Berita Kalsel

Perenang Pelajar Kalsel Kecewa, Kemendikdasmen Kurangi Cabor O2SN

Para atlet renang Kalimantan Selatan kecewa karena cabang olahraga mereka tak dipertandingkan pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2025

Editor: Irfani Rahman
Dian kepada BPost
KEJURPROV RENANG- Saat Kejurprov renang di Tanahlaut terlihat atlet fokus dalam lakukan start. Saat ini perenang pelajar Kalsel kecewa, karena Kemendikdasmen kurangi Cabor O2SN 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Cabang olahraga (cabor) yang diperlombakan pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2025 per jenjang pendidikan tidak lagi sebanyak tahun sebelumnya. Pada 2024, cabor untuk jenjang SD/MI ada enam yakni kids' athletics, renang, bulu tangkis, pencak silat, karate dan senam. Pada tahun ini tingga tiga yakni pencak silat, karate dan senam.

Pengurangan juga terjadi di jenjang SMP/MTs. Dari atletik, bulu tangkis, renang, pencak silat dan karate menjadi hanya pencak silat dan karate. Demikian pula di level SMA/SMK/MA.

Adapun untuk Pendidikan Khusus (Diksus) pada 2024 ada atletik, bulu tangkis, bocce, catur dan tenis meja. Namun pada tahun ini tidak ada lagi catur.

Hal ini diumumkan Kepala Bidang Pengembangan Talenta Pusat Prestasi Nasional (Pusprenas) Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Retno Juni Rahmaningsih melalui situs bpti.kemdikbud.go.id. Pengumuman disampaikan saat Peluncuran Ajang Talenta 2025 pada Selasa (11/3). Tidak ada penjelasan mengenai penyebab Kemendikdasmen mengurangi cabor O2SN.

Tsurayya Kamila Indah Paramata atau Rayya yang langganan tampil di O2SN cabor renang mengaku kecewa dan menyayangkan pemangkasan cabor. Terlebih siswi ini sejak duduk di bangku SD hingga kelas 8 SMP selalu meraih medali emas di tingkat Kota Banjarmasin.

Berhubung saat ini duduk di kelas 9 dan bersiap mengikuti ujian, Rayya tidak ambil bagian dalam O2SN 2025. Meski demikian, dia mengaku tetap kecewa

"O2SN adalah ajang pembuka atlet pelajar. Biarpun saya tahun ini tidak ikut, tetap keputusan ini sangat merugikan atlet pelajar," tegasnya.

Guru olahraga SMAN 7 Banjarmasin M Tami Rosadi Ahwan menyayangkan keputusan pengurangan cabor tersebut. “Ini sangat disayangkan. O2SN adalah agenda tahunan yang selalu dinanti siswa kelas X dan XI. Kompetisi ini berjenjang dari tingkat kota/kabupaten, provinsi, hingga nasional,” ungkapnya.

Keputusan ini memupuskan harapan banyak siswa SMA/SMK/MA yang telah berlatih keras untuk tampil di cabang atletik, renang dan bulu tangkis. “Kami di tingkat kota/kabupaten memang belum melakukan seleksi, tapi petunjuk teknis dari pusat sudah terbit. Anak-anak yang sudah menyiapkan diri jadi kecewa,” ungkapnya.

Dia berharap Kemendikdasmen mempertahankan cabor yang sebelumnya dipertandingkan, mengingat pentingnya kompetisi ini bagi pembinaan atlet muda. “Kalau bisa bukan dikurangi, malah ditambah seperti di ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda),” pungkasnya.

Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Banjarmasin Ahmad Baihaqi membenarkan adanya pengurangan cabor O2SN. Namun demikian ada penambahan bidang perlombangan di Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2025. "OSN bertambah, yang awalnya hanya ada IPA dan matematika, tahun ini ditambah IPS," ujarnya.

Sementara koordinator pelatih Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kabupaten Tapin, Roni Normansyah, mengungkapkan belum ada persiapan khusus untuk O2SN. Hal ini karena ada perubahan regulasi yang hanya mempertandingkan kategori seni. Sedangkan Tapin selama ini unggul di kategori tanding.

“Kami dari Tapin biasanya mengunggulkan tanding. Dengan peraturan baru yang hanya memperlombakan seni, tentu ini menjadi tantangan tersendiri,” ujarnya Sabtu (15/3).

Roni juga menyoroti kurangnya dukungan dinas terkait, yang berdampak pada terhambatnya prestasi pencak silat di O2SN. Dia mencontohkan pada dua tahun lalu saat pihaknya mempersiapkan atlet di tingkat SMP, ternyata Tapin tidak mengirimkan perwakilan. “Seleksi yang diadakan pun terkesan hanya formalitas,” ungkapnya.

Sementara untuk tingkat SMA/SMK, Roni menyebut penyelenggaraannya di bawah kewenangan Dinas Pendidikan Provinsi, bukan di tingkat kabupaten. “Soal di SMA, saya kurang tahu karena saya hanya pelatih adik-adik pencak silat di kabupaten untuk berprestasi, termasuk di O2SN,” tuturnya.

Meski demikian, Roni tetap berupaya menginformasikan kepada sekolah-sekolah yang memiliki potensi atlet agar mereka bisa ikut dalam kompetisi tersebut.

Ia berharap ada perhatian lebih dari pihak terkait agar prestasi pencak silat di Tapin tidak terhambat kendala teknis dan minimnya dukungan. (dra/ran/tar) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved