Berita Viral
Robohkan Rumah, Pria 36 Tahun Sakit Hati Istri Selingkuh dengan Seorang Kakek, Pergoki Lewat CCTV
Amarah pria di Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah memuncak imbas sang istri diduga selingkuh.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Amarah pria di Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah memuncak imbas sang istri diduga selingkuh.
Bahkan, pria yang bernama Warseno (36) itu merobohkan rumah yang selama ini ditinggalinya.
Dia melakukannya karena sang istri, P (36) diduga berselingkuh.
Sakit hatinya karena P mendua dengan temannya sendiri yang berstatus kakek alias sudah punya cucu dan masih memiliki istri sah.
Bahkan Warseno sempat menyindir P namun justru tidak merasa bersalah.
Baca juga: Kabar Kakek Tarman Beri Mahar Rp3 Miliar Nikahi Gadis 24 Tahun, Pakai Cek Palsu? Ini Kata Polisi
Momen Warseno merobohkan rumahnya sendiri ini terekam hingga akhirnya beredar luas di media sosial.
Warseno mengetahui perselingkuhan istrinya pada 16 Oktober 2025 melalui rekaman CCTV di rumahnya.
“Tahu selingkuhnya dari CCTV yang saya pasang di rumah. Setahu saya, hubungan itu sudah lama,” ucapnya, saat ditemui Tribun Solo, Jumat (31/10/2025).
Warseno mengatakan, dirinya nekat merobohkan rumah tersebut karena bangunan itu dibangun oleh ayahnya.
“Soal rumah, yang membangunkan bapak saya, tapi tanahnya milik mantan istri. Jadi mau tidak mau, saya harus bongkar, robohkan,” ujarnya
Setelah mengetahui fakta tersebut, Warseno tidak langsung bertindak emosional.
Ia lebih dulu mengumpulkan keluarga, termasuk orang tua dan kakak istrinya untuk membicarakan masalah itu secara terbuka.
Pada pertemuan itu, dirinya menyampaikan niatnya untuk mengembalikan sang istri ke orang tuanya dan mengakhiri rumah tangganya.
“Sudah mengajukan cerai, sekarang sidang kedua,” tuturnya.
Langkah merobohkan rumah merupakan insiatif Warseno.
Ia sudah memperoleh persetujuan dari anak semata wayangnya yang duduk di bangku kelas 3 sekolah menengah atas (SMA).
Proses perobohan rumah dilakukan selama dua hari.
Pada hari pertama, Warseno menggunakan backhoe untuk merobohkan bangunan.
“Backhoe-nya sewa, satu hari Rp2.200.000. Sewa dump truck Rp600.000. Jadi total satu hari Rp2.800.000,” jelasnya.
Barang-barang yang masih bisa dimanfaatkan dibawa pulang, sedangkan sisanya dihancurkan.
“Dirobohkan sampai tanah lagi. Dulu dari tanah, ya dikembalikan jadi tanah lagi,” terang Warseno.
Sosok Selingkuhan Istri
Warseno mengatakan, istrinya berselingkuh dengan seorang pria berinisial H (46), warga Kecamatan Mondokan, Sragen.
Sosok H bukanlah orang asing, dia merupakan teman Warseno.
“Sudah saling kenal, teman. H itu sudah punya cucu dan masih punya istri sah. Istrinya juga sudah tahu semua kejadian ini,” kata Warseno.
Adanya hubungan pertemuan itu membuat tak ada yang curiga dengan gerak-gerik H, termasuk mertua Warseno yang tinggal di sebelah rumah.
“Kalau mantan mertua negur ya biasa, soalnya H itu sering main ke rumah. Nggak tahu kalau ternyata seperti itu,” ungkapnya.
Menurut Warseno, hubungan P dan H sudah terjalin cukup lama.
Ia bahkan pernah menegur istrinya secara halus, tetapi P tidak merasa bersalah.
“Cuma satu orang itu saja. Saya pernah sindir, tapi dia nggak merasa. Setelah lihat sendiri lewat CCTV, itu jadi keputusan terakhir saya nggak bisa diganggu gugat,” tegasnya.
