Sebagian orang mungkin memiliki anggapan, bahwa maternal instinct memiliki peran yang penting untuk dimiliki oleh seorang perempuan, atau lebih tepatnya seorang ibu.
Alasannya karena maternal instinct ini memiliki kaitan dengan kemampuan seorang ibu untuk melindungi anak-anaknya.
Beberapa dari perempuan merasa khawatir, bahwa mereka tidak memiliki atau mengalami masalah dengan maternal instinct, serta tidak yakin bahwa mereka akan menjadi seorang ibu yang baik sesuai dengan harapan anak atau dirinya.
6. Memiliki kondisi fisik tertentu
Beberapa mungkin memiliki kondisi fisik tertentu yang membuat dirinya tidak bisa atau tidak mampu memiliki seorang anak.
Contohnya seperti mengidap penyakit keturunan dan lain sebagainya. Kondisi tersebutlah yang kemudian akan menjadi alasan terbesar seorang individu maupun pasangan memilih untuk childfree.
7. Alasan personal
Alasan terakhir adalah karena alasan personal dari seseorang atau pasangan. Seperti tidak ada alasan khusus, hanya saja mereka memilih untuk childfree, sebab mereka merasa nyaman dengan kondisi tersebut.
Mungkin juga, beberapa orang memiliki pandangan bahwa lebih aman, baik itu secara finansial maupun fisik untuk memilih childfree.
Mementingkan diri ketimbang anak
Sementara itu secara psikologis, Ratna menganggap jika orang memilih childfree karena mendahulukan diri sendiri dan kurang suka berhubungan dekat dengan orang lain. Ia menyebut, orang tipe ini tidak menemukan arti dari anak dalam suatu keluarga.
"Mereka biasanya tidak mempunyai emosi yang dalam. Tidak bisa punya hubungan yang benar-benar dekat dengan orang lain," ujarnya.
Di luar itu, Ratna menilai, orang dewasa yang childfree senang mempunyai aktivitas sehari-hari yang bebas dari tanggungan atas anak. Mereka jadi punya waktu untuk mengutamakan pekerjaan dalam hidupnya.
"Mereka tidak perlu memikirkan siapa yang mengasuh dan membimbing anak," tambahnya.
Alasan lain orang dewasa childfree karena ia mungkin merasa bersalah karena merasa kurang mampu merawatnya. Orang seperti ini berpikir mereka kurang uang, ingin fokus berkarier, atau tidak bisa memberi pendidikan cukup kepada anak.
"Ketakutan tidak bisa membahagiakan anak dari segi materi membuat mereka memilih tidak punya anak," jelasnya.
Tuntutan lingkungan
Sosiolog Universitas Sepuluh Maret Drajat Tri Kartono mengungkapkan, memang ada pergeseran tren di kalangan masyarakat. Orang tidak lagi menganggap anak bernilai tinggi, melainkan sebagai beban.
"Dulu ada kepercayaan banyak anak banyak rezeki. Anak bukan dianggap beban biaya dalam perekonomian keluarga tapi justru sumber pendapatan," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/2/2023).
Drajat mencontohkan, orang zaman dulu bisa diminta membantu orang tua bekerja di pasar atau sawah.
Namun, saat ini muncul perkembangan zaman yang menghasilkan spesialisasi pekerjaan. Anak tidak bisa lagi dengan mudah dipekerjakan di tempat kerja orang tuanya.
"Tidak semua pekerjaan bisa dilakukan banyak orang. Kemudian, anak itu tidak bisa langsung membantu ekonomi orang tua. Hingga kemudian dianggap sebagai beban atau cost biaya," lanjutnya.
Menurut Drajat, orang tua harus mengeluarkan uang untuk biaya kebutuhan anak, antara lain sekolah, les, dan kesehatan. Kondisi ini masih ditambah oleh standar masyarakat yang menuntut orang tua memberikan hal yang terbaik bagi anak.
"Ini menyebabkan banyak anak jadi banyak beban. Di situlah orang jadi mengurangi jumlah anak. Dulu misalnya 6 sekarang maksimal dua atau tiga, bahkan satu sudah cukup," jelasnya.
