Berita Batola

Kadang Ketemu Bekantan, Warga Desa Marabahan Baru Batola Ini Aktif Cari Udang Galah di Pulau Curiak

Muara Sungai Anjir dekat Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Baritokuala, Kalimantan Selatan, puluhan nelayan 

Editor: Edi Nugroho
 (banjarmasinpost.co.id/antara)
PULAU CURIAK-Muara Sungai Anjir dekat Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Baritokuala, Kalimantan Selatan, puluhan nelayan berkumpul setiap pagi. Mereka membawa hasil tangkapan untuk dijual. Kadang Ketemu Bekantan, Warga Desa Marabahan Baru Batola Ini Aktif Cari Udang Galah di Pulau Curiak 

BANJARMASINPOST.CO.ID-Muara Sungai Anjir dekat Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Baritokuala, Kalimantan Selatan, puluhan nelayan berkumpul setiap pagi. Mereka membawa hasil tangkapan untuk dijual. Sebagian besar pembeli merupakan pengepul yang akan menjual ikan ke pasar.

Jual beli hasil tangkapan di sekitar Pulau Curiak ini disebut sebagai Pasar Terapung, dimana nelayan dan pembeli bertransaksi di atas perahu.

Nelayan kebanyakan mencari ikan saat malam hingga menjelang pagi. Munculnya pancaran matahari menandai berakhirnya aktivitas pencarian ikan secara tradisional di pesisir Sungai Barito.

Sungai Barito adalah rumah bagi berbagai jenis ikan seperti baung, lundu, baga-baga, lais, patin, jelawat, seluang, nila, puyau, sili-sili, handungan dan senggiringan.

Baca juga: Tetiba Lahan di Gunung Kupang Banjarbaru Terbakar Malam Hari, Kepala BPBD Ungkap Dugaan Penyebabnya

Baca juga: Operasi Patuh di Kalsel Jaring 5.357 Pelanggaran, Paling Banyak Tak Pakai Helm SNI

Selain ikan, paling banyak dicari nelayan adalah udang galah. Udang ini memiliki ciri fisik besar, panjangnya mencapai 30 sentimeter dan bercapit besar. Harga udang galah tinggi sehingga menjadi daya tarik nelayan.

Kaspan Anwari (54) atau lebih dikenal sebagai Ipan, warga Desa Marabahan Baru, merupakan salah satu nelayan yang aktif mencari ikan di kawasan Pulau Curiak. Dia mengatakan kawasan tersebut menjadi tempat berkembang biak ikan dan udang.

Kondisi ini terjadi setelah adanya upaya konservasi bekantan di Pulau Curiak oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) sejak 2015 dan diresmikannya Stasiun Riset Bekantan pada Juli 2018.

Sebagai nelayan, Ipan sering berjumpa dengan bekantan di Pulau Curiak yang sekarang menjadi Stasiun Riset Bekantan. Ipan pun bergabung sebagai relawan konservasi sekaligus pemandu wisata, tanpa meninggalkan mata pencaharian utamanya sebagai nelayan.

Hal senada disampaikan Rapi, nelayan lainnya dari Desa Anjir Muara 1. Dia merasa senang hasil tangkapan baik udang galah maupun ikan air tawar mulai ramai lagi setelah pesisir Pulau Curiak dihutankan kembali dengan ditanami mangrove rambai. Udang galah menjadi sumber pendapatannya di samping bertani sawah pasang surut.

Semangat menjaga dan menambah populasi bekantan di luar kawasan konservasi Pulau Curiak oleh SBI ternyata berdampak besar bagi kehidupan masyarakat sekitar pulau. Total ada sembilan desa di Kecamatan Anjir Muara yang masyarakatnya terdampak positif kemajuan konservasi.

Pendiri SBI Dr Amalia Rezeki mengatakan dari aspek ekologi, upaya pelestarian ekosistem lahan basah di Pulau Curiak telah meningkatkan vegetasi mangrove rambai. Masyarakat sekitar pun mendapatkan manfaat dari peningkatan kualitas dan kuantitas keanekaragaman hayati.

Sebelumnya kawasan Pulau Curiak mengalami degradasi hutan mangrove ripariannya. Pohon mangrove rambai yang menjadi tempat hidup ikan dan berpijah udang galah telah rusak dan akar pohonnya banyak diambil untuk industri tutup botol, dan juga bahan gabus pembuat shuttlecocks bulutangkis, sehingga banyak pohon meranggas dan kemudian mati. (banjarmasinpost.co.id/antara)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved