Serambi Ummah

Tanamkan Kepedulian pada Setiap Muslim, Sambangi Fakir Miskin Setiap Pekan

Publik di negeri ini tersentak atas kematian tragis Raya pada 22 Juli 2025, akibat cacing yang menggerogoti tubuhnya.

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Mariana
Dok BPost
BALITA CACINGAN - Ilustrasi balita dibawa ke rumah sakit. Tragedi balita cacingan hingga tewas menarik perhatian publik termasuk masyarakat Kalsel. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Publik di negeri ini tersentak atas kematian tragis Raya pada 22 Juli 2025. Jiwa bocah empat tahun ini lepas dari raga oleh koloni cacing yang menjadi parasit ekstrem di tubuh mungilnya.

Entah bagaimana ihwalnya hingga tubuh balita asal Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini dipenuhi cacing parasit yang bahkan hingga mencapai otaknya.

Tragedi menyayat hati itu mengundang perhatian luas masyarakat di seluruh penjuru Bumi Pertiwi karena keadaannya yang tak biasa. Selain menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, kasus ini membuka mata dunia tentang pentingnya kepedulian terhadap sesama.

Kejadian itu bisa jadi fenomena gunung es, tak menutup kemungkinan ada di sekitar kita. Karenanya, kepedulian terhadap sesama harus terus dipupuk. Apalagi dalam Islam, orang muslim dengan muslim lainnya adalah saudara meski berbeda suku, ras, bahasa, budaya ataupun bangsa.

Kepedulian antarsesama muslim sangatlah penting. Karena itu perlu dipupuk terus kesadaran untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Jika ada yang membutuhkan, seyogyanya sesama muslim turut memperhatikan dan membantu. Terlebih bila tinggal berdekatan.

Baca juga: Teknisi Juara Nasional AHM Technical Skill Contest 2025, Ini Penghargaan dari Trio Motor

Baca juga: Liverpool Siap Selesaikan Kesepakatan Ganda yang Memecahkan Rekor Untuk Isak dan Bintang Inggris

Kisah tragis bocah itu menjadi tragedi kepedulian kemanusiaan. Sekaligus menjadi cambuk bagi pemerintah untuk kian memperbesar perhatian kepada rakyat dan selalu hadir di tengah masyarakat dalam kondisi apa pun.

“Sungguh teramat menyayat hati kasus Raya itu. Saya menangis melihat videonya,” ucap Hariani, warga Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut, Kamis (28/8).

Pekerja swasta ini mengaku, tak habis pikir mengapa hal tersebut bisa sampai terjadi. Seolah keluarga miskin tersebut hidup sendirian di tengah masyarakat negeri ini yang dikenal dengan sifat saling asah, asih, dan asuhnya.

Ia berharap, cukup sekali kasus Raya terjadi, jangan sampai dua kali. Menurutnya kejadian itu seperti lemparan martir yang mengguncang dan membangunkan jiwa-jiwa tandus dari bahtera lelap yang panjang.

Peradaban kehidupan kekinian yang kian hedonis, kepekaan dan kepedulian sosial menurutnya memang kian luntur. Masing-masing sibuk dengan urusan dunia, mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya hingga tak peduli lagi dengan lingkungan sekitar.

Menurutnya, acara atau kegiatan berkumpul di lingkungan tempat tinggal menjadi teramat penting untuk kembali dihidupkan atau digalakkan. Seperti acara yasinan mingguan atau sekadar acara kumpul-kumpul sambil memasak bareng.

Pada kegiatan seperti itu, sebutnya, manfaat besar lain yang didapatkan adalah kerekatan silaturahmi yang terus terjaga. Ada ruang yang menjadi tempat untuk saling bercerita sehingga ketiga ada tetangga atau kerabat yang sedang sakit atau dalam kondisi kesusahan, dapat diketahui dan dibantu dicarikan solusi.

“Jadi itu manfaat besarnya yakni sisi muamalahnya. Apalagi kan sejatinya agama itu dihadirkan supaya antarsesama manusia bisa saling tolong,” sebutnya.

Senada. Marliana, warga Kelurahan Karangtaruna ini mengatakan, sangat pentingnya saling tolong dan saling bantu terhadap sesama manusia, apalagi sesama Islam.

Dirinya sejak dulu selalu tersayat hati ketika melihat kesahajaan hidup orang lain. Apalagi ketika hal tersebut dialami oleh orang yang secara usia telah lanjut, namun masih harus terus bekerja demi memastikan asap dapur tetap mengepul.

Kebetulan dirinya juga menjadi seorang penyuluh agama di bawah Kementerian Agama (Kemenag) Tanahlaut. Secara berkala Marliana menyambangi warga miskin di sejumlah wilayah di daerah berjuluk Bumi Tuntung Pandang ini. Setidaknya satu pekan sekali.

Kurun waktu dua pekan terakhir, setidaknya ia telah mengunjungi empat keluarga miskin di wilayah Kecamatan Takisung, Bumimakmur, Kurau, dan Pelaihari.

Tiga di antaranya sedang ia upayakan dibantu bedah rumah karena kondisi tempat tinggal mereka kian reyot dan compang-camping. Bahkan paling akhir yang ia kunjungi yakni tempat tinggal warga miskin di Desa Panggungbaru, Kecamatan Pelaihari, hanya berupa pondok darurat. Dindingnya cuma berupa karung lebar yang kondisinya telah usang.

Tak kalah memilukannya, seorang janda lanjut usia di Desa Kurau Utara, Kecamatan Bumimakmur yang telah berusia 73 tahun, namun masih harus menghidupi tiga anggota keluarga yang semua tak bisa melakukan apa-apa.

Anak lelakinya usia 29 tahun tunagrahita (keterbelakangan mental), lalu anak laki-laku berusia 25 tahun mengalami gangguan mental. Kemudian, menantu perempuan dalam keadaan buta.

Marliana pun saat ini sedang mengupayakan memperbaiki rumah janda lansia itu. “Rumahnya perlu ditinggikan supaya kalau pas musim pasang besar, tidak calap (kebanjiran) lagi,” ucap Marliana.

Wakil Bendahara II Pengurus Pusat Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) ini mengatakan, dirinya bukan orang kaya, tapi punya tekad untuk selalu berbuat untuk sesama sehingga jalan untuk membantu orang-orang lemah sejauh ini selalu termudahkan.

Ada saja dermawan atau lembaga hingga kalangan perusahaan yang mengulurkan tangan sehingga beberapa rumah warga miskin di Tala dapat dibedah atau diperbaiki. Telah puluhan rumah warga miskin yang ia bantu dibedah sejak kurun waktu sekitar enam tahun terakhir.

Tiap bertemu dengan warga lanjut usia miskin, Marliana juga kerap spontan memberi uang makan. Ada beberapa lansia miskin pekerja berat di Pelaihari yang kerap ia bantu. Meski nilainya tak seberapa, namun setidaknya ada kepedulian untuk sesama berbagi.

Berkat kiprah sosial kemanusiaannya itu, Senin kemarin Marliana diundang ke Jakarta dan mendapatkan penghargaan Penais Award 2025 Kementerian Agama RI yang langsung diserahkan dari Menteri Agama KH Nasaruddin Umar. (roy)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved