligus mengejutkan diraih SDN Pengambangan 5 Banjarmasin.
BANJARMASINPOST.CO.ID- Membanggakan karena masuk 20 besar sekolah di seluruh Indonesia yang meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri 2023.
Mengejutkan karena ketatnya penilaian dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) juga banyaknya kompetitor baik di tingkat provinsi dan nasional.
Apa penghargaan Adiwiyata Mandiri itu?
Lingkungan sekolah seperti apa yang harus dipenuhi? Apa yang dilakukan SDN
Pengambangan 5 untuk meraihnya? Apa peran guru dan murid? Adakah hadiah lain yang diperoleh?
Kepala SDN Pengambangan 5, Wahyu Ekma Pranatalia akan menjawabnya dalam program B-Talk Banjarmasin Post Bicara Apa Saja, Rabu (22/11), dan dipandu dengan Jurnalis BPost, Edi Nugroho.
Baca juga: PKS Ungkap Awan Subarkah Jadi Ketua TPD AMIN Kalsel, Akan Ada Rapat Finalisasi
Baca juga: Tiga Warga Desa Bersujud Simpang Empat Tanahbumbu Terluka Digigit Tawon, Menyengat Istri
Berikut hasil wawancaranya :
BPost : Kira-kira dengan prestasi yang di raih SD ini, bisa dijelaskan predikat apa ini?
Wahyu : Adiwiyata Mandiri adalah penghargaan yang diberikan oleh KLH kepada sekolah yang berbudaya lingkungan.
Mulainya dari Adiwiyata Kota, Adiwiyata Provinsi, Adiwiyata Nasional, dan Adiwiyata Mandiri.
Di Adiwiyata Mandiri sendiri harus punya sekolah imbas.
\BPost : Sekolah imbas apa itu?
Wahyu : Sekolah imbas adalah sekolah binaan. Jadi SDN Pengambangan 5 atau sekolah yang ikut Adiwiyata Mandiri wajib memiliki sekolah binaan yang tentu saja kita sharing masalah lingkungan, bagaimana caranya sekolah itu mengetahui Adiwiyata.
Kemudian ikut membantu karakter siswanya agar mencintai lingkungannya juga.
BPost : Kalau sekolah binaan dari SDN Pengambangan 5 apa saja?
Wahyu : Karena kami ini sebenarnya nasional sejak tahun 2013. Dulu untuk sekolah binaan diwajibkan 10 sekolah. Tetapi karena ada perubahan dari Juknis Adiwiyata, sehingga yang terakhir ini untuk sekolah imbas hanya diminta dua sekolah.
Dan sekolah yang kami beri imbas itu SDN Sungai Miai 2 dan SDN Pekapuran Raya 1.
BPost : Informasinya SDN Pengambangan 5 masuk 20 besar dari sekolah terbaik di Indonesia. Seperti apa ini?
Wahyu : Tau masuk 20 besar itu waktu pemberian hadiah Adiwiyata Mandiri. Ketika duduk di situ baru diinfokan masuk dalam 20 besar atau skor tertinggi se-Indonesia.
Kami dapat satu unit solar panel juga sebagai hadiah.
BPost : Tahun lalu mendapat Adiwiyata Nasional. Untuk menuju Adiwiyata Mandiri apa harus melalui nasional?
Wahyu : Iya harus melalui nasional. Jadi minimal itu dua tahun. Sekolah kami sekitar 10 tahun baru bisa ke mandiri.
Sebenarnya saya juga meneruskan program dari pendahulu. Kepala Sekolah terdahulu. Kemudian didukung juga guru-guru SDN Pengambangan 5, karena kan di 2013 mereka sudah nasional, jadi sangat mengerti dengan Adiwiyata itu sendiri.
BPost : Di Adiwiyata Nasional maupun Mandiri apa ada parameter yang diatur?
Wahyu : Untuk nasional ke mandiri itu salah satu parameternya ada binaan. Untuk pembiasaannya sama, tak ada perbedaan yang spesifik. Tetapi kami diminta mencari sekolah imbas. Agar budaya mencintai lingkungan bisa menjalar ke sekolah lain.
BPost : Contoh pembiasaan itu bagaimana?
Wahyu : Membuang sampah dengan dipilah misalnya. Membuang sampah sesuai jenisnya.
Sebenarnya pembiasaan itu tidak hanya sekolah Adiwiyata, tapi harusnya seluruh sekolah menerapkan itu. Tetapi ada pembiasaannya yang kurang disiplin. Untuk ke mandiri harus benar-benar disiplin menerapkan pembiasaan itu.
BPost : Untuk ruang kelas bagaimana?
Wahyu : Yang jelas perlu mendapat sinar matahari yang cukup. Kemudian di dalam ruang kelas juga disediakan bak sampah. Dikhususkan juga ada yang khusus kertas dan lainnya. Di depan kelas juga menyediakan tempat cuci tangan.
BPost : Kantin sekolah juga menjadi penilaian?
Wahyu : Iya. Jadi bagaimana caranya kantin itu menjual makanan yang sehat. Tidak mengandung pewarna, zat pengawet, plastik. Kami rutin memantau kantin itu dan mengingatkan mereka agar tidak menjual makanan yang tidak sehat.
Meski tetap ada kecolongan sesekali, tetapi kami ingatkan kembali agar penggunaan plastik tidak diperbolehkan.
BPost : Kalau di SD, toilet kan biasanya sering juga didatangi. Bagaimana cara mengakali toilet tersebut agar tetap masuk kriteria?
Wahyu : Untuk siswa baru atau kelas 1 misalnya, mereka didampingi jika ke toilet oleh guru mapel. Kemudian diberikan arahan untuk disiram juga. Kami juga menerapkan piket perhari.
Ada satu kelas yang mengontrol kebersihan wc dan didampingi guru-gurunya serta atas izin orangtuanya juga.
Terutama kan kebersihan wc terkontrol melalui aroma, jadi kalau ada aroma yang kurang enak mereka tau apa yang harus dilakukan.
BPost : Untuk tingkat Kota dan Provinsi apa ada penghargaan juga?
Wahyu : Adiwiyata Kota iya, karena kan verifikasinya melalui DLH Kota. Ada semacam piagam dan binaan dari mereka.
Kalau provinsi berarti yang memverifikasi DLH Provinsi. Kalau nasional dan mandiri yang memverifikasinya Kementrian Lingkungan Hidup.
BPost : Untuk mencapai penghargaan Adiwiyata, tentu ada peran dari instansi lain kan? Bagaimana?
Wahyu : Dalam hal ini Pemko Banjarmasin, Disdikbud Kota Banjarmasin beserta DLH. Mereka sangat berperan di dalam Adiwiyata Mandiri sekolah kami.
DLH sendiri sangat memfasilitasi pembinaan-pembinaan juga.
BPost : Untuk yang diberikan instansi itu apa saja sih?
Wahyu : Sebelumnya ada sosialisasi dari mereka ya. Jadi kami tahunya dari mereka. Disdik juga menghandle keberangkatan kami ke Jakarta kemarin. Ada juga mesin hidroponik dari mereka juga.
Kemudian kalau dari DLH kami dapat pupuk, uang pembinaan juga. Jadi Alhamdulillah dari Pemko Banjarmasin amat sangat mendampingi sampai bisa meraih Adiwiyata Mandiri.
BPost : Terobosan atau inovasi apa sih yang sudah dilakukan?
Wahyu : Adiwiyata ini sebenarnya kerja tim. Alhamdulillah saya punya tim guru-guru yang sangat luar biasa. Sangat kompeten di bidangnya.
Ada juga tim Adiwiyata yang luar biasa yang berisi beberapa guru sebagai perpanjangan tangan saya untuk menjalankan program Adiwiyata.
Selain itu juga ada siswa-siswa dari Kader Adiwiyata atau agen penggerak untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan. Dan tentu saja didukung oleh orangtuanya.
Inovasi yang kami lakukan dan tampilkan salah satunya pengolahan dari sampah organik. Kalau biasanya dijadikan pupuk, kalau di sekolah kami selain pupuk tetapi juga membuat ecoenzyme.
Ecoenzyme yang terbaru ini kami olah menjadi sabun cuci tangan yang berbahan ramah lingkungan.
Ini juga digunakan di sekolah dan di imbaskan di sekolah binaan dan sudah teruji. Alhamdulillah sampai saat ini belum ada alergi dalam penggunaan sabun ini.
(Banjarmasinpost.co.id/rifki soelaiman)
Warga Kelayan Selatan Banjarmasin Ini Gembira Dapat Bantuan Kendaraaan Roda Tiga |
![]() |
---|
MTQMN ke-18 di Universitas Lambung Mangkurat Resmi Ditutup, ULM Raih Peringkat Tiga se-Indonesia |
![]() |
---|
Menjelang Magrib, Api di Kompleks Yuka Basirih Banjarmasin Berhasil Dipadamkan |
![]() |
---|
Geger Kebakaran di Komplek Yuka Basirih Banjarmasin, Petugas Sigap Padamkan Api |
![]() |
---|
Sejumlah Dandim Berganti, Danrem 101/Antasari Minta Pejabat Baru TNI Dukung Ketahanan Pangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.