Berita HST

Tolak Bala di Desa Masiraan HST,  Warga Keliling Kampung Bawa Obor Lantunkan Doa Keselamatan

Penulis: Stanislaus Sene
Editor: Hari Widodo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TOLAK BALA-Warga Desa Masiraan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) saat turun ke jalan membawa obor gelar tolak bala, Kamis (31/7/2025) malam.

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Suasana malam di Desa Masiraan, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), berubah menjadi lautan cahaya dan doa saat ratusan warga menggelar tradisi tahunan Tolak Bala. Kamis, (30/07/2025) malam. 

Pantauan Banjarmasinpost.co.id, tradisi sakral yang telah menjadi warisan turun-temurun itu digelar dengan berkeliling kampung membawa obor menyala, sambil melantunkan doa-doa keselamatan dan penolak bala secara serempak.

Obor-obor yang menyala terang di tangan warga menjadi simbol kekuatan dan harapan.

Pawai tersebut bukan sekadar ritual budaya, melainkan bentuk pernyataan spiritual masyarakat bahwa keselamatan, kesejahteraan dan keberkahan hidup perlu diiringi dengan usaha lahir dan batin, termasuk doa bersama.

Baca juga: Diduga Sopir Mengantuk, Truk Box Terbalik di Lingkar Kapar-Walangsih HST, Begini Kondisinya

Kepala Desa Masiraan, Ahmad Fauzi, menyampaikan bahwa tradisi Tolak Bala bukan sekadar bagian dari warisan budaya, tapi juga wujud rasa syukur dan permohonan perlindungan terhadap segala bentuk mara bahaya, baik yang terlihat maupun yang tak kasatmata.

"Kami tidak ingin hanya hidup secara fisik, tapi juga secara batin. Dalam tradisi ini, masyarakat berkumpul untuk memanjatkan doa keselamatan, agar desa kami dijauhkan dari bencana, penyakit, musibah dan segala bentuk keburukan lainnya,” ujar Ahmad Fauzi.

Ia mengatakan bahwa setiap langkah dalam pawai ini memiliki makna. Obor adalah cahaya yang melambangkan harapan, perlindungan, dan semangat. 

"Jadi, ketika warga membawa obor sambil melantunkan doa, itu artinya mereka sedang membawa harapan dan menyerahkan semua kekhawatiran kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,” lanjutnya.

Ahmad Fauzi juga menjelaskan bahwa meskipun zaman sudah semakin maju dan teknologi merambah hingga ke desa-desa, menjaga tradisi tetap menjadi komitmen Pemerintah Desa Masiraan. 

Ia melihat warisan seperti Tolak Bala sebagai kekuatan budaya yang menyatukan, bukan sebagai penghalang kemajuan.

"Justru dengan menjaga tradisi seperti ini, kita memperkuat identitas dan jati diri desa. Anak-anak muda perlu tahu bahwa mereka bukan hanya hidup di masa kini, tapi juga membawa nilai-nilai dari masa lalu yang harus dihormati dan diteruskan,” jelasnya. 

Ia menambahkan bahwa kegiatan seperti ini juga menciptakan ruang untuk refleksi kolektif, di mana masyarakat bisa berhenti sejenak dari rutinitas duniawi, dan kembali mengingat bahwa segala sesuatu pada akhirnya berada dalam genggaman Tuhan.

“Kami ingin menanamkan kesadaran, bahwa dalam hidup tidak cukup hanya bekerja dan mengejar materi. Kita butuh doa, kita butuh kebersamaan, dan kita butuh cahaya batin. Tolak Bala adalah tentang itu semua,” pungkasnya.

Baca juga: Kecelakaan Lalu Lintas Sering Terjadi, Warga Dua Kecamatan di Batola Gelar Tolak Bala

Tradisi Tolak Bala di Desa Masiraan menjadi potret hidup dari bagaimana sebuah komunitas menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan kehidupan sosial, antara budaya dan iman, antara masa lalu dan masa depan. 

Di tengah derasnya modernisasi, Masiraan memilih tetap berjalan dengan cahaya sendiri dalam keheningan, dalam doa, dalam harapan yang menyala. (Banjarmasinpost.co.id/Stanislaus Sene) 

Berita Terkini