Dua mesin pengemas seharga Rp150 juta mendukung pengembangan usaha tersebut. Meski sudah memiliki mesin, Haji Tahir tetap mempertahankan para pekerjanya. Sebab produksi ditingkatkan menjadi,110 kg per hari.
Baca juga: UMKM Kalsel: Sungguh Unik, Seni Phonecase Bekas di Banjarmasin Ini Tawarkan Karya Seni Berbeda
Khususnya untuk proses pekerjaan membuat amplang, dimulai dari mengadon bahan, mengukusnya, kemudian mencetak adonan yang sudah dikukus, memotong-motong hingga menjemurnya dipanas matahari. Setelah dijemur baruproses menggoreng.
"Jadi yang menggunakan mesin cuman mengemas kerupuknya. Setelah dikemas mesin kami tetap membutuhkan tenaga kerja yaitu mengemas dalam ball. Satu bal isi 10 bungkus, menggunakan kemasan plastik lebih besar dengan pengepresan menggunakan lampu minyak.
Kini, usaha kerupuk amplang legend ini masih menjadi usaha yang tak lekang oleh waktu dan mampu merambah pasar Banua Anam serta ke warung-warung kecil milik masyarakat. (Banjarmasinpost.co.id/Hanani)