BANJARMASINPOST.CO.ID - Menjelang Arba Mustamir bulan Safar 1447 H, tepatnya pada hari Rabu (20/8/2025) mendatang, Buya Yahya beri penjelasan tentang Rebo Wekasan.
Bagi sebagian umat muslim di Indonesia, Rabu terakhir bulan Safar atau Arba Mustamir dan Rebo Wekasan dianggap merupakan satu hari yang sakral.
Tak sedikit umat muslim yang melakukan amalan Arba Mustamir dengan membaca doa.
Konon hari pada hari Arba Mustamir dipercaya datangnya 320.000 sumber penyakit dan marabahaya 20.000 bencana.
Pendakwah Buya Yahya menjelaskan pandangan Islam soal amalan khusus pada Arba Mustamir atau Rebo Wekasan di Bulan Safar yang diyakini mencegah bala atau musibah.
Baca juga: Adakah Amalan Doa Khusus Tolak Bala Rebo Wekasan 2025 pada Rabu 20 Agustus? Simak Penjelasan Ulama
Baca juga: Bolehkah Niat Ziarah di Bulan Safar untuk Amalan Arba Mustamir? Ustadz Abdul Somad Jelaskan Ini
Buya Yahya menegaskan amalan atau ritual itu tidak bersumber dari hadist Nabi Muhammad SAW.
Meski begitu, Buya Yahya yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah tak memungkiri adanya amalan yang beredar di kalangan masyarakat terkait bulan Safar.
Karena itu Buya Yahya menyebut amalan semacam itu tidak wajib untuk dipercayai sebab tidak dianjurkan dalam Islam.
Diketahui, kini telah memasuki akhir bulan Safar 1447 Hijriyah atau bulan kedua dalam sistem kalender Islam.
Lusa adalah arba mustamir atau dikenal dengan rebo wekasan, hari rabu terakhir di bulan Safar, pada Rabu (20/8/2025).
Buya Yahya menegaskan amalan khusus yang kerapkali tersebar di bulan Safar adalah arba mustamir atau rebo wekasan bukan bersumber dari hadist Nabi SAW.
"Dilarang mengatakan itu dari Nabi SAW sama artinya dengan dusta, kalau memang ada seorang yang shaleh, alim, tidak tampak pada dirinya kemaksiatan kemudian mengucapkan amalan itu, mungkin bisa benar, tapi itu berupa ilham," jelas Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Al-Bahjah TV.
a menambahkan Allah memberikan ilham kepada seseorang yang kemudian diketahui dan diamalkan oleh orang tersebut.
Meski demikian, ilham yang dimaksud tidak wajib dipercayai. Kendati ilham wali sekalipun tak wajib diyakini.
"Namun bagi orang yang ingin mempercayai boleh, misalnya anjuran banyak membaca doa karena diyakini bakal ada musibah yang datang di suatu tempat," terangnya.
Terkait hal demikian hendaknya berhusnudzon atau berprasangka baik yang mana hal itu adalah ilham dari para ulama di waktu tertentu bakal banyak musibah. Soal ini boleh dipercayai ataupun tidak.
Mengingkari hal demikian adalah tidak berbahaya bagi kaum muslim, yang berbahaya itu su'ul adzab kepada orang shaleh atau alim ulama.
"Kalau ada amalan lainnya misal baca Yassin, baca doa, sedekah, agar ditolak dari bencana, itu amalan yang sah, tak hanya dibaca saat rebo wekasan, tapi setiap saat boleh dilakukan," urainya.
Selain itu, saat membaca surah Yassin boleh mengulang-ulang beberapa ayat, misalnya "Salaamun qoulam mirrobbirrohim" sebanyak tiga kali.
Amalan lainnya shalat malam, sebanyak-banyaknya jumlah rakaat yang dilakukan adalah sah.
Namun afdholnya melakukan shalat malam dua rakaat sekali salam, namun dilakukan empat dan enam rakaat sah.
"Apakah ada shalat tolak bala, yang benar adalah shalat hajat untuk menolak bala, berapapun rakaatnya setelah shalat membaca doa dijauhkan dari marabahaya, atau saat sedekah diniatkan untuk menolak bala, sah," ucap Buya Yahya.
Karena itu, tidak perlu menghujat amalan-amalan itu. Yang terpenting adalah tidak melakukan kebohongan misalnya mimpi bertemu Nabi SAW.
Selagi tidak bertentangan dalam Islam dan tidak dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW maka boleh-boleh saja.
(Banjarmasinpost.co.id/Danti Ayu)