Proses Panjang Mendapatkan Air Bersih
Tanpa disadari banyak warga Banjarmasin menyalakan mesin menyedot air ledeng lalu menyemprotkan air bersih
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Tanpa disadari banyak warga Banjarmasin menyalakan mesin menyedot air ledeng lalu menyemprotkan air bersih produk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ke pekarangan untuk menyiram tanaman.
Sementara, warga lainnya menyemprotkan air bersih PDAM Bandarmasih Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu ke beberapa buah mobil saat mencuci mobil di pekarangan rumahnya.
Melihat sikap warga tersebut seakan tak menyadari bahwa adanya air bersih PDAM itu terlahir dari upaya yang sulit bagi perusahaan setempat memperoleh air baku untuk diolah sebagai air bersih.
Dalam perjalanan menyisir beberapa lokasi pengambilan air baku (intake) PDAM setempat, Sabtu (12/10) lalu dapat disaksikan langsung bahwa untuk memperoleh air baku itu tak segampang yang dibayangkan, penuh lika-liku.
"Pengambilan air baku untuk PDAM Bandarmasih hanya mengandalkan air Sungai Martapura yang berhulu ke Pegunungan Meratus," kata Direktur PDAM Bandarmasih Muslih ketika sama-sama menyisir lokasi intake PDAM itu.
Muslih didampingi Direktur Operasional, Yudha Ahmadi mengakui lokasi yang terdekat pengambilan air baku itu adalah Sungai Martapura yakni intake di Desa Sungai Bilu.
Tetapi ketika sekitar 20 orang rombongan wartawan berada di lokasi tersebut memperoleh penjelasan petugas intake Sungai Bilu bahwa intake itu tak bisa beroperasi maksimal 500 liter per detik.
Masalahnya air Sungai Martapura sudah tercemar kadar garam karena intrusi air laut, yang membuktikan debit air sungai itu sudah kurang dan air laut masuk ke daratan.
"Sekarang kadar garam sudah 960 miligram per liter di Sungai Martapura, mana mungkin bisa diolah air bersih karena idealnya maksimal 250 miligram per liter," kata Muslih.
Dengan kondisi demikian maka intake Sungai Bilu tak bisa lagi di harapkan untuk pemasok air baku.
Setelah lokasi tersebut rombongan menyisir lagi ke lokasi intake Pematang Panjang kapasitas 500 liter per detik, ternyata di intake tersebut juga menemui masalah, malah tak dioperasikan.
Masalahnya air baku di Pematang Panjang yang mengandalkan air di saluran Irigasi Riam Kanan mengalami kekeringan hingga setetes pun tak bisa diambil air bakunya.
Menurut Direktur Operasional Yudha Ahmadi, keringnya irigasi tersebut lantaran diserang tingkat pendangkalan yang tinggi, ditambah serangan gulma yang merajalela sehingga air limpahan dari Bendungan Riam Kanan tidak sampai ke intake Pematang Panjang yang berjarak sekitar 34 kilometer tersebut.
Melihat kondisi tersebut, maka PDAM Bandarmasih kembali pasrah dan tak bisa pula mengandalkan air Irigasi sebagai air baku.
Menurut Yudha Ahmadi, memang ada sumber air lainnya yakni air tanah tetapi daerah Banjarmasin termasuk kawasan rawa-rawa sehingga air tanah menjadi sangat asam dan kandungan besi tinggi, maka tak bisa digunakan sebagai air baku.
Andalan satu-satunya air baku adalah di Sungai Martapura di bagian hulu atau berjarak sekitar 20 kilometer dari Intake Sungai Bilu Banjarmasin, yakni berada di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.
Lokasi intake ini memiliki kapasitas cukup besar yakni 1700 liter per detik, tetapi biaya pengambilan air ini begitu mahal, kata Yudha Ahmadi.
Bayangkan saja dengan jarak sejauh itu berapa mesin pendorong yang digunakan agar air baku sampai ke lokasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) baik IPA di belakangan kantor pusat PDAM kilometer dua Banjarmasin, maupun IPA Jalan Pramuka.
Oleh karena itu, biaya intake Sungai Tabuk ini begitu mahal hanya untuk membayar listrik saja,
Bukan hanya itu kendala dihadapi intake Sungai Tabuk ini, persoalan lain terjadinya pendangkalan di Sungai Martapura wilayah tersebut, akibatnya air yang disedot pun kadangkala tak bisa maksimal karena terhalang endapan lumpur yang tinggi.
Menurut Yudha, sedemintasi itu terjadi lantaran hutan resapan air di Pegunungan Meratus sudah rusak aktivitas pembukaan lahan, akibatnya terjadi erosi hingga lumpur berada di gunung mudah meluncur ke sungai kemudian terbawa hingga kekawasan Sungai Tabuk tersebut.
Ke depan untuk mengatasi itu akan dilakukan pengerukan lumpur Sungai Martapura dekat intake Sungai Tabuk itu, kalau tidak maka kemungkinan intake ini tidak akan berfungsi lagi.
"Bila intake Sungai Tabuk sudah tak bisa berfungsi sama saja dengan mematikan PDAM Bandarmasih, akhirnya Banjarmasin kesulitan air bersih dan kota itu pun kemungkinan akan "mati" pula,karena akan ditinggalkan penghuninya" tuturnya mengambarkan kondisi itu.
Menurutnya lagi, kondisi Sungai Martapura tak mungkin membaik selama tak ada rehabilitasi hutan resapan air di bagian hulu sungai, kemungkinan akan lebih memburuk, bukan saja endapan tetapi kemungkinan intrusi air laut pun bisa sampai ke kawasan itu.
"Bila semua itu terjadi maka "tamatlah" riwayat Kota Banjarmasin," tutur Yudha lagi.