Berita Ekonomi

Bank Indonesia Sebut Pemberlakuan Tarif Impor di AS tak Berdampak Langsung Terhadap Ekspor Kalsel

Komoditas ekspor utama Indonesia ke Amerika Serikat meliputi peralatan listrik, elektronik, tekstil, alas kaki dan furnitur. 

Penulis: Salmah | Editor: Edi Nugroho
Banjarmasinpost.co.id/Rizki Fadillah
PETI KEMAS JATUH - Ilustrasi: Muatan peti kemas terjatuh di Jalan Anang Adenansi Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin, Rabu (12/3/2025) siang. Bank Indonesia Sebut Pemberlakuan Tarif Impor di AS tak Berdampak Langsung Terhadap Ekspor Kalsel 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Komoditas ekspor utama Indonesia ke Amerika Serikat meliputi peralatan listrik, elektronik, tekstil, alas kaki dan furnitur. Pemberlakuan tarif impor 32 persen per 1 Agustus 2025 oleh Presiden Donald Trump tentunya akan meningkatkan harga produk tersebut di pasar domestik AS.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan Fadjar Majardi mengatakan dalam jangka pendek, permintaan produk tersebut diperkirakan turun akibat adanya kenaikan harga.

“Dalam jangka menengah, dampak penurunannya diperkirakan semakin minimal. Hal ini mengingat AS tidak memiliki keunggulan dalam memproduksi produk yang diimpor dari Indonesia tersebut. Sementara negara pesaing Indonesia juga dikenai tarif impor, sehingga pasar AS tidak memiliki subtitusi produk dengan harga yang lebih murah,” jelasnya.

Dampak yang diterima Kalsel lebih minimal, mengingat komoditas ekspor daerah ini didominasi oleh hasil pertambangan dan CPO, yang utamanya tertuju ke Cina, India, Jepang dan kawasan ASEAN. “Berdasarkan hal ini, pemberlakuan tarif impor oleh AS tidak memiliki dampak langsung terhadap ekspor Kalsel,” jelasnya, Rabu (9/7).

Baca juga: Terbukti Lakukan Korupsi Proyek, Mantan Kepala Dinas PUPR Kalsel Ini Divonis Lima Tahun Penjara

Baca juga: Petani Tanahlaut Ini Ngaku Sulit Turunkan Kadar Air Jagung Hingga 20 Persen, Begini Harapannya

Agar dampak tidak semakin besar, menurutnya, BI harus menjaga stabilitas nilai rupiah. “Strategi ini disertai dengan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas pasar keuangan,” terangnya.

Fadjar memperkirakan pemberlakuan tarif impor kepada sejumlah negara justru akan berdampak terhadap inflasi AS. Sedangkan pengaruhnya terhadap inflasi Indonesia sangat minimal. Inflasi diperkirakan tetap terkendali di kisaran 2,5 persen pada 2025 dan 2026.

Untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan, menurut Fadjar, BI terus berkoordinasi dengan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mengambil berbagai kebijakan dan langkah yang diperlukan.  

Berdasarkan hasil asesmen KSSK, tarif impor AS diperkirakan mendorong aliran modal dunia bergeser dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman (safe haven asset), terutama ke aset keuangan di Eropa dan Jepang serta komoditas emas. (Banjarmasinpost.co.id/salmah saurin)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved