Berita Banjarmasin

Kisah Dokter Forensik, Kerap Hadir di Areal Pemakaman, Tak Punya Ritual Khusus Menjelang Otopsi

BAGI sebagian orang menghadapi jenazah dengan kondisi penuh darah, membusuk, kepada pecah dan lainnya tentunya membuat bergidik, merinding

Editor: Eka Dinayanti
BPost Cetak
Blitz edisi cetak Sabtu (16/3/2019) 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - BAGI sebagian orang menghadapi jenazah dengan kondisi penuh darah, membusuk, kepada pecah dan lainnya tentunya membuat bergidik, merinding dan kadang ngeri.

Namun bagi dr Iwan Aflanie M Kes, SpF, SH hal itu merupakan sesuatu yang biasa.

Ditemani tenaga medis seperti dari pihak dokter kepolisian, ia kerap membedah dan memeriksa jenazah dalam kondisi apa pun.

Bahkan kala memeriksa jenazah yang telah dikuburkan dan kuburannya dibongkar lagi biasa dilakukannya.

Tak ada rasa jijik dan takut.

Bau busuk hingga kondisi jenazah yang tak lengkap bisa dihadapinya kala melakukan otopsi terhadap seseorang yang kematiannya dianggap tak wajar.

Kelegaan pun didapat kala hasil pemeriksaannya dapat menyimpulkan sebab meninggalnya seseorang.

Ya dokter yang hobi gowes ini adalah salah satu dari tiga dokter Spesialis Kedokteran Forensik dan Medikolegal yang dimiliki Banua hingga kini.

Baca: Dulu Bertabur Perempuan Seksi, Transaksi Pun Terbuka, Sekarang Jalan Kenanga Eks Pembatuan Sepi

Baca: Lee Jong Hyun CNBLUE Diduga Pernah Lecehkan Hyejeong AOA Selain Video Asusila Seungri Jung Joon

Baca: Buntut Candaan Luna Maya Pada Raffi Ahmad dan Boy William Diduga Sindir Syahrini yang Dinikahi Reino

Baca: Beda Pengakuan Gisella Anastasia dan Wijaya Saputra, Kenal Saat Masih Bersama Gading Marten?

Tak hanya itu, Iwan pun kerap terlihat hadir di areal pekuburan langsung kala melakukan otopsi terhadap mayat-mayat yang penyebab kematiannya 'mencurigakan'.

Saat berbincang dengan BPost, lulusan Pendidikan Forensik dan Medikolegal dari Universitas Gadjah Mada ini mengaku saat melakukan otopsi pertama kali tidak ada merasa takut dan sebagainya.

"Pertama kali melakukan otopsi tidak merasa takut karena waktu pendidikan dokter umum sudah terbiasa memeriksa jenazah pada mata kuliah anatomi," tuturnya.

Menurutnya, kerja forensik yang bersifat Pro Justicia penuh tantangan.
Mulai dari mayat bersimbah darah, kondisi jenazah yang membusuk sampai kasus yang pelik.

Ia sendiri menilai hal itu mengasyikkan.

Apalagi ada kepuasan yang sulit untuk digambarkan ketika bisa membantu proses penegakkan keadilan.

"Bagiku tidak ada ritual khusus menjelang otopsi, cukup berdoa minta perlindungan dan pertolongan Allah SWT," paparnya seraya mengatakan selama jadi dokter spesialis forensik tidak pernah mengalami fenomena mistis dan lainnya saat melakukan kerjanya dan sesudahnya.

Awal dirinya menjadi dokter spesialis forensik berawal setelah lulus dari pendidikan dokter umum dan sempat menjadi dosen dan menjadi dokter 'part timer' di sebuah BUMN sebagai penanggung jawab medis.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved