Berita HSS

Tanam Kedua di Musim Kemarau Basah di HSS, Hama Tikus Ancam Petani di Desa Gumbil 

Saat ini hama tikus mulai mengancam petani Desa Gumbil Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ini sebabnya

Penulis: Hanani | Editor: Irfani Rahman
Foto Ist Basra, Ketua Kelopok Tani Cinta Maju untuk BPost
Petani di Desa Hamayung, Kecamatan Daha Utara, HSS menanam padi, sebulan yang lalu. Wilayah Daha merupakan wilayah potensial penghasil pangan di HSS saat musim kemarau. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, KANDANGAN-Petani di Desa Gumbil Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan kini menghadapi hama tikus. Para petani kesulitan mengendalikan hama tikus yang memakan batang pohon padi.

Meski sudah mendapat bantuan Dinas Pertanian HSS berupa obat racun semacam permen, namun belum efektif.

Ketua Kelompok Tani Sederhana, Yardi, kepada banjarmasinpost.co.id, Kamis (1/8/2024) mengatakan, sebagian petani saat ini sudah tanam kedua, pasca panen Mei-Juni 2024 lalu.

Salah satu cara mengatasi masalah tersebut, kata Yardi biasanya memupuk kembali rumpun padi, sehingga bisa tumbuh lagi setelah bagian batang dimakan tikus.

“Memang repot juga kalau dikasih obat pembasmi, karena lahan pertaniannya sangat luas. Saya saja menggarap total 25 hektar. Belum lagi anggota kelompok lainnya yang totalnya 30 orang. Tapi untuk tanam kedua ini, hanya sebagian yang menanam. Sebab, ada trauma tanam seeblumnya, yang juga diserbu hama tikus dan burung manyar,”ungkap Yardi.  

Dijelaskan, di Desa Gumbil ada sekitar 300 lahan pertanian yang digarap warga. Selain bertani padi, juga menanaman jenis hortikultura. Seperti tomat, terung, timun, semangka, melon, pare, kacang Panjang, cabai serta jenis sayuran lainnya.

Untuk jenis varitas yang ditanam saat ini, Yardi sendiri mengatakan menanam siam madu, varietas lokal.

Baca juga: Polisi Batalkan Tes DNA Temuan Tengkorak di Sungai Raya HSS, Ini Penyebabnya

Baca juga: Lowongan Kerja Adaro Terbaru, Lulusan SMA, D3 dan S1 Bisa Daftar, Penempatan Kalimantan dan Sumatera

Kendala  hama burung manyar, biasanya dihadapi saat padi berbuah. Yardi menyebut, hama tikus dan burung manyar, juga mengganggu saat musim tanam pertama.

“Untuk burung manyar relative masih bisa dikendalikan secara tradisional dengan bunyi-bunyian dan memasang orang-orangan. Kalau tikus, harus bermodal lagi beli plastic untuk membuat pagar di  sekitar areal tanaman.

Sedangkan sawah yang digarap cukup luas,”ungkapnya. Pihaknya pun berharap, tahun ini tak lagi mengalami kesulitan mendapatkan pupuk, seperti saat tanam sebelumnya.

Diakui dampak dari hama tersebut, membuat hasil panen tidak maksimal. “Ada beberapa titik yang padinya belum matang sudah dimakan murung. Kalau sudah seperti itu, cuma kebagian panen turiangnya,”ungkap Yardi.

Mengenai kondisi lahan pertanian saat ini di Desa Gumbil, Yardi mengatakan masih berair, karena ikut irigasi Desa Muui, Kecamatan Haruyan, Hulu Sungai Tengah.

“Makanya kami bisa ikutan tanam kedua,”katanya. Dia dan anggota kelompok tani lainnya hanya berharap, lebih mudah mendapatkan pupuk, untuk mengimbangi masalah hama tersebut. (banjarmasinpost.co.id/hanani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved