Berita Viral

Nekat Booking PSK Tanpa Bawa Uang, FLB Cekik Wanita Panggilan Sampai Tewas, Takut Ditagih Bayaran

Nekat booking pekerja seks komersial (PSK) tanpa bawa uang, seorang warga asal Malang, Jawa Timur membunuh wanita panggilannya. Takut ditagih bayaran.

Editor: Murhan
Dok. Polsek Gedangan
KASUS PEMBUNUHAN PSK - Tim kepolisian saat mendatangi TKP penganiayaan dan pembunuhan korban “Open PO” di Sidoarjo, Jumat (14/11/2025). Pelaku membunuh korban karena tak mau bayar Rp 4,5 juta. 
Ringkasan Berita:
  • Seorang pria nekat membooking seorang PSK tanpa membawa uang sama sekali
  • Setelah dilayani, pria itu takut ditagih bayaran Rp4,5 juta seperti kesepakatan
  • Akhirnya si pria itu membunuh PSK itu dengan cara mencekik sampai tewas

BANJARMASINPOST.CO.ID - Nekat booking pekerja seks komersial (PSK) tanpa bawa uang, seorang warga asal Malang, Jawa Timur membunuh wanita panggilannya.

Dia nekat membunuh dengan cara mencekik karena tak mau bayar uang Rp 4,5 juta. 

Peristiwa pembunuhan ini terjadi di sebuah kamar hotel di Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur. 

Tepatnya pada Jumat (14/11/2025) dini hari sekitar pukul 01.30 WIB. 

Pelaku berinisial FLB (27) membunuh seorang wanita berinisial SS (32) setelah menerima layanan "booking out" (BO) pekerja seks komersial (PSK). 

FLB membunuh karena takut ditagih, sebab dia tak membawa uang sama sekali.  

Baca juga: Sejumlah Ruko di Pasar Bagiwas Handil Bakti Batola Hangus Terbakar, Api Sempat Berkobar Selama 1 Jam

Awalnya, FLB, warga asal Lowokwaru, Malang, yang tinggal di sebuah kos di kawasan Waru, Sidoarjo, mengenal SS, perempuan asal Subang, Jawa Barat, yang tinggal di kos di Sedati, Sidoarjo lewat aplikasi online. 

"Ini adalah kasus pembunuhan dan penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal dunia," ujar Kepala Polsek Gedangan, AKP Anak Agung Gede Putra Wisnama, saat dikonfirmasi pada Minggu (16/11/2025), melansir dari Kompas.com. 

Peristiwa ini bermula pada Rabu (12/11/2025), ketika FLB dan SS berkomunikasi melalui aplikasi untuk layanan "BO". 

Mereka sepakat bertemu di hotel dengan tarif Rp 4.500.000. 

Namun, rencana itu dibatalkan karena hujan deras. 

Teman Korban Datang

Keesokan harinya, Kamis (13/11/2025) pukul 18.00 WIB, mereka membuat janji bertemu di tempat yang sama. 

Namun, setelah dilayani, karena takut ditagih, FLB nekat mencekik, dan lalu mendekap wajah SS dengan bantal hingga korban tak bergerak.  

Setelah itu, FLB langsung kabur dari kamar hotel.  

Tak lama kemudian, seorang teman SS datang untuk menjemput. 

Teman itu menemukan SS tergeletak tak sadarkan diri di atas kasur. 

Dia lalu meminta bantuan pihak hotel untuk menangani korban. 

Saat itu, FLB sudah berada di area parkir hotel, sedang bersiap untuk melarikan diri.

Pihak hotel dan saksi lalu mengadangnya.  

Awalnya, FLB menyangkal perbuatannya.  

Namun, setelah dihadapkan dengan barang bukti dan keterangan saksi, ia akhirnya mengaku. 

Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Sheila Medika, tetapi nyawanya tak tertolong. 

Dokter menyatakan SS meninggal dunia akibat penganiayaan tersebut. 

Kini, FLB telah ditangkap oleh tim kepolisian dan ditahan untuk proses penyidikan lebih lanjut.

Polisi masih mendalami motif dan bukti-bukti pendukung, termasuk rekaman CCTV hotel dan jejak chat di aplikasi tersebut.

Dalam peritiswa lainnya, seorang warga berinisial MH (43) menusuk RV (40), seorang pekerja seks komersial (PSK) hingga tewas di warung kopi, Desa Kertasari Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.  

Alasannya RV tidak mau diajak kencan, tapi melayani lelaki lain.  

Kapolres Karawang AKBP Edwar Zulkarnain mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan, MH melihat RV bersama seorang lelaki lain. 

MH langsung menenteng pisau dapur dan langsung menusukkan pada bagian bawah ketiak RV. 

Darah langsung mengucur deras dari tubuh RV hingga kemudian roboh. 

Warga yang melihat kejadian tersebut langsung menolong RV. 

Namun karena darah banyak mengucur akhir korban dibawa ke Rumah Sakit Hastien. 

"Korban tidak tertolong meninggal saat dibawa ke rumah sakit," kata Edwar.  

Polisi menangkap MH selang beberapa waktu setelah pembunuhan terjadi. 

MH tidak melawan saat ditangkap di tempat persembunyiannya di Desa Rengasdengklok. 

"Sekarang pelakunya masih menjalani pemeriksaan," kata Edwar. 

Motifnya, kata Edwar, MH cemburu karena RV tidak mau diajak kencan, tapi malah melayani lelaki lain. 

Alasan RV tidak mau karena MH dalam kondisi mabuk.  

"Saat dini hari MH kembali datang, RV sedang bersama lelaki lain," ujar Edwar.

564.000 ODHIV di Indonesia pada 2025?

Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) memprediksi ada sekitar 564.000 Orang Dengan HIV (ODHIV) di Indonesia pada tahun 2025.

Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, dr. Ina Agustina, menyampaikan, mayoritas kasus HIV ditemukan di kota-kota besar.

Ada 76 persen kasus terkonsentrasi di 11 provinsi yakni DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Bali, Papua, Papua Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, dan Kepulauan Riau.

Penyebaran kasus HIV banyak terjadi pada populasi seperti laki-laki seks dengan laki-laki (LSL), waria, pekerja seks perempuan, dan pengguna napza suntik.

“Khusus di Papua, penularan sudah menyebar ke populasi umum, dengan prevalensi mencapai 2,3 persen,” jelas dr. Ina dalam temu media secara daring beberapa waktu lalu.

Merujuk data terbaru, Indonesia menempati peringkat ke-14 dunia dalam jumlah orang dengan HIV (ODHIV) dan peringkat ke-9 untuk infeksi baru HIV.

Dari sekitar 564.000 ODHIV pada tahun 2025, namun baru 63 persen yang mengetahui statusnya.

Dari jumlah tersebut, 67 persen telah menjalani terapi antiretroviral (ARV), dan hanya 55 persen yang mencapai viral load tersupresi artinya virus tidak terdeteksi dan risiko penularan sangat rendah.

Adapun layanan tes HIV tersedia di 514 kabupaten/kota serta tes viral load di 192 kabupaten/kota.

Ina mengingatkan, agar masyarakat bisa mencegah HIV dan penyakit infeksi menular seksual lainnya dengan “ABCDE”: Abstinence (tidak berhubungan seksual sebelum menikah), Be faithful (setia pada satu pasangan), Condom (penggunaan kondom untuk kelompok berisiko), Drugs (tidak menggunakan narkoba), dan Education (edukasi dan peningkatan kesadaran).

(Banjarmasinpost.co.id/TribunJatim.com)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved