Opini
Maulid Nabi dan Semangat Pembebasan
SAAT ini, kalau kita cermati kondisi bangsa Indonesia pada umumnya, serta masyarakat Muslim khususnya, ada sebuah fenomena
Oleh: Joko Riyanto
Koordinator Riset Pusat Kajian dan Penelitian Kebangsaan (Puskalitba) Solo
SAAT ini, kalau kita cermati kondisi bangsa Indonesia pada umumnya, serta masyarakat Muslim khususnya, ada sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan. Identitas kita sebagai sebuah bangsa, lebih-lebih sebagai seorang Muslim, makin lama, terlihat makin pudar. Krisis identitas tengah melanda seluruh sendi kehidupan. Bangsa yang dulu dikenal dengan masyarakatnya yang sopan santun, adat ketimurannya, serta nilai-nilai agamanya, kini seakan-akan tidak peduli lagi dengan seperangkat nilai-nilai normatif, baik yang terdapat dalam sebuah masyarakat, lebih-lebih yang diajarkan oleh agama.
Dalam pandangan penulis, memudarnya identitas masyarakat Muslim yang saat ini terjadi terus-menerus, bermula dari adanya krisis keteladanan. Dalam kehidupan modern dewasa ini, kita melihat banyak terjadi krisis keteladanan, baik dalam rumah tangga, masyarakat, ataupun bangsa. Para orangtua sudah tidak dapat lagi menjadi panutan bagi anak-anaknya. Para pemimpin sudah tidak lagi mengindahkan norma-norma agama, sehingga tidak dapat menjadi panutan masyarakat. Para penegak hukum sudah tidak lagi bersikap adil dalam memutuskan perkara, serta para pejabat tidak lagi memedulikan nasib rakyat.
Bermula dari kenyataan ini, maka pelbagai tindakan amoral dan asusila serta berbagai penyakit sosial muncul di masyarakat. Untuk itu, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW (12 Rabi’ul Awal/ 5 September 2025), melalui artikel ini penulis mengajak kita semua merefleksi kembali sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW sebagai cerminan kehidupan kita. Lewat refleksi ini diharapkan setiap ucapan, tindakan serta perilaku kita sejalan dengan ajaran Alquran dan Sunnah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Sejarah Islam mencatat, kelahiran Nabi Muhammad mampu mengubah sebuah tatanan kehidupan masyarakat di berbagai sendi kehidupan, mendobrak kejumudan menjadi pencerahan, menghilangkan ketertindasan menjadi keberdayaan dan keadilan, serta menjunjung tinggi semangat perdamaian dan persamaan di atas pertikaian dan perbedaan. Serangkaian catatan perjalanan hidup yang penuh dengan semangat perubahan (transformasi) dan perbaikan (reformasi) inilah yang membedakan sosok manusia yang satu dengan lainnya. Dan ini yang terdapat pada diri Muhammad SAW. Sehingga pantas, peristiwa kelahiran beliau kemudian menjadi momen bersejarah yang selalu diingat dan diperingati oleh umatnya.
Baca juga: Genangan di Jalan Menuju Dusun 5 Bukitmulya Tanahlaut Susut, Pelajar tak Lagi Naik
Baca juga: Cuaca Kalsel Hari ini Kamis 4 September 2025:
Mari kita sejenak melihat kondisi sosiokultural ketika Nabi Muhammad SAW dilahirkan di kota Makkah. Kehidupan keagamaan pada masa jahiliyah sangatlah buruk. Paham paganisme (penyembahan terhadap berhala) menjadi keyakinan yang mendarah daging bagi masyarakat Arab ketika itu. Bahkan, menurut catatan sejarah, setiap suku memiliki berhala sendiri. Takhayul bagi mereka adalah sebuah agama yang kuat, seluruh sendi kehidupan mereka dikendalikan oleh takhayul.
Kenyataan lain yang memprihatinkan pada masa itu adalah berkenaan dengan posisi wanita. Wanita sama sekali tidak dihargai eksistensinya sebagai seorang manusia yang punya hak dan martabat sama dengan kaum laki-laki. Posisi mereka, baik secara sosial, ekonomi maupun politik, tidaklah bebas. Bahkan mereka dianggap sebagai beban hidup. Dalam kondisi masyarakat yang demikian bobrok di berbagai sendi kehidupan inilah, seorang anak manusia yang kelak merombak seluruh tatanan kehidupan jahiliyah menjadi masyarakat yang beradab dengan pancaran sinar ilahi lahir. Dialah Muhammad SAW.
