Berita Banjar
Adul dan Kastani Mengapung 24 Jam
Mati. 3 Kata inilah yang bersarang di benak Abdul Rahman atau Adul (29), nelayan Desa Kualatambangangan Kecamatan Takisung Kabupaten Tanahlaut
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Mati. 3 Kata inilah yang bersarang di benak Abdul Rahman atau Adul (29), nelayan Desa Kualatambangangan Kecamatan Takisung Kabupaten Tanahlaut saat terombang-ambing di laut. Dia mengapung selama hampir 24 jam bersama temannya, Kastani.
Sejak dilaporkan hilang pada Kamis (18/7) siang, belasan kapal nelayan, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tala, Satpolairud Polres Tala dan Polsek Takisung bergerak melakukan pencarian terhadap keduanya. Akhirnya pada Jumat (19/7) sekitar pukul 11.00 Wita, Adul dan Kastani ditemukan dalam kondisi selamat dan mengapun di laut
Kepada BPost, Adul menceritakan lambung kanan kapal mereka pecah dihantam ombak sekitar tiga meter, Kamis sekitar pukul 13.00 Wita. Tak sampai lima menit, kapal karam.
“Kastani sempat hendak menelepon untuk minta bantuan, tapi tidak sempat lagi. Kapal kami karam,” kata Adul saat ditemui tengah dirawat di Puskesmas Takisung.
Keduanya pun berusaha menyelamatkan diri. Adul mengambil pelampung yang tersedia di kapal. Sedang Kastani mengambil boks ikan yang dibuat dari styrofoam. Besarnya ombak membuat keduanya terpisah dengan kapal.
Saat itu pikiran Adul hanya digeluti kata, “Mati, mati dan mati”. Apalagi sejak siang, malam, hingga kembali siang lagi, tak ada satu pun orang yang menemukan mereka.
Baca: Tak Perlu Ke Selendia Baru, Rumah Hobbit Juga ada di Banjarbaru ternyata
Baca: Demi Lihat Tempat yang Indah, Mahasiswi Uniska Banjarmasin Ini Rela Lintasi Jalan Curam
Baca: Sempat Putus Asa Luna Maya Lakukan Hal Gila Diungkap Melaney Ricardo, Saat Reino Nikahi Syahrini?
Baca: Yuk, Ikuti Lari Gembira 5 K Sambut Kemerdekaan RI
Adul dan Kastani hanya bertahan menggunakan pelampung. Adul megenakan jaket pelampung, sedangkan Kastani memanfaatkan boks ikan. Keduanya saling mengikatkan diri agar tidak terpisah oleh ombak.
Selama terombang-ambing mereka sekali sekali tidak makan dan minum. Keduanya tidak minum air laut yang asin karena takut malah kehausan.
Tak hanya lapar, air laut yang dingin menjelang Kamis sore membuat Adul kedinginan tak terkira. Beranjak ke malam, dingin air terus mendera tubuh mereka.
“Awalnya tidak terasa. Tapi sekitar pukul 16.00 Wita, dinginnya mulai menyengat badan. Sampai malam hingga pagi lagi,” cerita Adul.
Dia dan Kastani hanya bisa pasrah dan tetap menggunakan akal sehat. Tidak panik, itulah kunci Adul dan Kastani bisa bertahan belasan jam di laut. Bahkan untuk menenangkan diri, ujar Adul, mereka terus mengobrol dan bercanda.
Adul dan Kastani memilih untuk mengikuti arus ombak yang diperkirakan hampir tiga meter. Ombak itu pula yang membuat kapal mereka rusak. “Kami hanya mengikuti arus ombak. Karena apabila berenang, khawatir malah kehabisan tenaga,” ucapnya.
Adul mengatakan Kastani, yang juga menjalani perawatan di sampingnya, cukup berperan besar hingga mereka bisa selamat. Kastani lah yang menenangkan dirinya dan mengingatkan untuk tidak panik.
Kendati selamat, mereka harus menjalani perawatan di Puskesmas Takisung. Di tangan keduanya menancap jarum infus.
Adul masih merasa badannya lemah. Dia juga tidak lepas dari selimut yang digunakan saat dievakuasi dari laut hingga ke Puskesmas.(ell)
Artikel ini bisa dibaca lebih lengkap di Banjarmaspost Edisi Sabtu (20/7/2019)
