Susu Grasi Dibalas Tuba Narkoba
DEMOKRASI yang makin matang membutuhkan logika dan fakta, tidak hanya retorika. Demokrasi bukan asal berbeda pendapat, bukan asal mengkritisi.
Kami akan terus menjelaskan bahwa keputusan pemberian grasi narkoba tetap dimungkinkan meskipun tentu sangat selektif, kepada pelaku-korban.
Termasuk, dalam pemberian grasi Olla, meskipun saya dan Menkumham Amir Syamsudin belum menjabat pada saat grasi dikeluarkan pada September 2011, kami sangat memahami dan mendukung presiden dalam pemberian grasi dari hukuman mati menjadi hukuman seumur hidup itu.
Di tengah iklim yang demokratis, dimana setiap orang bebas berpendapat, dimana kepercayaan kepada penyelenggara negara biasanya sangat rendah, mengambil keputusan yang tidak populer tentu berisiko. Termasuk risiko niat baik Presiden SBY yang ibarat memberi susu grasi, dibalas tuba narkoba oleh Olla.
Apapun, di tengah atmosfer yang selalu penuh curiga dan sikap kritis, kami tetap harus fokus dalam mengambil keputusan, meski tidak populer. Pengambil keputusan tidak boleh terjebak pada pencitraan, pada retorika-emosional semata. Pemimpin justru harus berani mengambil keputusan berdasarkan logika-rasional, meskipun tidak populer. Demi demokrasi kita yang semakin matang. Demi Indonesia kita yang lebih baik. Keep on fighting for the better Indonesia. (*)