Tidak hanya itu, ia memandang hubungan orang tua dan anak di dalam keluarga saat ini cenderung bersifat privat. Kondisi tersebut memicu orang untuk melindungi privasinya.
Orang-orang ini tidak mau kehidupannya diganggu orang lain karena ia sanggup mengelola kepemilikannya sendiri. Hal demikian tetap berlaku meskipun antara orang tua dan anak kandung.
Drajat menambahkan, jika orang tersebut mau mempunyai anak, dia akan cenderung memilih adopsi. Dia tidak akan terlalu terbebani daripada merawat anaknya sendiri.
Gitasav Bahas Soal Anak
Gita Savitri atau Gitasav makin menjadi perbincangan publik usai pernyataan. kontroversialnya yang menyebutkan bahwa tak punya anak bisa membuat lebih awet muda.
Influencer yang menggaungkan childfree ini rupanya pernah punya keinginan untuk mempunyai anak beberapa tahun silam.
Pernyataan itu pernah ditulis Gita Savitri di blog pribadinya pada 5 Maret 2015.
Blog tersebut kemudian dibagikan akun @_rimpang di Twitter.
Dalam tulisannya, Gita Savitri membayangkan bagaimana ketika nanti ia menjadi orangtua.
Ia meyakini akan memberikan yang terbaik mulai dari pendidikannya, cara mendidiknya di rumah, dan sebagainya.
"Jadi orang tua itu ternyata sulit banget (gue baru mikirin aja udah pusing). Jelas lo mau yang terbaik untuk anak lo," kata Gita Savitri di awal blog tersebut, dikutip Kamis (9/2/2023).
"Gue pernah ngobrol gitu sama cowok gue. Gue sama dia setuju kalau anak kita nanti mesti dididik benar-benar. Dituntun, dikasih tau mana yang benar dan mana yang salah tapi nggak menggurui," imbuhnya.
Baca juga: Bukan Pacar Ariel NOAH, Marchella FP Penulis Novel NKCTHI Cuma Dicap Sebagai Teman
Tak hanya itu, dalam tulisan itu Gita Savitri juga mengungkap bahwa dirinya ingin memiliki dua orang anak kelak.
Ia juga berharap bisa beribadah bersama anak-anaknya kelak.
"Terus gue kan parno ya sama dunia zaman sekarang yang gilanya sudah luar biasa. Gue bilang ke doi kalau kita berempat (gue pengen punya dua anak insha Allah) tiap Jumat ada tarbiyah di rumah, biar anak gue punya karakter, prinsip, pendirian, dan ngerti jelas mana hitam mana putih. Ngaji bareng-bareng, diskusi bareng-bareng," imbuh Gita Savitri lagi.
Gita Savitri pun bahkan juga pernah menyebut bahwa menjadi ibu adalah pekerjaan yang mulia dan saat itu ia juga ingin segera menikah serta punya anak karena ia begitu menyukai anak kecil.
"Masa-masa ini datang juga ya akhirnya. Gue jadi senang lihat anak kecil, gue jadi pengin juga kalau ngeliat teman nikah, gue sudah mikirin anak gue segala. Gue pikir gue bakal jadi orang yang pursuing career banget gitu, tahunya pengen jadi ibu, hahaha. Ah nggak ada salahnya kan ya? Ibu kan pekerjaan yang paling mulia. Paling sulit, tapi pahalanya paling banyak," tulis Gita Savitri delapan tahun silam.
Akun @_rimpang itu kemudian menyoroti keinginan Gita Savitri yang tertulis di blognya.
Ia lantas mendoakan agar Gita Savitri bisa kembali ke pemikiran lamanya.
"Kalau dulu beliau pernah menulis seperti ini, bukan tidak mungkin bisa kembali ke pemikiran/idealisme lamanya. Bung dan Nona yang membaca, terus berikan doa dan afirmasi positif untuk setiap hal baik yang ada disekitar kita," tulis akun tersebut.
(Banjarmasinpost.co.id/Kompas.com)