Seiring perjalanan waktu, Muhammad SAW kemudian benar-benar mengejutkan kota Makkah pada usia 40 tahun untuk membebaskan masyarakat Makkah dan juga seluruh umat manusia. Setelah menerima risalah Ilahiyah berupa wahyu sebagai tanda bahwa beliau diangkat oleh Allah SWT sebagai rasul, kemudian beliau berpikir dan berjuang keras untuk membebaskan masyarakat Arab dari kemusyrikan, kebodohan, penderitaan, penindasan, serta memperjuangkan harkat dan maratabat manusia sesuai dengan kodratnya.
Secara bertahap, beliau mengubah keyakinan masyarakat Arab yang diliputi oleh paham kemusyrikan dan beragam bentuk takhayul menuju masyarakat tauhid. Beliau mengajarkan tentang pentingnya ilmu pengetahuan untuk membebaskan masyarakat dari kebodohan dan kejumudan. Dan, beliau juga mengangkat harkat dan martabat wanita, sehingga mereka tidak lagi dianggap sebagai warga kelas dua yang termarginalkan.
Proses pembebasan masyarakat dari beragam bentuk perilaku jahiliyah baik dalam bidang akidah, ibadah, ilmu pengetahuan, sosial, politik,ekonomi dan segala sendi kehidupan ini berlangsung kurang lebih selama 23 tahun di masa kenabiannya. Dalam rentang waktu tersebut, beliau berhasil memberikan pencerahan, mengubah tatanan kehidupan masyarakat menjadi lebih religius, egaliter, dan toleran. Di bawah bimbingannya, masyarakat Arab bukan hanya membebaskan diri mereka sendiri, tetapi juga membebaskan masyarakat lainnya dengan cara menghancurkan dua kerajaan dunia yang menindas, yakni Romawi dan Sassanid. Berkat kemenangan yang gemilang atas dua kerajaan besar itu, mereka dianggap sebagai pembebas oleh masyarakat yang tertindas.
Singkatnya, lahirnya sosok Muhammad SAW di tengah kondisi masyarakat yang rusak baik agama maupun moralnya tersebut, mampu menghadirkan sebuah semangat pembebasan (liberatif), pencerahan (enlightenment), dan perbaikan (reformasi). Muhammad hadir sebagai figure teladan, ditempa oleh represi, penghinaan, pengucilan dari pelbagai pihak. Pelbagai tanggapan atas misi Muhammad tak menghasilkan putus asa. Muhammad justru mewartakan kebenaran-kebenaran dengan ikhlas, ketabahan, keteguhan. Monotheisme diserukan untuk mengubah peradaban di dunia, berkonsekuensi penentangan sengit berdalih iman, politik, ekonomi, sosial, kultural. Inilah prestasi dan semangat kesejarahan dari beliau yang patut dijadikan refleksi dalam setiap peringatan maulid Nabi. Harapannya, peringatan maulid tidak terjebak pada pembusukan fanatisme dan pengkultusan personal, namun pada refleksi sejarah dan iman yang berwujud pada praksis semangat pembebasan.
Spirit, keuletan, kerja keras, dan perjuangan Nabi Muhammad dalam membawa misi teologis dan pembebasan terhadap belenggu kemanusiaan, patut menjadi teladan. Di tengah kegamangan bangsa ini yang sedang dirundung duka, ditimpa pelbagai musibah dan bencana (baik karena alam dan manusia), karut-marut penegakan hukum, politik yang culas, tragedi kemanusiaan, kekerasan/konflik, aksi demonstrasi, dan berbagai ketidakadilan, semoga hadir sosok manusia-manusia pembebas. Dengan kebijaksanaannya, dia mampu menyinergikan antara komitmen vertikal-spiritual dan horisontal-sosial demi terciptanya masyarakat yang berorientasi pada nilai-nilai Ilahiah dan nilai-nilai insaniyah secara bersamaan. Demikian. (*)

                
												      	
												      	
												      	
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.