Berita HSS

Padi Mulai Menguning, Petani HSS Curhat Soal Harga Anjlok di Musim Panen

sejumlah petanipun mengeluhkan anjloknya harga gabah yang di bawah harga pembelian pemerintah (HPP)

Penulis: Hanani | Editor: Hari Widodo
(Banjarmasinpost.co.id/Hanani)
Petani d Desa Sungai Kupang, Kandangan,  memasang orang-orangan dengan tujuan mengusir burung manyar yag kian marak memakan bulir padi yang mulai menguning, JUmat (31/5/2024). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, KANDANGAN - Petani padi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) kini sedang menghadapi musim panen. Namun, sebagian masih menunggu padinya menguning.

Untuk masalah pasca panen, sejumlah petanipun mengeluhkan anjloknya harga gabah yang di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). Sementara, petani tidak bisa menahan untuk tidak menjual karena butuh uang.

“Dalam kondisi seperti itu, kami para petani hanya bisa pasrah ketika para pengepul maupun tengkulak yang menikmati keuntungan di saat musim panen,”kata salah satu petani, pada Temu Teknis Penyuluh dan Petani dalam rangka menyatukan lagkah dan gerak meningkatkan produksi dan swasembada pangan, Kamis 30 Mei 2024.

Kegiatan yang digelar Dinas Pertanian  HSS tersebut diikuti perwakilan petani, kelompok tani, KTNA HSS, penyuluh, dan Pengamat hama se HSS, termasuk petani milineal.

Baca juga: Dapur Budaya HSS Raih Juara Lomba Film Pendek Dispersip Kalsel, Angkat Kebiasaan Masyarakat Banjar

Baca juga: Jumat Dinihari Ini, 172 Jemaah Calon Haji Kloter 14 HSS Diberangkatkan ke Tanah Suci

Curahan hati (Curhat) petani itupun disampaikan ke pihak Dinas Pertanian HSS. Mereka berharap ada intevensi dari pemerintah, agar para petani bisa menikmati penjualan hasil panen secara maksimal.

Berbagai kendala lainnya selama bercocok tanam padi juga disampaikan para petani dari berbagai desa di seluruh kecamatan di HSS.

Salah satu yang bikin petani kewalahan adalah, menghadapi masalah makin banyaknya burung manyar, burung yang suka memakan padi yang sudah menguning, sehingga cukup menurunkan hasil panen.

“Selama ini, sebagian petani memasang jaring net di atas tanaman padi. Namun, jadi mengeluarkan biaya tambahan. Selain itu, juga memasang tali perak hingga hiasan gantung yang menghasilkan bunyi saat tali ditarik. Termasuk memasang orang-orangan. Tapi tetap saja ta begitu efektif jika tak ditunggu,”ugkap petani lainnya.

Mengenai keluhan petani tersebut, Kepala Dinas Petanian HSS H Muhammad Noor, kepada banjarmasinpost.co.id mengatakan, terkait harga gabah, sebenarnya solusinya adalah petani menahan diri tidak menjual gabahnya ketiak musim panen.

Namun, petani sendiri sulit melakukan itu, karena tujuan mereka bercocok tanam, selain untuk konsumsisendiri, juga untuk dijual sebagai pendapatan keluarga.  

“Yang kami lalukan, meminta peran Bulog agar  membeli gabah petani dengan harga HPP. Selain itu, dari Pemkab HSS sendiri bakal membangun lumbung pangan, tempat pennyimpanan padi  di saat harga anjlok,"ujarnya.

Untuk formatnya seperti apa, apakah nanti Pemkab HSS yang membeli gabah petani, kata M Noor masih dicarikan solusi efektif.

Baca juga: Temu Teknis Atasi Masalah Pertanian, Pj Bupati HSS Ajak Penyuluh dan Petani Capai Swasembada Pangan

Dinas Ketahanan Pangan, kata M Noor juga sudah melaksanakan program lumbung pangan di sejumlah desa-desa.

Sementara terkait hama burung manyar yang makin marah dan meresahkan petani, bakal dilakukan gerakan pembasmian sarang burung.

Dijelaskan, populasi burung manyak menjadi meningkat sejak 2022-2023 hingga sekarang. Diakui pengusiran dengan bunyi-bunyian seperti dilakukan mayorita spetani saat ini kurang efektif, karena tetap memerlukan tenaga manusia. (Banjarmasinpost.co.id/Hanani)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved