Fikrah
Maulid, Hijrah dan Wafatnya Nabi Muhammad
HARI kelahiran Nabi Muhammad SAW selalu dirayakan umat Muslim dunia setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Tahun ini tepat 5 September
Oleh: KH Husin Naparin Lc MA, Ketua MUI Provinsi Kalsel
BANJARMASINPOST.CO.ID - HARI kelahiran Nabi Muhammad SAW selalu dirayakan umat Muslim dunia setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Tahun ini, bertepatan pada Jumat, 5 September 2025 lalu.
Peringatan kelahiran yang disebut Maulid Nabi Muhammad itu, sebenarnya merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Muslim, Sebab pada tanggal 12 Rabiul Awal ada tiga peristiwa yang terjadi bersamaan, namun berbeda tahun.
Selain maulid Nabi Muhammad, juga peristiwa hijrahnya beliau dari Mekkah ke Madinah, dan peristiwa wafatnya beliau. Namun yang ditonjolkan oleh umat Islam adalah kelahiran beliau. Umat Islam sepertinya melupakan bahwa pada tanggal tersebut adalah juga hari wafat beliau.
Bila tanggal 12 Rabiul Awal tiba umat Islam selalu menonjolkan hari lahir beliau, dalam syair-syair maulid, kita ambil contoh maulid diba, pengarangnya mengatakan, “Ketika Nabi dilahirkan arasy berguncang karena riang dan gembira, malaikat gemuruh mengucapkan tahlil (zikir), tamjid (pengagungan), wastibsyara (kegembiraan).
Disebutkan dalam riwayat bahwa Nabi Muhammad SAW dilahirkan, beliau keluar dari rahim ibunya dalam keadaan sujud. Setelah dilahirkan, beliau yang masih bayi itu diambil oleh kakeknya Abdul Mutallib. Beliau dibawa dengan digendong oleh Abdul Mutallib ke samping Kakbah sembari berkata, “Ini cucuku”.
Abdul Mutallib menggantikan ayah Nabi Muhammad, Abdullah, yang meninggal ketika sang Nabi masih berumur dua bulan di dalam kandungan ibunya, Aminah. Abdullah meninggal dalam perjalanan dagang menuju Madinah dan dimakamkan daerah Abuwa dekat Kota Madinah.
Abdul Mutallib senang sekali. Dia berkata: “Ini cucuku menggantikan ayahnya, Abdullah. Iya aku beri nama Muhammad (yang mendapat pujian)”. Orang-orang yang mendengar ketika itu ada yang bertanya, “Wahai Abdul Mutallib, mengapa cucu tuan ini, tuan beri nama Muhammad. Kami belum mendengar nama ini sebelumnya”.
Abdul Mutallib lalu menjawab, “Ku beri nama Muhammad agar dia terpuji di sisi Allah dan terpuji di sisi manusia”.
Mengapa Muhammad terpuji? Beliau mengatakan, ”Dia terpuji karena diciptakan Allah. Sebaik-baik manusia dari segi akhlak dan dari segi ciptaannya atau postur tubuhnya.
Adalah Nabi Muhammad SAW bikhalfihi ka amami ru’yatin sabatat (Dia melihat di depan dan dia tahu apa yang terjadi di belakangnya), wala yura jilluhu fissyamsi jufitani (Tidak kelihatan bayang-bayangnya di tengah sinar matahari), walayura asarubaulin minhu fi ‘alani (Kalau beliau ada hajat bekas-bekas kotorannya habis ditelan bumi), wakalbuhu lam yanam wal ‘ainu na’asat (Hatinya tidak pernah mengantuk walaupun matanya sudah tertidur”.
Demikianlah Nabi Muhammad SAW seperti halnya sebuah cangkir bersih yang terletak di atas meja, bukan seperti tong sampah yang luarnya bersih tetapi di dalamnya terdapat kotoran sampah atau seperti pispot bayi bersih di luarnya walaupun ditaruh di atas meja tetapi terasa tetap kotor karena dia tempat kencing anak-anak.
Nabi Muhammad SAW setelah berusia 25 tahun, beliau kawin dengan Siti Khadijah yang kaya raya. Semula Nabi Muhammad SAW membawa barang dagangan Siti Khadijah dalam berdagang, beliau ditemani oleh seorang budak laki-laki Khadijah yang bernama Maisarah.
Beliau berdagang berangkat dari Mekkah ke negeri Syam atau Syiria sekarang. Kafilah beliau selalu dinaungi awan sehingga tidak terasa panas. Seorang pendeta Yahudi yang bernama Buhaira bertanya kepada Abdul Mutallib, “Siapa anak yang ada di sisi tuan ini”.
Abdul Mutallib menjawab, “Anak dari anak saya (artinya cucu)”. Mendengar hal itu pendeta Buhaira menyarankan kepada Abdul Mutallib agar Muhammad cepat dibawa pulang ke Mekkah, karena takut diketahui oran-orang Yahudi, sehingga mereka bisa jadi membunuhnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.