Komisi X DPR RI Setuju Pelarangan Roblox, Ridho Akui Tak Semua Game Ramah Anak

BANJARMASINPOST.CO,ID - Game Roblox belakangan ini menjadi sorotan usai adanya larangan dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti. Alasannya, Roblox dinilai mengandung unsur kekerasan, eksploitasi seksual, hingga diduga menjadi sarana predator anak mencari korban.

Banyak dari mereka yang tidak sepenuhnya paham bahwa di dalam game tersebut terselip konten dewasa yang dibuat oleh para pengguna atau modder secara bebas.

Namun Kanit PPA Satreskrim Polresta Banjarmasin, Ipda Partogi Hutahaean, menegaskan bahwa hingga saat ini belum menerima laporan atau menangani kasus kekerasan terhadap anak yang berkaitan dengan game. “Nihil, belum ada kasus yang sampai dilaporkan karena game sejauh ini,” ujar Partogi, Kamis (7/8).

Serupa disampaikan oleh Kasat Reskrim Polres Tanahbumbu AKP Muhammad Taufan Maulana. Terkait kasus dari game, seperti bullying yang mengakibatkan pelecehan, belum ada laporan. “Di tahun 2025 ini, ada sembilan kasus terkait anak. Mulai dari KDRT, kekerasan terhadap anak, sebagian sudah selesai, dan sebagian masih berproses. Kalo berawal dari bullying terinspirasi game belum ada,” katanya.

Baca juga: Warga Banjarmasin Ini Bantah Roblox Ajarkan Kekerasan, Mendikdasmen Larang Murid Memainkan

Baca juga: Roblox Oh Roblox

Sementara itu Apriani, salah seorang orangtua yang anaknya senang bermain roblox, mengungkapkan pengawasan yang terpenting dilakukan, agar anak tidak terlalu jauh bermainnya.

Adapun seorang pemain aktif Roblox asal Handil Bakti, Baritokuala (Batola), Ridho Wahyudi (27), yang sesekali juga membuat konten bermain Roblox bersama istrinya, mengaku cukup memahami risiko dari game yang sekilas tampak ramah anak ini.

 “Roblox itu bukan sekadar game tunggal, tapi platform game, kayak Steam atau Epic. Di dalamnya ada ratusan bahkan ribuan game bikinan pengguna, dan tidak semuanya ramah anak,” jelas Ridho.

Menurutnya, di balik tampilan grafis game yang berwarna dan karakter lucunya, Roblox menyimpan potensi bahaya tersendiri. Ia menyebut ada maps atau dunia virtual di Roblox yang berisi konten dewasa, seperti clubing, roleplay pacaran, hingga aktivitas 18+, yang bisa diakses bebas tanpa filter ketat.

“Siapa pun bisa bikin maps sendiri, termasuk maps yang nyeleneh. Karena ada peluang cuan dari situ, mereka bikin maps yang bisa memancing pemain, termasuk anak-anak,” jelas Ridho.

Ia menjelaskan, modder di Roblox bisa meraup keuntungan dari fitur berbayar yang dipasang di maps mereka. Hal inilah yang menurutnya membuat pengembang tidak selalu memikirkan kesesuaian umur pemain.

Ridho menyambut baik imbauan pelarangan bermain Roblox bagi anak-anak. Menurutnya, yang paling penting saat ini adalah pengawasan orangtua terhadap aktivitas digital anak.

“Saya setuju dengan larangan itu, karena faktanya banyak anak-anak yang main Roblox tanpa didampingi. Tapi orangtua juga jangan langsung nyetop, lebih baik dikontrol jam mainnya, dilihat dulu mereka main apa,” sarannya.

Terpisah Wakil Ketua Komisi X DPR Lalu Hadrian mendukung keputusan Menteri Abdul Mu’ti melarang permainan game Roblox bagi para siswa. Pimpinan komisi bidang pendidikan itu mendukung imbauan larangan itu menyusul tingginya waktu yang dikeluarkan siswa untuk bermain game. Menurut dia, 65 persen anak-anak rata-rata menghabiskan 4 jam untuk bermain game.

“Kami di Komisi 10 sangat setuju, karena berdasarkan data bahwa 65 persen dari anak-anak kita hari ini, terutama yang usia sekolah, menghabiskan waktunya minimal empat jam untuk main game,” kata Lalu. (sul/rin)