Ramadan 2025

Masjid yang Afdhol untuk Itikaf, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Sesuai Tuntunan Rasulullah SAW

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan itikaf yang dilakukan di bulan Ramadan sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Editor: Mariana
Banjarmasin Post
ITIKAF DI MASJID - Ilustrasi seorang warga beritikaf dengan membaca Al-Qur'an di Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin, Rabu (5/3/2025). Ustadz Adi Hidayat menjelaskan itikaf yang dilakukan di bulan Ramadhan sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Pendakwah Ustadz Adi Hidayat menjelaskan itikaf yang dilakukan di bulan Ramadan sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Adapun tempat pelaksanaan itikaf, disampaikan Ustadz Adi Hidayat adalah mutlak di masjid bagi umat muslim yang ingin mengerjakannya.

Bahkan, Ustadz Adi Hidayat menuturkan ada sebagian pendapat yang merinci masjid yang afdhol adalah mesjid sebagai Jami' yang mengumpulkan orang banyak.

Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang mana di dalam umat muslim diperintahkan memperbanyak amal ibadah.

Selain puasa, ibadah lainnya yakni shalat sunnah siang dan malam, tadarus Alquran, dzikir, hingga sedekah hendaknya dimaksimalkan di sisa waktu Ramadhan.

Baca juga: Jawaban Ustadzah: Bagaimana Hukum Mengonsumsi Obat Pencegah Haid Saat Puasa Ramadan?

Baca juga: Resep Kue Kering Sambut Lebaran 2025, Simak Cara Bikin Kue Sagu Keju dan Kue Kacang Antigagal

Tak hanya itu, anjuran bagi umat Islam menunaikan itikaf di mesjid ketika memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan disepakati para ulama, tempat itikaf adalah di masjid.

"Bahkan sebagian mendetailkan masjid yang digunakan adalah bersifat jami' atau dapat mengumpulkan orang banyak, misalnya digunakan untuk Sholat Jumat," jelas Ustadz Adi Hidayat dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Adi Hidayat Official.

Hal ini sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW yang ketika beritikaf dilakukan di masjid. saat i'tikaf Rasulullah SAW memfokuskan dirinya hanya untuk ibadah kepada Allah SWT.

Yang berkaitan dengan dunia ditepikan, sampai-sampai untuk menyisir rambut saja perlu dibantu Aisyah RA.

Sebagaimana hadits riwayat Bukhari dan Muslim berikut:

Aisyah berkata, ‘’Jika Rasulullah SAW beritikaf, beliau menjulurkan kepalanya kepadaku, lalu aku menyisir rambut beliau. Beliau tak masuk ke rumah, kecuali untuk memenuhi kebutuhan manusiawi. (HR Bukhari-Muslim).

"Anda bayangkan bagaimana ingin fokusnya ibadah, sebagian badannya di masjid dan bagian kepalanya dimiringkan untuk disisirkan istrinya, ini menunjukkan pentingnya itikaf untuk membangun kedekatan dengan Allah," ucap Ustadz Adi Hidayat.

Jika itikaf bisa dilakukan di rumah, Nabi SAW pasti akan melakukannya di rumah dan berlama-lama di rumahnya.

Hal ini menjadi pesan bagi para sahabat, selama beritikaf hanya hajat yang sifatnya darurat atau tidak bisa ditunda yang boleh dilakukan di luar itikaf.

Misalnya mandi atau membersihkan tubuh, buang air kecil dan besar yang mana tidak bisa ditahan untuk dilakukan.

Adapun pengerjaan itikaf tak hanya di malam ganjil, namun disunnahkan di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Sebelum beritikaf di masjid, ada adab atau aturan yang harus dilakukan, yakni masuk dengan mendahulukan kaki kanan.

Selanjutnya membaca doa masuk masjid, yang berbunyi:

اَللّٰهُمَّ افْتَحْ لِيْ اَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Allahummaf tahlii abwaaba rohmatik

Artinya: "Ya Allah, bukalah untukku pintu-pintu rahmat-Mu"

Berikutnya shalat sunnah dua rakaat Tahiyatul Masjid, lalu duduk. Termasuk ada ta'lim yang tidak boleh dilakukan.

"Jadi semua yang dibolehkan adalah yang memotivasi kita untuk fokus ibadah, yang tidak fokus jauhkan. Atau yang terlihat seperti fokus tapi mengandung unsur riya misalnya memaksa untuk menangis," ucap Ustadz Adi Hidayat.

Di bulan Ramadhan utamanya 10 hari terakhir terdapat sebuah malam yang sangat mulia yaitu malam Lailatul Qadar.

Malam itu merupakan malam yang sangat mulia karena lebih baik dari 1.000 Bulan sehingga melakukan amalan di saat itu akan mendapatkan pahala sebanyak 1.000 Bulan beribadah.

Saat bisa beribadah di malam Lailatul Qadar selain mendapatkan pahala sebanyak 1.000 bulan maka seseorang itu biasanya akan merasakan perubahan seperti hatinya semakin tentram hidupnya semakin indah.

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang sangat dirindukan oleh seluruh kaum muslim di dunia, disembunyikan Allah demi kebaikan umat muslim.

Yang dilakukan di malam Lailatul Qadar adalah seperti semakin memperbanyak ibadah, tadarus AlQuran, shalat, berdzikir dan ibadah lainnya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, Aisyah RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang bacaan doa yang bisa dipanjatkan saat bertemu dengan malam Lailatul Qadar.

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

"Wahai Rasulullah, bagaimana bila aku mengetahui malam Lailatu Qadar, apa yang harus aku ucapkan?"

Beliau (Rasulullah SAW) menjawab, "Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf, maka maafkan aku."

Niat Itikaf di Masjid

Bagi Anda yang terbiasa melafadzkan niat, berikut niat i'tikaf selengkapnya:

نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ مَا دُمْتُ فِيهِ

Nawaitu an a‘takifa fī hādzal masjidi mā dumtu fīh.

Artinya, “Saya berniat i'tikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya.” Lafal niat ini dikutip dari Kitab Tuhfatul Muhtaj dan Nihayatul Muhtaj.

Lafal i'tikaf lain yang dapat digunakan adalah lafal berikut ini. Lafal niat itikaf ini dikutip dari Kitab Al-Majmu’ karya Imam An-Nawawi:

نَوَيْتُ الاِعْتِكَافَ فِي هذَا المَسْجِدِ لِلّهِ تَعَالى

Nawaitul i’tikāfa fī hādzal masjidi lillāhi ta‘ālā.

Artinya, “Saya berniat i’tikaf di masjid ini karena Allah SWT.”

(Banjarmasinpost.co.id)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved