Ekonomi dan Bisnis
Harga Kedelai di Tala Sudah Rp 11 Ribu/Kg, Usaha Satu Keluarga Terdampak
Naiknya harga kedelai impor secara langsung berimbas terhadap usaha perajin tahu dan tempe
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Naiknya harga kedelai impor secara langsung berimbas terhadap usaha berbahan baku kacang yang kaya vitamin B ini. Di antaranya dirasakan perajin tahu dan tempe.
Perajin tempe di Kota Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), Agus Supranoto, telah mendengar kabar naiknya harga kedelai. "Saya dengar dari kawan-kawan sudah Rp 11 ribu per kilogram," ucapnya saat ditemui di sela rutinitas memproduksi tempe, Minggu (13/4) siang.
Tempat pengolahan tempenya berada di samping rumah di kawasan jalan poros Desa Atuatu, Kecamatan Pelaihari, di lingkungan RT 18b RW 6, Kelurahan Angsau.
Tiap hari ia menjalankan usaha keluarga yang dirintis orangtua sejak 2000. Rata-rata sehari memerlukan kedelai sebanyak tiga karung atau 150 kilogram.
Sedangkan kakaknya, Sugeng, memproduksi tahu sejak sekitar lima tahun lalu. Lokasi pengolahannya berdekatan, hanya berjarak puluhan meter.
Pantauan di tempat pengolahan tempe Agus, masih banyak stok kedelai yang terbungkus karung putih. Terlihat beberapa karung ditumpuk rapi di sisi kiri teras rumah.
Agus mengatakan stok itu ia beli sebelum lebaran. Jumlahnya 70 karung, harganya saat itu masih Rp 10.200 per kilogram.
Seperti perajin tahu tempe lainnya, ia gundah dengan adanya kenaikan harga kedelai. Pasalnya, secara langsung memperbesar biaya produksi.
Sedangkan di sisi lain, pelanggan pada umumnya cukup sensitif ketika harga naik. Risikonya pelanggan bakal berkurang apabila harga jual tempe dinaikkan.
Kondisi dilematis itu cukup menyulitkan para perajin tahu tempe. Ketika nanti stok kedelainya telah habis dan mulai menggunakan kedelai harga baru (mahal), ia terpaksa akan melakukan penyesuaian agar tak merugi.
Penyesuaian seperti apa? "Mengurangi ketebalan tempe, kalau ukuran tempenya tetap. Ya, terpaksa demikian karena biaya produksinya juga naik," tandasnya.
Tempe yang diproduksi Agus ada dua ukuran yakni tempe kecil berukuran sekitar 9x4 sentimeter persego. Lalu, tempe besar berukuran sekitar 11x4 sentimeter persegi.

Ia berharap pemerintah dapat melakukan langkah khusus agar harga kedelai tetap stabil.
"Jangan lebih dari Rp 10 ribu lah kalau bisa," harapnya.
Kegelisahan juga diutarakan Hani, perajin/produsen tahu dan tempe Desa Atuatu Kecamatan Pelaihari. Naiknya harga kedelai saat ini cukup membuat pusing.
Pemilik usaha tahu tempe Berkah Usaha ini mengatakan terpaksa juga akan melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang akan dilakukannya yakni memperkecil ukuran tahu dan tempenya.
Menaikkan harga jual tahu dan tempe menurutnya hal yang sulit dilakukan karena bakal berdampak terhadap berkurangnya pelanggan. (Banjarmasinpost.co.id/Banyu Langit Roynalendra)
harga kedelai
perajin tahu
Perajin tempe
Kota Pelaihari
Kabupaten Tanahlaut (Tala)
Berita Banjarmasinpost Hari Ini
Nilai Ekspor Kalsel Agustus Capai US 965,72 Juta Dollar, Komoditas Batu Bara Masih Penopang Utama |
![]() |
---|
XLSMART Merger, Punya Layanan Unggulan Internet Rumahan yang Bisa Dipakai di Luar Rumah |
![]() |
---|
Diikuti 1.500 Peserta, Banua QRIStival 2025 di Banjarmasin Berlangsung Meriah |
![]() |
---|
Pajak Dominasi Pendapatan APBN di Kalsel, Begini Rinciannya |
![]() |
---|
Berkapasitas 72 Kursi, Segini Harga Tiket Batulicin -Makassar Naik Wings Air dari Tanahbumbu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.