Inspirasi Ramadan
Menjaga Semangat Beribadah di Bulan Ramadan
Saat ini kita berada di bulan Ramadan pernuh berkah, bulan yang sangat mulia dimana di bulan ini gegap gempita ibadah terus digemakan
Penulis: Dony Usman | Editor: Irfani Rahman
Dr H Rif’an Syafruddin Lc MAg
Ketua STAI Rakha Amuntai
BANJARMASINPOST.CO.ID - Alhamdulillah kita berada di bulan yang sangat mulia dimana di bulan ini gegap gempita ibadah terus digemakan dan terus digalakan.
Akan tetapi dalam filosofi ibadah itu sendiri mungkin ada perbedaan yang mendasar antara Rasulullah dan para sahabatnya dengan kita kaum muslimin secara umum.
Pada dasarnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah mengatakan dalam sebuah hadist “wa ju’ilat qurratu ‘aini fi ash-sholati”, dan dijadikan hobiku atau kesenanganku terdapat dalam salat.
Apakah itu terjadi pada diri kita maka kitalah yang paling tahu tentang masalah ini, kita menyaksikan banyak di tempat seperti masjid, mushala begitu kencangnya kita beribadah pada awal-awal Ramadan.
Menjelang pertengahan, jemaah semakin berkurang dan menjelang akhir mungkin hanya beberapa orang dan gelintir orang saja yang masih tetap tekun beribadah dan meningkatkan kualitas ibadahnya bahkan kuantitas ibadahnya.
Jadi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengatakan wa ju’ilat qurratu ‘aini fi ash-sholati, apa maksudnya, apa apa filosofinya? Rasulullah dan para sahabat menemukan kenikmatan, menemukan kesenangan di saat salat, artinya di dalam salat.
Akan tetapi banyak di antara kita dan umum terjadi di kalangan kita bahwasanya kita menemukan kenikmatan dan kenyamanan jiwa kita berada setelah kita salat.
Hal ini sangat berdampak pada kualitas ibadah kita karena dengan demikian kita cenderung untuk cepat menyelesaikan ibadah kita karena kita ingin tenang.
Contoh biasanya kalau kita bepergian musafir, misalnya kita ingin menjamak salat.
Ada mungkin orang berpendapat dan ada yang berkata kita salat saja dulu, kita salat qashar dan jamak supaya kita pulang ke rumah bisa langsung tidur supaya hati tenang karena sudah melaksanakan kewajiban ibadah.
Sadarkah kita bahwa ucapan ini cukup berpengaruh, mengapa? Karena kita menemukan ketenangan menemukan kesenangan di luar salat atau setelah ibadah salat.
Berbeda dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya mereka menemukan kenikmatan, mereka menemukan kenyamanan justru pada salatnya.
Sehingga ketika Rasulullah SAW dalam keadaan sedih beliau lari kepada salat karena salat yang bisa menenangkan beliau.
Di saat beliau merasa gundah gulana, merasa gelisah, merasa khawatir beliau pun mendatangi salat, beliau juga menyegerakan diri untuk salat.
Mengapa? Karena ketenangan berada pada saat salat, artinya ketika selesai salat ketenangan akan berkurang maka otomatis beliau dan para sahabatnya ingin menambah lagi, menambah lagi, menambah lagi karena ingin menemukan ketenangan.
Di sinilah bedanya yang mungkin kita perlu introspeksi diri. Sudahkah benar pemahaman kita terhadap hadist Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, wa ju’ilat qurratu ‘aini fi ash-sholati, dan Allah kata Rasulullah, sabda Nabi, menjadikan hobiku, kesenanganku berada pada salat .
Jadi bagaimana supaya hobi kita,.kebiasaan kita itu menjadi kesenangan buat kita, maka pertama para ulama mengatakan biasakan salat itu menjadi tempat kita curhat dengan Allah.
Salat itu adalah wahana kita untuk mencari ketenangan, biasakanlah ketika. gelisah kita salat minimal dua rakaat, ketika merasa khawatir kita salat sunah dua rakaat.
Sehingga apapun yang kita alami tidak akan mengguncang jiwa kita ketika kita salat, karena salat itu adalah dialog seorang hamba dengan penciptanya.
Semoga hari-hari terakhir ini kita bisa mengisinya dan megoptimalkan baik kualitas atau kuantitas ibadah kita sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Khusus 10 hari terakhir, beliau konsentrasi meninggalkan keluarga, meninggalkan istrinya, khusus untuk bermunajat kepada Allah.(dny)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.