Barito Putera Wasaka

Teco Hadapi Mitos Samba di Barito Putera, Raja Liga 1 Sampai Asisten Pelatih Timnas Brasil Pun Gagal

Stefano Cugurra alias Teco jadi pelatih ke-4 asal Brasil yang tangani Barito Putera. Tiga sosok sebelumnya gagal membawa Laskar Antasari berprestasi

|
bola.com
PENGHORMATAN - Coach Teco mendapat penghormatan dari Bali United saat perpisahan di Stadion Kapten I Wayan Dipta, beberapa waktu lalu. Musim ini, pelatih asal Brasil yang sudah WNI itu tangani Barito Putera di Liga 2025-2026. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Babak baru PS Barito Putera akan dimulai pada pekan ketiga Agustus 2025 mendatang. Saat itu, tim yang bermarkas di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan tersebut, mulai berjuang di kompetisi sepak bola Liga 2 Indonesia musim 2025-2026 yang melibatkan 20 klub dari berbagai daerah di Tanah Air.


Sebelumnya, selama 14 tahun Barito Putera berkiprah di Liga 1 atau sejak 2011. Pencapaian terbaik klub yang didirikan oleh pengusaha (alm) HA Sulaiman HB itu adalah peringkat ke-7 pada Liga 1 2021-2022. Selepas itu, skuat Laskar Antasari lebih sering berkutat di papan bawah, bahkan zona merah klasemen, hingga akhirnya terdegradasi pada Liga 1 2024-2025, setelah menempati posisi ke-17 dari 18 kontestan. 


Tak larut dalam kesedihan, manajemen tim langsung berbenah. Mereka memutuskan pindah homebase dari Stadion Demang Lehman, Martapura, Kabupaten Banjar, ke Stadion 17 Mei Banjarmasin. Selain daya tampung penonton lebih banyak, 12.000 berbanding 7.200 (setelah direnovasi), juga lokasi lebih dekat dengan suporter Barito Putera yang banyak tinggal di Banjarmasin dan sekitar.


Langkah kedua, CEO Barito Putera, Hasnuryadi Sulaiman atas dasar berbagai pertimbangan dan masukan sejumlah kalangan yang kompeten, mengontrak pelatih top sarat berprestasi, Stefano Cugurra atau lebih dikenal sebagai Coach Teco (50). 


Bagi penggemar sepak bola, pasti tahu reputasi lelaki asal Brasil tersebut. Dia ikut membantu Persebaya Surabaya saat menjuarai Liga 1 2004. Ketika itu, Teco masih jadi pelatih fisik. Sedangkan pelatih kepala dijabat Jacksen F Tiago.  Selama lima tahun di Kota Pahlawan, dia ikut rasakan juara tiga kali sebagai asisten pelatih. 


Setelah pelatih fisik, Teco menapaki karier sebagai pelatih kepala. Tapi, dia memulainya di Malaysia pada 2009 di klub Kuala Muda Naza. Teco kemudian hijrah ke Thailand. Dari 2010 hingga 2016, dia tangani empat tim berbeda.


Pada 2017, Teco kembali ke Indonesia. Dia menjajal tantangan menangani klub besar Persija Jakarta. Dia membuka prestasi dengan menjuarai Piala Presiden 2018. Akhir tahun, dia bawa  tim berjulukan Macan Kemayoran jadi juara Liga 1 2018.


Musim berikutnya, Teco hijrah ke Pulau Dewata. Tak perlu lama, Bali United FC jadi kampiun Liga 1 2019. Prestasi itu berhasil diulang Serdadu Tridatu pada 2021-2022. Lebih kurang tujuh tahun di Bali, Teco membuat keputusan mengejutkan. Dia memilih bergabung Barito Putera yang baru saja turun level dari Liga 1 ke Liga 2.


Agen sang pelatih, Gabriel Budi, mengungkapkan alasan Stefano Cugurra memilih Barito Putera daripada klub-klub Liga 1. Pelatih asal Brasil itu ingin hadapi tantangan seperti proyek dia ketika sukses membawa promosi klub Thailand Chiangrai United ke kasta tertinggi Thai League One. 


 “Kami akhirnya memilih Barito karena challenge dan project value (tantangan dan nilai proyek) yang bagus,” kata Gabriel Budi kepada Kompas.com.  “Karena project seperti ini pernah Coach Teco lakukan di Chiangrai United, membawa Chiangrai dari Liga 2 Thailand - ke Liga 1 Thai League dan stabil di papan atas,” paparnya. 


Thai League 2 boleh saja lebih berbobot dan persaingan lebih keras dibanding Liga 2 Indonesia. Meski begitu, ada faktor x yang tak bisa dijelaskan secara teknis. Khusus di Barito Putera, pelatih hebat tak sertamerta mampu berikan kesuksesan. Termasuk yang berasal dari Brasil, yang timnasnya juara lima kali Piala Dunia dan terus lahirkan pemain berkelas.


Perihal pelatih dari Negeri Samba yang pernah latih Barito Putera, berdasar catatan banjarmasinpost.co.id, satidaknya ada tiga sosok sebelum Teco, yang gagal mengangkat performa tim. Berikut selintas kiprah mereka.


Jacksen F Tiago (periode 2017-2019)
Sebagai pemain, Jacksen bantu Persebaya Surabaya meraih gelar juara Liga Indonesia pada musim 1996-1997 dan menjadi top scorer dengan 26 gol. 

Jacksen F Tiago saat latih Barito Putera
Jacksen F Tiago


Sebagai pelatih, Jacksen bawa Persebaya rebut trofi juara Liga Indonesia First Division (2003) kemudian kampiun Liga Indonesia Premier Division (2004). Kesuksesannya berlajut di Persipura Jayapura. Bersama klub berjulukan Mutiara Hitam, Jacksen raih tiga gelar Liga Super Indonesia pada musim 2008-2009, 2010-2011 dan 2013. 


Prestasi itu membawa Jacksen menangani Timnas Indonesia (2013). Tapi  hanya berstatus sebagai pelatih interim bersama Rahmad Darmawan. Jacksen pernah melatih klub Malaysia, Penang FA pada tahun 2014. 

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved