Ada sekitar lima orang napi setempat yang telah piawai memproduksi tempe.
Syahroni menuturkan tiap hari dirinya mengolah dua kilogram kedelai.
Dari bahan baku ini, ia bisa menghasilkan 16 potong tempe.
Ukuran panjangnya sekitar 20 sentimeter dengan ketebalan sekitar satu sentimeter.
Langkah pertama, beber Syahroni, yakni merebus biji kedelai selama beberapa menit.
Lalu dicuci untuk membuang kulit biji.
Setelah itu direbus kembali.
Berikutnya yakni proses pendinginan.
Pada tahap ini, kedelai yang telah bersih itu ditabur merata tipis di permukaan meja berpelapis tikar.
Setelah dingin ditaburi ragi dengan takaran tiga sendok untuk tiga kilogram bahan baku kedelai.
"Langkah terakhir tinggal mengemasnya. Kami di sini kemasannya pakai plastik," beber Syahroni.
Ia mengatakan tak perlu waktu lama untuk memproduksi tempe sejak awal proses.
"Dua hari sudah jadi, sudah siap dipasarkan. Tempe bikinan kami di simi harganya sekitar Rp 5.000 karena ukurannya juga lumayan besar," sebutnya.
Kepala Subseksi Bagian Kerja Lapas Narkotika Kelas 2A Karangintan Muhammad Riyani mengatakan pihaknya memang intens melakukan pembinaan keterampilan kepada para WBP.
Tentu bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan administratif maupun kecakapan.
"Kalau untuk produksi tempe, alhamdulillah jalan terus tiap hari. Tapi memang masih dalam skala terbatas untuk pemenuhan lauk internal kami di sini," jelas Riyani, Jumat (10/05/2019).
Namun kadang ada juga keluarga pembezuk yang tertarik dan membeli.
Dikatakannya ada juga rencana meningkatkan produksi tempe jika serapan pasar prospektif.
(banjarmasinpost.co.id/roy)