Bad Man

ADA dua proyek mobil murah. Yang pertama, mobil murahnya pemerintah yang dibuat perusahaan-perusahaan Jepang.

Editor: M Fadli Setia Rahman

BANJARMASINPOST.CO.ID - ADA dua proyek mobil murah. Yang pertama, mobil murahnya pemerintah yang dibuat perusahaan-perusahaan Jepang. Yang kedua mobil murahnya Gubernur DKI Joko Widodo atau Jokowi yang dibuat siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Peluncuran pertama mobil murah Jokowi dilakukan semasa ia menjadi wali kota Solo, Jateng. Mobil ini merangkul pengusaha kecil yang bergerak di bidang pengecoran logam, las dan semacamnya. Mobil itu bernama Esemka.

Kalau keduanya diadu ibarat mentimun  melawan durian, mentimunnya akan remuk. Inilah yang terjadi sekarang, mobil murahnya Jepang sudah bisa berkeliaran bahkan ikut membuat macet jalan-jalan di kota, sedang mobil murahnya Jokowi ambles ditelan bumi. Tak ada kata ampun, Solo dan sekitarnya yang menjadi target pemasaran Esemka sebentar lagi digerojok mobil murahnya Jepang.

Sebelum ribut-ribut mobil murah, Esemka memang sudah tidak ada kabar beritanya. Setelah kasus emisi tidak memenuhi syarat, Esemka mati suri, tutup buku. Ada yang bilang Esemka kesulitan modal.   

Tentu saja dibanding mobil Jepang Esemka kurang segala-galanya, ya modal, skill, jaringan pemasaran dll. Tetapi sebenarnya itu gampang saja diatasi asal ada kemauan baik dari semua pihak terutama pemerintah. Ternyata produk anak bangsa tidak menarik buat mereka.

Cerita mobil Esemka ini sudah lama berlalu. Tak ada lagi orang yang menanyakan nasibnya. Tapi tiba-tiba Wakil Sekjen Partai Demokrat (PD) Nurhayati Ali Assegaf, yang juga ketua FPD DPR mengangkatnya kembali. Bukan untuk mendukung tapi sebaliknya.

Nurhayti menyerang Jokowi lewat mobil Esemka. Katanya, mengapa Jokowi menolak mobil murah ramah lingkungan (LCGC), padahal dia sendiri juga punya proyek mobil murah Esemka.

Nurhayati lupa, mobil Esemka itu karya anak bangsa, jadi ada kebanggaan dan rasa nasionalisme di dalamnya. Esemka juga bisa membuat kita menjadi tuan di negeri sendiri. Beda dengan mobil Jepang, kita hanya menjadi pembeli dan negara kita hanya menjadi ajang pasar raya buat mereka.

Bukan hanya mobil murah. Nurhayati juga menyudutkan Jokowi dengan mengatakan keberhasilan Jokowi di Jakarta selama setahun ini adalah kebakaran 1.000 rumah dalam semalam. Pernyataannya tidak dilengkapi bahwa yang terbakar itu rumah-rumah liar yang sebagian berupa gubuk, di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Sebelum itu Nurhayati juga berujar, Jokowi bukanlah orang yang paling berhasil membangun Jakarta selama setahun terakhir ini. Ada jasa Fauzi Bowo (gubernur pendahulu), sebab pembangunan monorail, penertiban pasar Tanah Abang, normalisasi waduk-waduk dan masalah transportasi sudah direncanakan oleh Fauzi Bowo.

***

Apa maksud Nurhayati dengan pernyataannya itu, baru jelas benar setelah wakil sekjen PD yang lain, Ramadhan Pohan menuduhJokowi ikut bertanggung jawab atas terjadinya penyadapan Amerika Serikat terhadap Indonesia.

Alasannya Jokowilah yang memberi izin Kedutaan Besar AS untuk merenovasi gedungnya dan ini dimanfaatkan untuk mendesain ruangan bagi aktivitas spionase tersebut.

Ucapan mantan wartawan yang pernah tinggal di AS itu dibantah keras oleh rekannya sesama anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Pur) T Hasanudin (PDIP) dengan menyatakan apa yang disampaikan Ramadhan adalah pernyataan bodoh. Peralatan penyadapan itu tidak lebih besar dari ukuran arloji, jadi buat apa bikin gedung khusus.

Ramadhan tentu bukan orang bodoh. Ucapannya mengandung maksud yang orang bisa meraba sendiri. Nurhayati atau Ramadhan keduanya bisa diduga ingin meruntuhkan Jokowi yang popularitasnya tak tergoyahkan. Sebodoh apa pun mereka tahu bahwa ucapannya tidak masuk akal, tapi tetap dilontarkan, tentu ada misinya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved