Berita HST

Sawah Sulit Digarap, Petani di Masiraan HST Beralih ke Usaha Ternak Itik

Warga Desa Masiraan Kecamatan Pandawan,Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) kesulitan menggarap lahan pertanian untuk bercocok tanam

Penulis: Hanani | Editor: Hari Widodo
Warga Masiraan untuk BPost
TERNAK ITIK - Usaha budidaya ternak itik kini menjadi sumber pendapatan utama warga Desa Masiraan Kecamatan Pandawan, HST, Sabtu (8/2/2025). 

BANJARMASINPOST CO.ID, BARABAI - Warga Desa Masiraan Kecamatan Pandawan,Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) kesulitan menggarap lahan pertanian untuk bercocok tanam.

Penyebabnya, petani menyebut karena kondisi cuaca ekstrem atau kondis  yang berubah-ubah sehingga sulit menentukan masa tanam.
 
"Pernah melakukan tanam sampai tiga kali, kena banjir, hingga akhirnya warga kami di sini gagal tanam. Jika musim kemarau lahan  kekeringan. Musim hujan kelebihan air, bahkan banjir. Akhirnya banyak yang tak lagi menggarap sawah, karena rugi akibat sering gagal tanam,"kata Sekdes Masiraan, Suhaili kepada banjarmasinpost.co.id, Sabtu (8/2/2025) 

Warga kata Suhaili kini beralih ke usaha ternak itik, yang dipelihara sistem kandang, dengan pakan pabrikan yang setiap hari menghasilkan telur.

Baca juga: Kades Banua Rantau HST Kaget Satu Warganya Berangkat Lewat Penyalur Tenaga Kerja Ilegal, Sebut Ini

Baca juga: Jalan Tanggul Desa Masiraan HST Jebol, Warga Gotong Royong Bangun Jembatan Penyeberangan Darurat

Baca juga: Kuota Haji HST 300 Orang, 12 Orang Lansia, Ini Biaya Pelunasan yang Dibayar Jemaah Haji Reguler 2025

Usaha ternak itu kini menjadi sumber pendapatan utama masyarakat, yang mayoritas menjalankan usaha tersebut.

"Rata rata warga memelihara 100 ekor itik,  dengan penghasilan bersih kisaran Rp 30 ribu per hari,"jelasnya.

Desa Masiraan berada di wilayah dataran rendah perairan rawa, yang tiap musim hujan selalu terendam banjir. Bahkan banjirnya bertahan lama sampai satu bulan, karena tempat turunnya limpahan banjir di Kota Barabai. 

Jika kota Barabai Banjir, dipastikan desa tersebut juga kebanjiran. Bahkan tahun ini banjir mencapai kedalaman 30 sampai 50 sentimeter dan pada 28 Januari 2025 lalu, membuat tanggul di desa tersebut jebol dan membuat akses atas tanggul yang biasa dijadikan jalan alternatif terputus.

Warga pun telah membangun jembatan darurat di tanggul yang jebol itu. (Banjarmasinpost.co.id/Hanani) 

 


 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved