Usaha Tempe di Angsau Pelaihari
UMKM Kalsel: Perlu Dua Hari, Begini Proses dan Tahapan Bikin Tempe di Angsau Pelaihari Tanahlaut
Tempe, salah satu makanan khas Indonesia yang cukup terkenal dan tak lekang oleh waktu maupun perubahan zaman
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Edi Nugroho
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Tempe, salah satu makanan khas Indonesia yang cukup terkenal dan tak lekang oleh waktu maupun perubahan zaman. Tak heran jika hingga sekarang masih cukup banyak penggemar atau penikmatnya.
Namun tak banyak orang yang tahu tentang proses dan tahapan produksinya. Cukup menyita tenaga dan waktu serta kesabaran karena 'bergelut' dengan uap panas rebusan kedelai dan hawa panas pembakaran kayu yang menjadi sumber api untuk perebusan kedelai.
Berdasar catatan media ini, Rabu (30/4/2025), setidaknya ada enam tahapan yang harus dilalui untuk membuat tempe. Waktu yang diperlukan selama dua hari.
"Jadi misal membuatnya Hari Minggu maka selesainya Hari Selasa. Perlu waktu selama dua hari, sejak awal proses hingga tempe siap jual," papar Agus Supranoto, salah satu produsen tempe di Kota Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel).
Baca juga: Pelaku Diduga Penadah Emas Hasil Aksi Jambret di Tanjung Selatan Tabalong Turut Diamankan Polisi
Baca juga: Polres HST Bakal Gelar Sidang Kode Etik Oknum Anggota Polsek Limpasu Diduga Terlibat Narkoba
Usaha tempe lelaki ramah ini berada di kawasan Jalan Balerejo di Kelurahan Angsau, Kecamatan Pelaihari. Ini merupakan jalan poros yang menghubungkan Balerejo ke arah Wisata Air Terjun Bajuin.
Tahap pertama pembuatan tempe, jelas Agus, diawali dengan perendaman kedelai dengan air bersih. Tahap ini memerlukan waktu selama 12 jam.
Agus biasanya mulai merendam kedelai pada sore hari hingga keesokan paginya. Kemudian dibilas dengan air bersih, lalu digiling menggunakan mesin giling.
Penggilingan tersebut untuk membuang ampas (kulit). Tahapan berikutnya yaitu perebusan sekitar selama satu jam. Jika nyala apinya besar, cukup satu jam hingga mendidih.
Untuk menghemat biaya produksi, pada tahapan ini Agus hanya menggunakan kayu bakar. Tempat perebusannya di tungku sederhana.
Tahap berikutnya yaitu ditiriskan sekitar 1,5 jam untuk mengurangi kadar air. Selanjutnya kedelai tersebut diletakkan di atas tikar purun yang telah dibentangkan.
Kedelai ini kemudian diratakan di atas tikar tersebut agar lapisannya tak terlampau tebal supaya lekas kering. Agar lekas kering, Agus menggunakan alat bantu berupa kipas angin ukuran besar. Ini memerlukan waktu sekitar setengah jam.
Setelah itu barulah sampai pada tahapan peragian atau menaburkan ragi pada kedelai itu. "Saya juga menambahkan sedikit tepung kanji," papar Agus.
Ia mengatakan tahapan berikutnya yakni pengemasan atau memasukan kedelai tersebut ke dalam kemasan plastik transparan. Ada dua ukuran produk tempenya yaitu kemasan berukuran 9x4 sentimeter dan 11x4 sentimeter.
Tahapan pengemasan ini biasanya mulai tengah hari. Setelah itu, diletakkan di rak bertingkat dan disusun secara rapi sesuai kelompok ukuran. Berikutnya tinggal menunggu proses terbentuknya tempe.
Harga tempe yang diproduksi Agus cukup terjangkau. Ukuran kecil seharga Rp 2.000, sedangkan ukuran yang besar seharga Rp 4.000 per potong.
Kemana menjualnya? "Cukup ke pasar subuh di Kota Pelaihari. Alhamdulillah habis terus," tandas Agus.
(banjarmasinpost.co.id/banyu langit roynalendra nareswara)
BPOST GROUP/BANYU LANGIT ROYNALENDRA NARESWARA
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.