Kabar Kaltara

Ombudsman Pertanyakan SOP di RSD Tanjung Selor, Bayi Meninggal Diduga Akibat Keterlambatan Pelayanan

Meninggalnya bayi yang baru dilahirkan di RSD Tanjung Selor disikapi oleh Ombudsman Republik Indonesia (ORI) perwakilan Kaltara

Editor: Edi Nugroho
TRIBUNKALTARA.COM
Ilustrasi. Pelayanan di RSD Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor dikeluhkan. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, TANJUNG SELOR – Meninggalnya bayi yang baru dilahirkan di RSD Tanjung Selor disikapi oleh Ombudsman Republik Indonesia (ORI) perwakilan Kalimantan Utara (Kaltara).

mbudsman Republik Indonesia (ORI) perwakilan Kaltara turut angkat bicara, terkait adanya keluhan masyarakat terhadap pelayanan BLUD RSD Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor.

Seperti diketahui, Sulfia, warga Sekatak, Bulungan yang mengadukan kisah keluarganya melalui media sosial. Bayi yang baru dilahirkan oleh Y, ibunya, tidak tertolong dan akhirnya meninggal dunia di RSD Tanjung Selor pada Senin (25/12/2023).

Menurut pihak keluarga, tidak tertolongnya bayi yang baru dilahirkan itu, diakibatkan karena keterlambatan penanganan oleh pihak Rumah Sakit.

Baca juga: Kronologi Sopir Truk Muatan Batu Bara Sampai Nekat Terobos Blokade Warga di Batu Sopang Paser Kaltim

Baca juga: Sikap Tegas Warga Desa Batu Kajang Paser Kaltim ke Sopir Truk Muatan Batu Bara, Jalan Diblokade

Menanggapi kejadian tersebut, Kepala Ombudsman RI perwakilan Kaltara Maria Ulfah mengatakan, pihaknya mempertanyakan standar operasional prosedur (SOP) pelayanan oleh pihak Rumah Sakit.

"Sesuai yang kami ketahui, sesuai pengakuan keluarga, ada sekitar 12 jam itu tidak tertangani. Ada disampaikan juga pihak keluarga minta agar pasien dioperasi atau caesar, namun tidak segera dilakukan," ungkap Maria.

Terlepas tenaga medis atau dokter lebih memahami terkait penanganan yang seyogianya dilakukan, menurut Maria Ulfah, tetap harus memenuhi SOP pihak Rumah Sakit. Dan itu harus dijelaskan kepada pasien, sebelum melakukan penanganan.

"Ada dua hal yang bisa dilaporkan, dan perlu mendapat dikonfirmasi. Yaitu, mengenai bagaimana SOP di Rumah Sakit, dan yang kedua adanya tindakan atau sikap salah satu tenaga medis yang menegur atau memarahi si pasien, mungkin teriak kesakitan atau menangis. Karena katanya mengganggu," kata Maria yang dikonfirmasi Rabu (27/12/2023).

Lebih lanjut dia mengatakan, pihak Rumah Sakit atau dokter yang menangani seharusnya memberi penjelasan kenapa tidak mau mengambil tindakan operasi, seperti permintaan keluarga pasien.

"Itu yang belum terkonfirmasi, apa penjelasannya. Kemudian bagaimana SOP-nya. Dan seharusnya mulai dari awal, bagaimana tindakan pemeriksaan pertama saat pasien datang. Semua seyogianya sesuai SOP," katanya.

Baca juga: Daya Pikat Wisata Desa Wisata Sei Gohong Palangkaraya, Tahun Baru Bakal Dipadati Pengunjung

Saat ini, pihak Ombudsman melalui asisten sedang melakukan pengumpulan informasi. "Kami masih tunggu informasi dari teman-teman asisten," imbuh dia.

Maria mengatakan, meski belum mendapatkan laporan resmi, dari berbagai informasi yang diperoleh, banyak keluhan-keluhan terkait pelayanan di RSUD Tanjung Selor.

Sebelumnya, Sulfia warga Kecamatan Sekatak dalam keterangannya yang ditulis di medsos menyebutkan, ibunya berinisial Y, saat itu mengalami kontraksi pada pukul 18.00 Wita, Minggu (24/12/2023). Kemudian oleh keluarga pun bergegas dibawa ke Puskesmas Sekatak.