Rumah Ditinggali 18 Tahun Tinggal Kenangan
Rumah yang dulunya menjadi saksi kehidupan keluarga kecil Warseno kini tinggal kenangan.
Di sana Warseno bersama istri dan anaknya tinggal.
Rumah tersebut dibangun di atas tanah milik keluarga P dengan biaya sekitar Rp170 juta.
Rumah itu adalah hasil kerja keras orang tua Warseno setelah dirinya menikah.
“Yang bangun rumah orang tua saya. jadi sudah 18 tahun tinggal di sana,” katanya.
Kesetiaan dan Kejujuran adalah Pondasi Rumah Tangga
Kisah Warseno dari Sragen ini memang menyentuh dan penuh emosi.
Dari kejadian tersebut, ada banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik baik tentang hubungan rumah tangga, kesetiaan, maupun sikap menghadapi ujian hidup.
Perselingkuhan, sekecil apa pun, bisa menghancurkan kepercayaan yang dibangun selama bertahun-tahun.
Kejujuran dan komunikasi terbuka jauh lebih berharga daripada hubungan yang disembunyikan.
Kasus ini juga menyoroti pentingnya memahami status kepemilikan rumah dan tanah dalam pernikahan.
Meski rumah dibangun oleh pihak suami, bila berdiri di atas tanah milik istri, secara hukum kepemilikan bisa menjadi rumit.
Hal ini mengingatkan pasangan untuk membuat perjanjian yang jelas dan adil terkait harta bersama.
Harga Diri Tidak Bisa Dibeli
Dengan merobohkan rumah yang dibangun ayahnya, Warseno menunjukkan bahwa martabat dan prinsip hidup tidak bisa ditukar dengan materi.
Keputusan itu mungkin berat, tapi menjadi simbol dari keberanian untuk “memulai dari nol” dengan harga diri yang utuh.
Kehidupan mungkin berubah, tetapi bukan berarti berakhir.
Yang penting adalah terus melangkah, memperbaiki diri, dan membangun masa depan yang lebih baik.
Cara Menghadapi Pasangan Selingkuh Menurut Psikolog
Ketika suami atau istri berselingkuh, reaksi yang diharapkan adalah langsung meluapkan emosi dan menggugat cerai.
Padahal, ada reaksi dan hal-hal yang lebih tepat untuk dilakukan ketika baru mengetahui bahwa pasangan berselingkuh, seperti disebutkan oleh psikolog keluarga sekaligus konsultan pranikah, Sukmadiarti, M.Psi., Jumat (25/7/2025).
“Ketika pertama kali tahu pasangan selingkuh, wajar untuk bereaksi dengan marah-marah. Pasti ktia bakal teriak-teriak dan tantrum ya. Tapi sebenarnya tidak selesai di situ saja,” ucap Sukmadiarti.
Apa yang harus dilakukan saat pasangan berselingkuh?
1. Bicara dengan pasangan
Pernikahan adalah hubungan yang serius. Berbeda dengan saat masih pacaran, umumnya orang-orang yang sudah menikah lebih bisa diajak berbicara saat mereka ketahuan berselingkuh.
Sebab, perselingkuhan bisa berujung pada perceraian. Jika sudah memiliki anak, perceraian tentunya bakal berdampak pada kesehatan mental sang buah hati.
“Ketika sudah lebih tenang, yang perlu dilakukan adalah membicarakannya,” tutur Sukmadiarti.
Pembicaraan tidak hanya tentang perselingkuhan yang baru ketahuan, tetapi juga tentang komitmen dan janji sehidup semati yang diucapkan saat awal menikah.
“Selanjutnya membicarakan harapan, penginnya bagaimana, misalnya rumah tangga yang utuh. Kalau suami atau istri taubat kan bisa kembali ke keluarganya,” sambung psikolog yang berpraktik di Jawa Tengah ini.
2. Boleh saja curhat ke orang yang dipercaya, tapi..
Curhat ke orang-orang yang dipercaya memang mampu membantu mengurangi beban setelah pasangan ketahuan berselingkuh.
Namun, hati-hati dalam memilih tempat curhat. Sukmadiarti mengatakan, tidak semua orang memiliki sudut pandang yang netral. Sering kali, orang-orang terdekat malah bias.
“Misalnya curhat ke ibunya atau ke bapaknya, atau ke mertuanya. Kalau mereka dan lingkungan sekitarnya 'kompor' dan reaktif, korban bakal semakin terpuruk,” ujar dia.
Keterpurukan tidak hanya karena perasaan sedih karena kasih sayang yang diberikan telah dikhianati, tetapi juga karena bingung.
Di satu sisi, korban perselingkuhan masih sedikit berharap bahwa hubungannya bakal membaik karena suami atau istrinya akan taubat, dan tidak lagi berselingkuh. Ia masih ingin mempertahankan pernikahan.
Di sisi lain, orang-orang yang menjadi tempatnya curhat malah "kompor" dan reaktif, mereka bakal menyarankan agar korban langsung menceraikan pasangannya.
Sudut pandang yang bias disebabkan oleh status hubungan mereka dengan korban yang lebih dekat dibandingkan dengan pelaku perselingkuhan.
3. Lakukan konseling pernikahan
Supaya mendapatkan sudut pandang dan saran yang tidak bias, Sukmadiarti menyarankan agar pasangan suami-istri melakukan konseling pernikahan.
Hasil dari konseling tersebut bisa dijadikan sebagai pertimbangan, apakah mereka ingin mengakhiri perselingkuhan dan memperbaiki hubungan, atau bercerai.
“Dengan konseling pernikahan, bisa saling belajar dan memulihkan luka akibat perselingkuhan pasangan. Dua-duanya pasti terluka,” kata Sukmadiarti.
4. Saling memenuhi bahasa cinta
Jika memutuskan untuk mengakhiri perselingkuhan dan memperbaiki hubungan, Sukmadiarti menyarankan agar pasangan suami-istri saling belajar untuk memenuhi bahasa cinta masing-masing.
Dengan saling mengenali dan memenuhi bahasa cinta, pasangan tidak akan mencari pihak ketiga untuk memenuhinya karena merasa tidak dicintai di rumah.
Misalnya adalah suami yang memiliki bahasa cinta words of affirmation. Untuk memenuhinya, istri perlu mengakui, mengapresiasi, dan menghargai mereka dengan menyampaikannya secara langsung.
“Istri enggak pernah ngucapin langsung, tapi memuji suaminya di luar. Suaminya enggak pernah dengar dan enggak pernah merasakan diapresiasi istri,” kata Sukmadiarti.
Contoh lainnya adalah istri dengan bahasa cinta act of service. Bukan berarti istri harus sepenuhnya dilayani bak raja, tetapi suami bisa membantu dalam beberapa hal.
Misalnya, ketika istri sibuk memasak, suami bisa membantu mencuci dan menjemur pakaian atau mengurus anak. Ketika istri sibuk mengurus anak, suami bisa membantu membereskan rumah.
“Kalau suami atau istri punya bahasa cinta physical touch, bisa digandeng atau dipeluk. Kalau quality time, bukan sekadar berduaan saja tapi juga ngobrol untuk membuat pasangan merasa dicintai dan didengar,” jelas Sukmadiarti.
(Banjarmasinpost.co.id/TribunJatim.com)
| Kabar Kakek Tarman Beri Mahar Rp3 Miliar Nikahi Gadis 24 Tahun, Pakai Cek Palsu? Ini Kata Polisi |
|
|---|
| Momen Menkeu Purbaya Lantunkan Ayat Suci Al-Qur'an di Dalam Mobil, Tak Sadar Direkam Anak Buah |
|
|---|
| Lima Lansia Kehilangan Rp 406 Juta Gara-gara Percayai Iming-iming Wanita 'Penyuci Roh Jahat' |
|
|---|
| Sudah Paksa Istri Layani Korban, Ihsan Kesal Teman Sesama Jenisnya Pelit Hotspot, Bacok Kepalanya |
|
|---|
| Habis Pacu Jalur, Terbitlah Video ABG Pacu Birahi di Ruang VIP Rental PS Ternama di Kuansing, Riau |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.