BANJARMASINPOST.CO.ID - Ustadz Adi Hidayat memaparkan ada golongan tertentu yang tidak diwajibkan berpuasa atau boleh tidak berpuasa, yang mana termasuk udzur syar'i sesuai ketentuan Islam, di antaranya musafir.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan dalam bahasa Arab ada dua jenis perjalanan safar dan zihab.

Ustadz Adi Hidayat menguraikan syarat dan ketentuan bagi musafir tak wajib puasa, yakni berkaitan dengan jarak safar yang dilakukan.

Musafir adalah orang yang melakukan perjalanan dalam jarak jauh. Pada golongan orang-orang yang boleh tak berpuasa, musafir termasuk di dalamnya.

Baca juga: Empat Hal Pokok Umat Islam dalam Berwudhu, Ustadz Adi Hidayat: Jika Salah Bisa tiidak Sah

Baca juga: Tata Cara Sholat Tarawih 11 Rakaat, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Sesuai Tuntunan Rasulullah SAW

Jelang musim Mudik Lebaran, penceramah Ustadz Adi Hidayat menerangkan syarat musafir dibolehkan tidak menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan 2023.

Dalam syariat Islam, dijabarkan Ustadz Adi Hidayat ada aturan tersendiri bulan suci bagi orang-orang yang melakukan perjalanan (safar) yang disebut musafir.

Saat ini umat Islam memasuki bulan Ramadhan 1444 Hijriyah, atau bertepatan bulan Maret dan April 2023.

Di bulan Ramadhan umat muslim diperintahkan menunaikan puasa dari terbit fajar hingga tenggelam matahari selama 30 hari atau satu bulan.

Namun ada golongan tertentu yang tidak diwajibkan berpuasa atau boleh tidak berpuasa, yang mana termasuk udzur syar'i sesuai ketentuan Islam, di antaranya musafir.

Baca juga: Tata Cara Wudhu yang Wajib Tahu, Ceramah Ustadz Adi Hidayat Mengenai 4 Hal Utama

Baca juga: Tanda-tanda Orang Sukses Jalankan Puasa Ramadhan 2023, Ustadz Adi Hidayat: Lebih Rajin Istighfar

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan dalam bahasa Arab ada dua jenis perjalanan safar dan zihab.

"Orang-orang yang melakukan perjalanan jauh dan jaraknya lebih dari 80 km bisa disebut sebagai safar. Sedangkan zihab relatif dekat tidak melampaui 80 km," jelas Ustadz Adi Hidayat dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube DUNIA ISLAM.

safar disini bisa diartikan sebagai perjalanan yang menyulitkan dan bahkan bisa merubah zona waktu.

Karena itu, orang-orang yang dalam keadaan safar atau melakukan perjalanan bisa membatalkan puasanya karena dalam keadaan sulit. Sulit bisa karena medannya, jaraknya, atau keadaannya.

Bahkan ada kondisi safar tertentu yang mutlak mengharuskan kita untuk berbuka. Bahkan kata beberapa ulama, hukum berbukanya sama wajibnya dengan hukum puasa di hari-hari Ramadhan biasa.

Jadi, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan lebih lanjut kalau anda dalam kondisi safar tertentu akan berdosa jika tidak berbuka puasa.