Namun, usai dilakukan pemeriksaan petugas medis Puskesmas Sekatak menganggap pasien butuh penanganan lebih lanjut. Sehingga disarankan untuk dirujuk ke RSD Tanjung Selor.

“Pertimbangannya karena soal fasilitas lebih memadai dan petugas medis yang profesional di RSD untuk penanganan persalinannya,” ungkap Sulfia.

Setibanya di RSD Tanjung Selor pada pukul 12.30 Wita, Senin (25/12/2023), masih ungkap Sulfia, oleh ayahnya meminta agar malam itu dilakukan operasi terhadap ibunya. Namun, petugas di RSD Tanjung Selor meminta agar persyaratan administrasi dilengkapi terlebih dahulu, mengingat pasien ini menggunakan BPJS Kesehatan.

“Setelah Ayah melengkapi syarat administrasi itu, kemudian meminta agar dapat dilakukan operasi terhadap Ibu saya. Tetapi, pihak petugas medis pada malam itu merasa optimistis bahwa pasien bisa melahirkan secara normal, karena sudah bukaan 10,” ungkap Sulfia.

Ia mengatakan, oleh keluarga sudah menjelaskan, bahwa 4 tahun sebelumnya pernah menjalani operasi caesar. Namun, pihak petugas tetap pada pendirian awal bahwa pasien bisa melahirkan dengan normal.

“Padahal Ayah saya terus memohon agar dilakukan operasi (caesar), tetapi tidak ditanggapi,” kata Sulfia.

Dikatakannya, pada pukul 18.00 Wita, pasien dalam kondisi lemas dan bayi dalam kandungan sudah tidak aktif seperti sebelumnya. Ironisnya, kata dia, pihak medis tidak segera mengambil tindakan.

Pada pukul 21.00 Wita baru dilakukan operasi hingga pukul 23.00 Wita, bayi yang diharapkan dapat lahir dengan selamat ternyata meninggal dunia.

“Pihak medis menganggap bayi kurang sehat, padahal dua hari sebelumnya sudah dilakukan USG di salah satu praktek terpercaya di Tanjung Selor, bahwa adik saya (bayi) itu dalam keadaan sehat,” beber Sulfia.

“Sudah dipompa tetapi tetap tak selamat. Ibu mengalami pendarahan yang diduga menjadi penyebab bayi itu meninggal dunia,” imbuh dia.

Pihak Rumah Sakit, melalui Direktur RSD Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor dr Widodo Darmo Sentono Sp.Jp mengatakan, terkait informasi tersebut, sedang ditelusuri oleh pihaknya.

Senada disampaikan dr Heriyadi Suranta, humas RSD Tanjung Selor. "Sedang kita selidiki lebih lanjut," ungkapnya kepada Tribun Kaltara melalui pesan singkat via whatsapp.

Informasi lebih lanjut, masih menunggu proses penyelidikan di internal pihak Rumah Sakit.

Berkaitan keluhan keluarga pasien, pihak Rumah Sakit membantah jika meninggalnya bayi tersebut akibat kelalaian atau lambatnya layanan yang diberikan RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo.

Menurut direktur Rumah Sakit dr Widodo, pihaknya senantiasa berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi semua pasien yang berobat.

Terkait kasus kematian bayi baru lahir ini, lanjut Widodo, seluruh tenaga kesehatan yang terlibat telah melakukan upaya sungguh-sungguh dalam membantu persalinan. Ibu telah dilakukan operasi Sesar (pertolongan persalinan).

“Namun dengan sangat menyesal harus kami sampaikan bahwa bayi dari ibu tidak tertolong, karena adanya komplikasi (lepasnya perlekatan ari-ari bayi didalam rahim). Oleh karena itu, atas nama RS dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, kami turut berduka cita dan bersedih atas kejadian ini," ujar dia

"Kami juga tegaskan, bahwa kami akan menindak lanjuti kejadian ini agar menjadi lebih jelas," tegasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunKaltara.com dengan judul Bayi Meninggal Diduga Akibat Keterlambatan Pelayanan, Ombudsman Pertanyakan SOP di RSD Tanjung Selor,

 

Sumber: Tribun kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved