Thibbun Nabawi

Keringanan Bagi Musafir untuk Tidak Berpuasa, Ustadz Abdurrahman Dani Jelaskan Alasannya

Ustadz Abdurrahman Dani menjelaskan perihal keringanan tidak berpuasa bagi musafir selama Bulan Ramadhan 2024

Penulis: Danti Ayu Sekarini | Editor: Rahmadhani
Instagram
Ustadz Abdurrahman Dani menjelaskan perihal keringanan tidak berpuasa bagi musafir selama Bulan Ramadhan 2024. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Ustadz Abdurrahman Dani menjelaskan perihal keringanan tidak berpuasa bagi musafir selama Bulan Ramadhan 2024.

Selain melakukan safar, orang yang sedang dalam kondisi sakit juga diungkap Ustadz Abdurrahman Dani bole meninggalkan puasa sementara waktu.

Hal ini seperti yang diterangkan Ustadz Abdurrahman Dani dan dikutip banjarmasinpost.co.id melalui kanal youtube @alummchanel Rabu (27/3/2024).

Keringanan untuk tidak berpuasa saat melakukan safar ini bahkan disabdakan langsung oleh nabi.

لَيْسَ مِنْ الْبِرِّ الصيام في السفر

“Bukan dari kebaikan puasa dalam keadaan safar,” papar Ustadz Abdurrahman Dani.

Diberikannya keringanan bagi para musafir ini dengan tujuan terhindar dari sakit ketika safar.

“Ini termasuk penjagaan kesehatan biar orang yang safar gak sakit dia ndak usah puasa, keringanan dari Allah subhanahu wa ta'ala,” imbuhnya.

Selain musafir, orang yang sedang dalam kondisi sakit juga diizinkan untuk melewatkan puasa.

“Begitu pula orang sakit, kalau sudah sakit jangan dipaksa puasa ada ruksho dari Allah subhanahu wa ta'ala, coba indahnya Islam,” terangnya lagi.

Hukum Puasa saat Perjalanan Jauh

Puasa merupakan rukun islam wajib ditunaikan bagi semua ummat islam.

Dari penjelasan Buay Yahya mengulas jika tak semua umat Muslim diwajibkan berpuasa selama Ramadhan.

Ada beberapa hal menjadi pengecualian bagi umat Muslim untuk tidak berpuasa.

Seperti sementara dalam perjalanan atau bepergian jauh. Namun ia harus mengganti puasanya setelah Ramadhan.

Hal ini berdasarkan pada hadist yang menyatakan bahwa Rasulullah Muhammad bersabda, "Seseorang yang bepergian bukanlah termasuk orang yang berpuasa." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam konteks ini, jika seseorang melakukan perjalanan yang memenuhi syarat-syarat sebagai "musafir".

Baca juga: Bahaya Makan Gorengan untuk Buka Puasa Ramadhan 2024, Ustadz Abdurrahman Dani Terangkan Dampaknya

Maka ia diperbolehkan untuk tidak berpuasa selama perjalanan tersebut.

Pada dasarnya Islam adalah agama yang memberikan kemudahan bagi umatnya.

Syarat-syarat tersebut antara lain :

1. Perjalanan harus jauh dan cukup melelahkan.

2. Tujuan perjalanan harus sah, seperti bekerja, studi, atau tujuan lain yang diperbolehkan dalam Islam.

3. Perjalanan tersebut tidak bertujuan untuk meninggalkan puasa secara sengaja, tetapi untuk memudahkan perjalanan atau aktivitas yang dilakukan selama perjalanan.

Ketika menjalankan ibadah puasa yang hukumnya wajib, ada opsi yang diperbolehkan untuk tidak mengikuti puasa tapi wajib menggantinya pada hari-hari lain setelah kembali ke tempat asal.

Buya Yahya memberikan penjelasannya tentang saat dalam perjalanan jauh, lebih baik puasa atau tidak.

Buya Yahya mencontohkan seseorang sementara bepergian yang jaraknya melebihi 84 km.

lalu orang tersebut merasa kuat untuk menjalankan ibadah puasa dan merasa tidak tersiksa, maka ia harus tetap berpuasa.

"Mana yang lebih bagus berpuasa atau tidak, jawabannya adalah mana yang paling enak buat dia. Paling enak kalau puasa merasa berat, jangan berpuasa, kalau dia puasa merasa nyaman, sebaiknya berpuasa." ujarnya.

Pendapat ini mengacu pada kebebasan yang diberikan dalam agama Islam untuk memilih antara berpuasa atau tidak berpuasa dalam kondisi-kondisi tertentu.

(Banjarmasinpost.co.id/Danti Ayu)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved