Pelajar di Martapura Keracunan MBG

Pelajar Keracunan MGB, Dinkes Banjar: Nasi Kuning dan Sayur Menunjukkan Hasil Positif Nitrat

Siswa yang mengalami sakit dan mual setelah mengonsumsi makan bergizi gratis (MBG) di Martapura, Provinsi Kalimantan Selatan

Penulis: Nurholis Huda | Editor: Edi Nugroho
(Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Syaiful Riki)
MENANGIS-Sambil menangis, siswa korban keracunan MGB dievakuasi ke RSUD Ratu Zaleha Martapura, Kalimantan Selatan, Kamis (9/10/2025) malam. Pelajar Keracunan MGB, Dinkes Banjar: Nasi Kuning dan Sayur Menunjukkan Hasil Positif Nitrat 

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Siswa yang mengalami sakit dan mual setelah mengonsumsi makan bergizi gratis (MBG) di Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mencapai 130 orang. 

Data tersebut merupakan akumulasi yang dikumpulkan hingga Jumat (10/10) siang.

Dan dari hasil uji laboratorium sementara menunjukkan kontaminasi nitrat pada nasi kuning dan sayur. Namun penyebab pastinya masih menunggu hasil pemeriksaan lanjutan dari Laboratorium Forensik (Labfor) Cabang Surabaya.

Hal tersebut diungkapkan Plt Kepala Dinkes Banjar dr H Noripansyah. “Dari hasil uji laboratorium sementara, nasi kuning dan sayur menunjukkan hasil positif nitrat. Artinya, kandungan ini bisa menjadi penyebab munculnya gejala keracunan pada siswa,” ujarnya saat dikonfirmasi di RSUD Ratu Zalecha.

Baca juga: Tim BGN Selidiki Pelajar di Martapura Banjar Keracunan Menu MBG

Baca juga: Cek Atlet ABK, Perempuan Ini Jadi Sosok Sukses di Balik Kemenangan Siswi SLBN 1 Martapura di Italia

Ia menegaskan hasil pemeriksaan ini masih bersifat sementara, namun menjadi indikasi awal adanya unsur berbahaya dalam makanan yang dikonsumsi siswa.

Badan Gizi Nasional (BGN) menurunkan tim untuk menyelidiki kasus keracunan sekitar 130 siswa di Martapura Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
 
Ketua Tim Investigasi Independen BGN Karimah Muhammad menyatakan pihaknya tengah melakukan penyelidikan menyeluruh mengenai dugaan adanya zat berbahaya di instalasi  Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tungkaran.

Penyelidikan ini dilakukan setelah muncul laporan mengenai temuan kandungan nitrat di menu yang disajikan.

 “Setelah melihat kondisi SPPG dan melakukan rapat internal tadi, kami harus mencari tahu penyebab kejadian kemarin. Buktinya ada pada kepala dinas kesehatan, dan malam ini kami akan memperoleh datanya. Setelah itu kami susun laporan resmi untuk dirilis ke media,” ujar Karimah usai mengecek SPPG Tungkaran, Sabtu (11/10/2025).

Karimah menyatakan pihaknya belum dapat memastikan penyebab keracunan sebelum hasil pemeriksaan laboratorium keluar.

 “Kami tidak boleh hanya berasumsi. Semua harus berbasis bukti. Kami harus tahu berapa angkanya, di sampel mana ditemukan, dan apakah angka tersebut benar-benar berbahaya. Sebab tidak semua zat berbahaya menjadi ancaman jika kadarnya masih di bawah batas aman,” tegas Karimah.

Mengenai penutupan sementara SPPG Tungkaran, Karimah menyebut keputusan tersebut tidak berada di tangan tim investigasi.

 “Kami hanya melaporkan hasil temuan di lapangan. Nanti, setelah laporan lengkap, baru bisa diketahui kesalahan dan tingkat pelanggarannya. Keputusan apakah SPPG ditutup atau dibuka kembali ada pada BGN atau instansi teknis lainnya,” jelasnya.

Dari pengamatan awal, Karimah menyampaikan masih ada syarat administratif dan teknis yang perlu dipenuhi pengelola SPPG.

 “Salah satunya adalah Surat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). Itu wajib bagi semua SPPG, baik baru maupun yang sudah beroperasi,” ujarnya.

Sementara ini tim investigasi juga belum melakukan pemeriksaan langsung terhadap korban dan hasil uji laboratorium. (lis/tar)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved