Berita Banjar
Petani Nudin Perkenalkan Inovasi “Jerpur”, Pestisida Nabati yang Jadi Harapan Baru di Lahan Petani
Nudin hadir bukan sekadar sebagai narasumber, tetapi sebagai pelaku yang merasakan langsung tantangan di lapangan
Penulis: Nurholis Huda | Editor: Ratino Taufik
BANJARMASIN POST.CO.ID, MARTAPURA -Di tengah kegiatan sosialisasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan yang digelar anggota Komisi II DPRD Kabupaten Banjar, Rusmini, perhatian peserta justru banyak tertuju pada sosok petani lokal, Nudin.
Dia bukan pejabat atau akademisi, tetapi pengalamannya di sawah membuat penjelasannya terasa paling dekat dengan kebutuhan petani.
Nudin hadir bukan sekadar sebagai narasumber, tetapi sebagai pelaku yang merasakan langsung tantangan di lapangan.
Nudin mengawali pemaparannya dengan cerita sederhana tentang kondisi tanah yang makin menurun kesuburannya dan hama yang kian sulit dikendalikan jika hanya mengandalkan bahan kimia.
“Pertanian berkelanjutan ini bukan teori bagi kami petani, tapi kebutuhan,” ujar Nudin.
Bahkan, kalau tanah terus dipaksa dengan input kimia, hasil memang ada, tapi jangka panjangnya lahan cepat rusak. "karenanya, Kita harus menjaga keseimbangan ekosistem kalau ingin bertani terus sampai anak cucu," jelasnya.
Baca juga: Kabur dari Pondok Pesantren, Bocah Ini Ditemukan Sendirian di Jalan, Terkuak Fakta Haru di Baliknya
Dari pengalaman itu, Nudin kemudian mengembangkan berbagai pendekatan organik, mulai dari penggunaan kompos, pupuk kandang, hingga campuran bahan-bahan alami untuk menjaga kesuburan tanah. Namun yang paling menarik perhatian adalah inovasi pestisida nabati yang ia beri nama Jerpur.
Jerpur diracik dari bahan-bahan sederhana: jeruk asam, kapur pertanian atau dolomit, dan air. Nudin mengatakan ia mencoba formula tersebut setelah melihat banyak petani yang kesulitan mengendalikan hama tetapi tidak ingin merusak tanah atau meninggalkan residu kimia.
“Ternyata campuran ini bukan hanya bisa mengusir hama,” jelas Nudin, “tapi juga memperbaiki kondisi tanah. Lahan yang asam bisa naik pH-nya, jadi lebih subur dan lebih siap untuk ditanami lagi.”
Inovasi Jerpur perlahan mulai menarik perhatian petani lain karena biaya pembuatannya murah, bahan mudah didapat, dan dampaknya terasa langsung pada produktivitas lahan. Bagi Nudin, Jerpur bukan sekadar ramuan, tetapi bukti bahwa petani mampu menciptakan solusi ramah lingkungan dengan memanfaatkan pengetahuan lokal.
Di hadapan peserta kegiatan, Nudin mengajak petani lain tak ragu beralih ke metode berkelanjutan dan mencoba inovasi sederhana yang bisa menjaga tanah tetap sehat.
“Kalau bukan kita yang rawat tanah kita sendiri, siapa lagi?” tanyanya.(banjarmasinpost.co.id/Nurholis Huda)
| Aktivitas Peternakan di Lapas Narkotika Karangintan, Warga Binaan Panen Ratusan Telur Tiap Hari |
|
|---|
| 2 Tersangka Pembunuhan di Paramasan Dilimpahkan ke Kejari Banjar, Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana |
|
|---|
| Respons Disdik Banjar Soal SDN Kertak Hanyar 1-2 Tergenang, Kadis: Akan Dilakukan Revitalisasi |
|
|---|
| Halaman Sekolah Sering Tergenang, Siswa Baru di SDN Kertak Hanyar 1-2 Banjar Terus Menyusut |
|
|---|
| Lapangan SDN Kertak Hanyar 1-2 Banjar Tergenang Sejak Sebulan, Jadi Tempat Bermain Saat Istirahat |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/sosialisasi-Undang-Undang-Nomor-22-Tahun-2019-tentang-Sistem-Budidaya-Pertanian.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.