Superball

Tim Barito Puteri Batal Beraksi di Liga 1 Wanita, Ini Alasanya

Manajemen Barito Putera urung membentuk tim Barito Puteri untuk menjadi perwakilannya berlaga di liga 1 wanita.

Penulis: Khairil Rahim | Editor: Hari Widodo
Instagram Hasnur
Manajer Barito Putera, Hasnuriyadi Sulaiman ditemui usai Haul Almarhum Sulaiman HB 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Manajemen Barito Putera urung membentuk tim Barito Puteri untuk menjadi perwakilannya berlaga di liga 1 wanita yang rencananya dihelat pada September 2019 mendatang.

Manajer Barito Putera Hasnuryadi Sulaiman mengatakan di kompetisi khusus wanita ini Barito Putera tidak akan mengirimkan wakilnya.

"Mohon maaf kita tidak mengirimkan skuad di sepakbola wanita," kata dia di kediamannya didampingi asisten manajer Syarifuddin Ardasa, Kamis (9/5/2019) malam.

Syarifuddin menambahkan sesuai ketentuan dari PSSI klub tidak diwajibkan untuk mengirimkan perwakilan di liga 1 wanita.

"Liga 1 Wanita nanti, tidak butuh seluruh tim Liga 1 membentuk tim tapi hanya ada enam tim saja dan Barito Putera tidak ikut," kata Udin sapaannya.

Baca: Hadapi Cuaca Panas Saat Berpuasa, Begini Cara Terhindar Dehidrasi dan Atasi Rasa Haus

Baca: Rusuh di Rutan Kelas IIB Siak Riau, Kasat Narkoba Polres Siak Tertembak

Baca: Hasil Blusukan Jokowi Mencari Pengganti DKI Jakarta, Ini Tiga Daerah Calon Ibu Kota Baru?

Tentu saja kata Udin ada plus minusnya manajemen tidak mengirimkan perwakilan di liga 1 wanita.
Udin menjelaskan dengan tidak ikutnya liga wanita ini pengeluaran klub tidak bertambah.

"Selain Barito Putera, kita juga memiliki tim junior Barito U-16, U-18 dan U-20. Jika ditambah Barito Puteri maka pengeluaran akan bertambah juga," sebut dia.

Yang tidak kalah penting ujar Udin mayoritas masyarakat Banua adalah muslim religius sehingga sangat tidak pas jika ada sepakbola wanita bertanding.

"Kalau ada pertandingan sepakbola wanita tentu akan jadi pertanyaan. Lebih baik kita memilih opsi tidak ikut saja," jelas dia.

Berdasarkan rilis PSSI sejauh ini sudah ada delapan klub yang menyatakan diri turut berpartisipasi di Liga 1 wanita.

Sepak bola putri mengalami nasib buruk setelah reformasi. Federasi tak lagi menggelar kompetisi rutin sejak Liga Utama Wanita (Galanita) eksis berpuluh-puluh tahun lalu dan meredup memasuki milenium baru.

Satu-satunya kompetisi sepak bola putri yang diinisiasi oleh PSSI adalah Piala Pertiwi, itupun tidak rutin dilaksanakan apalagi di level nasional.

Sementara bak ‘hidup segan, mati tak mau’ tim dan kompetisi di daerah terkadang digelar untuk sekadar menghabiskan anggaran dan lain sebagainya.

Piala Pertiwi terakhir digelar 2017, dengan maksud dan tujuan menyaring para pemain yang akan masuk ke timnas putri untuk Asian Games 2018. Hal tersebut juga dilakukan pada 2014 lalu untuk persiapan AFF Women’s Championship 2015 sebelum akhirnya sepak bola putri kembali tidur pulas selama kurang lebih tiga tahun.

PSSI lebih sering menggelar turnamen jangka pendek di sepak bola putri. Piala Pertiwi sendiri digelar dengan sistem gugur alih-alih liga sejak 2006. Kadang PSSI juga menggelar one-day tournament seperti yang dilakukan pada kompetisi Jakarta Equal Festival di kuartal awal 2018.

Baca: Petugas SPBU Siram Uang Rp50 Ribu dari ATM dengan Pertalite, Begini Penjelasan BI, Langsung Viral

Baca: Hindarkan Tidur Setelah Sahur, Bisa Picu Kanker dan Stroke, Ini Jeda Tidur Rasululullah

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved