Berita Tanahlaut

80 Warga Kabupaten Tanahlaut Mengidap Tuberkulosis, Pengobatannya Ternyata Sederhana

Pemerintah Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), terus berusaha mengeliminasi penyakit Tuberkulosis (TB)

istimewa
KADER TB - Asisten 1 Setda Tala, H Hairul Rijal sematkan pin kepada Kader TB di Pelaihari, Sabtu (27/4/2024). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Penyakit Tuberkulosis (TB) masih jadi momok bagi penduduk dunia, termasuk di Indonesia.


Karena itu, pemerintah daerah tak terkecuali di Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), terus berusaha mengeliminasinya.


Asisten 1 Setda Tala, H Hairul Rijal mewakili penjabat bupati, menyampaikan, dinas kesehatan dan Puskesmas tak bisa berjalan sendiri, harus ada dukungan semua pihak.


Di Tala telah terbentuk KOPI TB (Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Program Tuberkulosis).


"Organisasi ini tentu memberi kontribusi positif dalam penanganan TB di Tala," ujar dia pada
Pada peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia tahun 2024, Sabtu (27/4/2024).


Sementara itu, mengenai jumlah kasus TB di Tala, Kepala Dinkes Tala, dr Hj Isna Farida menyebutkan, secara proyeksi tercatat 963 kasus.


Namun hingga Maret 2024 baru terdata sekitar 180 orang yang terekam atau ditemukan orang yang mengalami TB.


Isna mengatakan, pengobatan penyakit TB bisa dilakuan pada semua fasilitas kesehatan (faskes) yang ada di Tala bisa, termasuk faskes swasta. Obat-obatannya juga tersedia secara gratis pula.


"Jadi, tinggal kepatuhan saja yang kita harapkan dari semua penderita TB untuk mengikuti prosedur pengobatan sebaik-baiknya," ucap Isna.


Karena itu, lanjut Isna, tidak ada istilah mereka susah mendapatkan pelayanan kesehatan. Tinggal kepatuhan dari si penderita TB, apakah mau mengikuti prosedur pengobatan secara baik atau tidak?


Apabila mereka mengikuti prosedur pengobatan sebaik-baiknya, kata Isna, peluang kesembuhan sangat besar.


Tak sedikit kasus TB yang telah ditangani mendapatkan kesembuhan yang baik dan sempurna. "Kuncinya, asal mereka mengikuti prosedur sebaik-baiknya," ujar dia.


Terkait efek samping, Isna mengatakan cukup beragam tergantung karena kondisi pasien. Ada yang pusing, ada yang mual tapi tidak ada yang parah.


Pada masa pengobatan, jelas dia, hanya pada dua bulan pertama saja penderita TB harus minum obat tiap hati. Pada empat bulan bulan berikutnya ada jeda meminum obat tersebut.


"Obat tiap hari diminum, penolakan dari diri pasien kadang juga ada. Jadi, secara psikologi ada dan secara medis juga ada, tapi tidak ada yang berat," pungkasnya. (banjarmasinpost/idda royani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved