Kasus DBD di Kalsel

Pasien DBD Anak Melonjak, Tercatat Ada 115 Kasus di HST

Saat ini kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai muncul di beberapa wilayah di Kalimantan Selatan, malah Dinkes HST mencatat ada 115 kasus di HST

Editor: Irfani Rahman
Istimewa/firdaus
FOGGING - Petugas Dinkes bersama babinsa dan warga melakukan pengasapan 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI  - Di tengah musim hujan yang menimbulkan potensi banjir, warga Kalimantan Selatan juga harus mewaspadai Demam Berdarah Dengue (DBD). Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), sejak 1 Januari 2024, sudah ada 115 kasus.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) HST, terbanyak di Kecamatan Barabai yakni 43 kasus. Selanjutnya Pandawan 18 kasus, Batu Benawa 16 kasus, Labuan Amas Selatan 15 kasus, Batang Alai Selatan 7 kasus, Limpasu 6 kasus, Labuan Amas Utara 5 kasus, Haruayan 2 kasus dan Barang Alai Utara, Hantakan serta Batang Alai Timur masing-masing 1 kasus.

Kepala Dinkes HST dr Desfi, Kamis (18/1), menyatakan telah melayangkan surat imbauan kewaspadaan dari Bupati H Aulia Oktafiandi. Dia pun telah meminta RSUD H Damanhuri Barabai dan Puskesmas melakukan penanganan dan antisipasi.

Direktur RSUD H Damanhuri dr Nanda mengatakan pihaknya telah menyiagakan beberapa ruang cadangan dan menambah perawat di ruang anak. Hal ini karena melonjaknya pasien DBD anak. Selain dari HST, ada pula pasien rujukan dari daerah lain di Banua Enam dan dari Kalimantan Tengah.

“Alhamdulillah rumah sakit ini sudah jadi pilihan pasien-pasien rujukan se-Banua Enam bahkan dari Kalteng,” ujarnya.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes HST Abdi Budiman memperkirakan salah satu penyebab meningkatnya kasus DBD di kabupaten ini adalah curah hujan yang tinggi. “Hujan terus-menerus dapat menimbulkan genangan di berbagai tempat seperti talang, ban bekas, kaleng atau botol bekas, pelepah daun, hingga lubang pohon. Ini menjadi tempat nyamuk berkembang biak,” terangnya.

Adapun upaya untuk mengatasi hal tersebut, menurut Abdi, aktif melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). “Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan kebersihan lingkungan kerja dan tempat tinggal,” ujarnya

Sedang Dinkes Kabupaten Tabalong menerima laporan ada 7 kasus DBD sejak 1 Januari 2024. Di antaranya dari Kecamatan Kelua, Muara Harus, Tanjung dan Haruai.

Baca juga: Bikin Kagum, Guru HSU Bikin Alat Pendeteksi Banjir, Terinspirasi Pelampung Tandon Air

Baca juga: Waspada Demam Berdarah

Saat ada laporan kasus DBD, Pengelola P2P DBD Siti Raudah mengatakan Dinkes langsung berkoordinasi dengan Puskesmas untuk melaksanakan investigasi. Selanjutnya dilakukan sejumlah kegiatan seperti Jumat Bersih, PSN dan pembagian abate.

Dengan masifnya kegiatan PSN termasuk Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik, menurut Siti, Dinkes Tabalong tidak lagi melakukan fogging atau pengasapan lima tahun terakhir.

Dia pun menyatakan sejak 2017 hingga 2023, angka kematian penderita DBD di Tabalong nihi. Sedang jumlah kasus yang ditangani pada 2023 sebanyak 25 dan semuanya dinyatakan sembuh.

Sementara di Banjarmasin sejak 1 Januari 2024  hingga 15 Januari 2024, Dinkes mencatat ada lima kasus DBD.  Mereka berasal dari wilayah Puskesmas Sungai Jingah, Alalak Tengah, Pelambuan, Beruntung Raya dan Sungai Andai.

Sedangkan untuk demam dengue (DD) ada 12 kasus. Rinciannya, Teluk Dalam satu, Kayutangi dua, Sungai Jingah dua, S Parman satu, Sungai Mesa satu, Banjarmasin Indah satu, Gedang Hanyar satu, Pemurus Baru satu dan Sungai Andai dua.

Untuk diketahu virus dengue dapat mengakibatkan dua kondisi, yaitu DBD dan DD. DBD menyebabkan gejala berat, sedangkan DD biasanya hanya menimbulkan gejala ringan.

“Baik demam dengue maupun demam berdarah dengue tidak ada yang meninggal dunia,” kata Kadinkes Banajrmasin dr Tabiun Huda, Kamis.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved