Penyadapan Picu Perang Hacker

KEGIATAN penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia kepada Indonesia belakangan ini, dan disusul dengan terungkapnya aksi penyadapan

Editor: M Fadli Setia Rahman

BANJARMASINPOST.CO.ID - KEGIATAN penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia kepada Indonesia belakangan ini, dan disusul dengan terungkapnya aksi penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyoni, Ibu Negara Ani Yudhoyono dan delapan pejabat negara RI pada 2009 telah memicu terjadinya perang antara hacker Indonesia yang menamakan diri Anonymous Indonesia dengan Anonymous Australia.

Hacker atau peretas Indonesia membobol ratusan website Australia sebagai respon atas kegiatan Australia yang telah memata-matai tetangga terdekatnya melalui kedutaan besarnya di Jakarta.

Menurut Director of Indonesia ICT Institute Heru Sutadi, seperti dikutip dari media The Australian, kelompok peretas dari Anonymous Indonesia merupakan pihak yang bertanggungjawab dalam serangan tersebut. Sejumlah media utama di Australia, seperti The Australian, ramai menulis tentang serangan hacker Indonesia ke situs-situs penting pemerintah Australia.

Di berita utama koran dan media online tersebut tertulis bahwa halaman situs intelijen rahasia Australia tidak bekerja sejak sore (11/11) setelah hacker dari Indonesia menyerangnya. Sementara itu, harian Sydney Morning Herald (SMH) menulis tentang rontoknya situs intelijen ASIS karena serangan dari hacker Indonesia.

Media asing seperti BBC, ZDNet, dan TechinAsia juga ramai memberitakan soal penyerangan hacker Indonesia tersebut. Meski sudah sangat ramai, pemerintahan kedua negara belum memberikan pernyataan resminya.

Tentu saja karena serangan ini, Anonymous Australia marah dan menyerang balik website di Indonesia. Melalui sebuah laman di Pastebin, Anonymous Australia mengirimkan surat untuk para peretas Indonesia. Dalam surat elektronik itu, Anonymous Australia mengatakan bahwa mereka telah meretas situs Angkasa Pura, situs-situs pendidikan dan banyak website lain yang tidak dirinci daftarnya.

Tidak hanya meretas situs saja, ada banyak account kartu kredit dan password yang berhasil mereka bobol. Selain itu, Anonymous Australia mengklaim telah mencuri database sekaligus password Facebook milik orang Indonesia. Peretas Australia juga mengacak-acak situs layanan publik dan lebih dari 150 situs kegiatan bisnis kelas bawah.

Melihat respon balik dari peretas Australia tersebut kita pun bertanya-tanya, siapa yang diuntungkan dan dirugikan dari aksi saling menyerang yang dilakukan hacker Indonesia dan hacker negeri jiran tersebut? Tampak jelas bahwa negara dan masyarakat Indonesia dan Australia sama-sama rugi.

Oleh karena itu kita berharap, protes peretas Indonesia dengan cara membobol ratusan situs web Australia harus segera dihentikan. Kemarahan para hacker dengan mengacak-acak ratusan situs, justru bisa merugikan kepentingan Indonesia. Aksi para hacker kedua negara bertetangga ini sama-sama mempunyai daya rusak yang merugikan bukan hanya pemerintah tapi juga masyarakat kedua negara tersebut.

Bayangkan betapa banyak bisnis masyarakat bawah yang terganggu, dan menderita kerugian. Mereka juga terpaksa repot harus memulihkan tampilan yang penuh dengan pesan Stop Spyng on Indonesia. Sebagian situs bahkan tidak hanya diganti tampilan mukanya, namun juga dihapus file index dan sebagian isinya.

Apabila hal yang sama menimpa situs usaha kecil menengah Indonesia, tentu kerugian lebih bisa terjadi. Siapa pun tahu tingkat keamanan situs di Indonesia, termasuk milik pemerintah, masih terbilang rendah.

Serangan Anonimous Indonesia seperti dilansir majalah Tempo edisi terbaru, 18-24 November, sejatinya juga menciderai ‘ideologi’ Anonimous dunia yang sering dijuluki ‘Robin Hood digital’. Jaringan yang dibentuk pada 2003 tersebut jelas melarang peretasan terhadap situs layanan publik. Karena itu, aksi protes peretas Indonesia membobol ratusan situs website Australia harus dihentikan. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Hari-hari Terakhir

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved