Ditambahkannya, ada dua cara dalam melakukan mandi wajib, perbedaannya terletak pada cara membasuh kaki.
Pada salah satu hadist, kedua kaki dibasuh pada tahap akhir setelah melakukan wudhu dan menyiram kepala hingga seluruh tubuh.
Di hadist lainnya, diperintahkan untuk membasuh kedua kaki pada tahapan wudhu sebagaimana wudhu yang sempurna untuk shalat, kemudian dilanjutkan menyiram kepala dan seluruh tubuh.
"Kedua-duanya tidak ada persoalan, tinggal pilih mana yang paling mudah untuk dilakukan, karena perbedaannya tipis saja membasuh kaki diakhir atau diawalkan sesuai wudhu," jelasnya.
Ustadz Adi Hidayat pun melakukan tutorial mandi janabah, dimulai dari masuk kamar mandi dengan kaki kiri dan membaca doa masuk kamar mandi.
Ia mencontohkan mandi wajib dengan tiga jenis alat, yakni keran, gayung, dan shower.
Pada saat mencuci tangan di awal, Ustadz Adi Hidayat menyarankan untuk menggunakan sabun agar kuman atau bakteri yang menempel bisa hilang.
Baca juga: Amalan Puasa Sunnah di Bulan Rajab, Simak Penjelasan Buya Yahya Dipertegas dengan 4 Mazhab
Hal ini karena setelah mencuci tangan dilanjutkan dengan membersihkan kemaluan.
Setelah itu dilanjutkan dengan wudhu dan proses penyiraman kepala dan seluruh anggota tubuh.
Niat Mandi Wajib
Mulai dengan niat mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar.
Niat ini membedakan mandi wajib dengan mandi biasa, sebagaimana ia membedakan ibadah dengan adat atau kebiasaan.
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai yang ia niatkan” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Berikut ini lafadz niat mandi wajib:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَكْبَرِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
"Nawaitu Ghusla Lifrafil Hadatsil Akbari Fardhan Lillahi Ta'aala."
Artinya: "Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadas besar fardhu karena Allah Ta'aala."
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)