Ekonomi dan Bisnis

Harga Kedelai di Tala Sudah Rp 11 Ribu/Kg, Usaha Satu Keluarga Terdampak

Naiknya harga kedelai impor secara langsung berimbas terhadap usaha perajin tahu dan tempe

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Hari Widodo
Banjarmasinpost.co.id/Banyu Langit Roynalendra
HARGA KEDELAI - Agus Supranoto sibuk membikin tempe, Minggu (13/4/2025) siang. Perajin tempe ini, turut terdampak naiknya harga kedelai. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Naiknya harga kedelai impor secara langsung berimbas terhadap usaha berbahan baku kacang yang kaya vitamin B ini. Di antaranya dirasakan perajin tahu dan tempe.

Perajin tempe di Kota Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), Agus Supranoto, telah mendengar kabar naiknya harga kedelai. "Saya dengar dari kawan-kawan sudah Rp 11 ribu per kilogram," ucapnya saat ditemui di sela rutinitas memproduksi tempe, Minggu (13/4) siang.

Tempat pengolahan tempenya berada di samping rumah di kawasan jalan poros Desa Atuatu, Kecamatan Pelaihari, di lingkungan RT 18b RW 6, Kelurahan Angsau.

Tiap hari ia menjalankan usaha keluarga yang dirintis orangtua sejak 2000. Rata-rata sehari memerlukan kedelai sebanyak tiga karung atau 150 kilogram.

Sedangkan kakaknya, Sugeng, memproduksi tahu sejak sekitar lima tahun lalu. Lokasi pengolahannya berdekatan, hanya berjarak puluhan meter.

Pantauan di tempat pengolahan tempe Agus, masih banyak stok kedelai yang terbungkus karung putih. Terlihat beberapa karung ditumpuk rapi di sisi kiri teras rumah.

Agus mengatakan stok itu ia beli sebelum lebaran. Jumlahnya 70 karung, harganya saat itu masih Rp 10.200 per kilogram.

Seperti perajin tahu tempe lainnya, ia gundah dengan adanya kenaikan harga kedelai. Pasalnya, secara langsung memperbesar biaya produksi.

Sedangkan di sisi lain, pelanggan pada umumnya cukup sensitif ketika harga naik. Risikonya pelanggan bakal berkurang apabila harga jual tempe dinaikkan.

Kondisi dilematis itu cukup menyulitkan para perajin tahu tempe. Ketika nanti stok kedelainya telah habis dan mulai menggunakan kedelai harga baru (mahal), ia terpaksa akan melakukan penyesuaian agar tak merugi.

Penyesuaian seperti apa? "Mengurangi ketebalan tempe, kalau ukuran tempenya tetap. Ya, terpaksa demikian karena biaya produksinya juga naik," tandasnya.

Tempe yang diproduksi Agus ada dua ukuran yakni tempe kecil berukuran sekitar 9x4 sentimeter persego. Lalu, tempe besar berukuran sekitar 11x4 sentimeter persegi.

Harga kedelai berimbas ke perajin tempe di pelaihari
HARGA KEDELAI - Agus Supranoto sibuk membikin tempe, Minggu (13/4/2025) siang. Perajin tempe ini, turut terdampak naiknya harga kedelai.

Ia berharap pemerintah dapat melakukan langkah khusus agar harga kedelai tetap stabil.

"Jangan lebih dari Rp 10 ribu lah kalau bisa," harapnya.

Kegelisahan juga diutarakan Hani, perajin/produsen tahu dan tempe Desa Atuatu Kecamatan Pelaihari. Naiknya harga kedelai saat ini cukup membuat pusing.

Pemilik usaha tahu tempe Berkah Usaha ini mengatakan terpaksa juga akan melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang akan dilakukannya yakni memperkecil ukuran tahu dan tempenya.

Menaikkan harga jual tahu dan tempe menurutnya hal yang sulit dilakukan karena bakal berdampak terhadap berkurangnya pelanggan. (Banjarmasinpost.co.id/Banyu Langit Roynalendra)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved