Berita Banjarmasin
Pameran Tunggal Perdana di Banjarmasin, Misbach Tambrin Tampilkan Lukisan yang Dibuat dalam Penjara
Taman Budaya Kalimantan Selatan menampilkan lukisan Perempuan Nusantara, karya Misbach Tamrin. Ukurannya 138x45 centimeter.
Penulis: Muhammad Syaiful Riki | Editor: Irfani Rahman
BANJARMASINPOST.CO.ID,BANJARMASIN - Tepat di sisi kanan pintu masuk Gedung Wargasari Taman Budaya Kalimantan Selatan, sebuah lukisan panjang berformat lanskap memang tiga banding satu menangkap perhatian siapa pun yang baru melangkah.
Sejumlah perempuan dari berbagai suku; Papua, Minang, Dayak, hingga Banjar, berdiri berdampingan dalam pakaian adat mereka.
Warna-warna lembut yang cenderung turistik membuatnya sekilas tampak seperti potongan relief kuno yang hidup kembali.
Lukisan itu berjudul Perempuan Nusantara, karya Misbach Tamrin. Ukurannya 138x45 centimeter. Cat minyak di atas kanvas yang rapat, tebal, dan tenang.
Namun, ketenangan itu menyembunyikan riwayat yang sebaliknya.
Lukisan ini dibuat di dalam jeruji besi dalam waktu dua minggu pada 1977, setahun sebelum Misbach dibebaskan dari penjara. Ia sempat 13 tahun menjadi tahanan politik tanpa pengadilan saat era Orde Baru.
Baca juga: Teriak Penonton tak Berhenti, Semarak Lomba Sinoman Hadrah di Taman Budaya Kalimantan Selatan
“Walaupun saya ditahan 13 tahun, jiwa nasionalisme saya tetap ada. Itu yang menginspirasi saya membuat Perempuan Nusantara,” ceritanya, Minggu (23/11).
Hampir setengah abad setelah lukisan itu lahir di balik jeruji, Misbach yang kini berusia 84 tahun, kembali memperlihatkannya kepada publik lewat pameran tunggal “Rindang Banua” di Taman Budaya Kalsel, 23 November–2 Desember 2025.
Pameran ini menampilkan 21 karya yang merangkup perjalanan panjang hidupnya. Dari panorama Sungai Barito yang dipadati tongkang batu bara, keluarga pendulang intan di Banjarbaru, hingga wajah-wajah kehidupan Bumi Lambung Mangkurat yang digambar dengan ciri khas garis gelap-terangnya.
Meski pernah mengalami masa paling kelam dalam sejarah seni rupa Indonesia, Misbach tetap produktif berkarya.
“Saya pernah mengalami duka yang tajam dalam hidup,” ujarnya. Namun, dari duka itu pula, karya-karya paling jernih justru lahir.
Misbach Tamrin lahir di Amuntai, 25 Agustus 1941. Ayahnya seorang pemain teater rakyat sekaligus montir di perusahaan minyak Belanda.
Bakay seni Misbach terlihat sejak kecil hingga bertemu Pelukis Sholihin, kemudian menjadi Ketua Tunas Pelukis Muda (TPM), hingga akhirnya melanjutkan studi ke ASRI Yogyakarta.
Di Kota Budaya, pertemuannya dengan Amrus Natalsya mengubah arah hidupnya. Dari awalnya pelukis impresionis-humanis, ia bertransformasi menjadi pelukis kerakyatan dengan semangat Realisme Revolusioner, dan ikut mendirikan Sanggar Bumi Tarung (SBT) pada 1961.
Lalu sejarah berbelok. Misbach ditangkap pasca-1965 dan dipenjara hingga 1978. Banyak fotonya hilang, tetapi karyanya tidak. Beberapa lukisan pesanan perwira lahir dari balik tembok penjara itu.
| Halaman SDN Pekapuran Raya 2 Banjarmasin Terendam, Murid Rindu Olahraga di Lapangan |
|
|---|
| Wali Kota Banjarmasin Yamin Tak Intervensi Proses Seleksi Direksi PAM Bandarmasih |
|
|---|
| Atasi Macet di Bawah Jembatan Fly Over, Satlantas Banjarmasin Siagakan Petugas Atur Lalu Lintas |
|
|---|
| Kemacetan Parah di Fly Over Banjarmasin Akibat Lampu Lalu Lintas Padam, Kadishub: Kabel Dicuri |
|
|---|
| Raih IPK Tertinggi, Begini Kesan Gina Jadi Lulusan Terbaik Yudisium Sarjana ke 41 FKM Uniska MAB |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/Misbach-Tamrin-melihat-lukisan-Perempuan-Nusantara1.jpg)