Berita Nasional

1 Juni 2018 Lahirnya Pancasila, Pidato Amarah Soekarno Pada BPUPKI 'Kita Memerdekakan Hati Bangsa'

Soekarno adalah pendiri bangsa sekaligus penggali Pancasila dari bumi Indonesia hingga kini diperingati sebagai lahirnya Pancasila, 1 Juni 2018.

Penulis: Restudia | Editor: Elpianur Achmad

BANJARMASINPOST.CO.ID - 1 Juni 2018 diperingati sebagai Hari Lahirnya Pancasila.

Lahirnya Pancasila pada 1 Juni 2018 tak lain karena ide penggagasnya, Soekarno.

Soekarno adalah pendiri bangsa sekaligus penggali Pancasila dari bumi Indonesia hingga kini diperingati sebagai lahirnya Pancasila, 1 Juni 2018.

Pidato Presiden I RI pada 1 Juni 1945 di depan Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) menjadi tonggak sejarah lahirnya dasar negara Indonesia.

Pada sidang yang dipimpin oleh Dr KRT Radjiman Wedyodiningrat itu, Soekarno berapi-api mengupas falsafah dasar negara Indonesia seperti dilansir wartakota.com.

Dia juga mengkritik para pendiri negeri ini yang menjadi pembicara di sidang BPUPKI sebelumnya yang dianggapnya belum menyentuh pokok persoalan dasar negara.

Baca: Nuzulul Quran 2018, Membaca Al Quran Akan Hadirkan Malaikat di Rumah Serta Sinari Penduduk Langit

"Maaf beribu maaf! Banyak anggota (BPUPKI) telah berpidato dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia merdeka," ujar Soekarno di depan sidang BPUPKI.

Pernyataan Soekarno itu penulis kutip dari buku Risalah Sidang BPUPKI dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diterbitkan Sekretariat Negara RI tahun 1995.

Soekarno juga mengkritik anggota BPUPKI yang berbicaranya terlalu njelimet dan membuat berbagai persyaratan untuk memerdekaan Indonesia yang justru akan menghambat.

Dia memberi contoh sejumlah negara di dunia, seperti Arab Saudi, Jerman, Rusia, Mesir dan Tiongkok yang ketika diproklamirkan kemerdekaannya, ternyata rakyatnya masih terbelakang.

Baca: 20 Contoh Ucapan Selamat Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2018 Cocok untuk FC, Twitter dan Instagram

"Arab Saudi merdeka, padahal 80 persen rakyatnya terdiri atas kaum badui yang sama sekali tak mengenal ini dan itu," ujarnya.

Ketika Soviet merdeka, dari 150 juta penduduknya sekitar 80 persen tidak bisa membaca dan menulis.

Menurut Soekarno, kemerdekaan politik itu adalah satu jembatan emas untuk membawa kesejahteraan rakyat. Dalam perjalannya, jembatan itu terus diperbaiki.

"... Kalau balatentara Dai Nippon menyerahkan urusan negara, satu menit pun kita tidak akan menolak, sekarang pun menerima urusan itu. Sekarang pun kita mulai dengan Negara Indonesia yang merdeka," tegas Bung Karno yang disambut tepuk tangan meriah anggota BPUPKI.

Pidato Bung Karno beberapa kali memang disambut tepuk tangan dan teriakan anggota BPUPKI.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved