Tajuk
Si Manis Ancam Anak-anak
Tren global maupun nasional menunjukkan kenyataan yang mengkhawatirkan: anak-anak,mulai menjadi pasien baru diabetes
BANJARMASINPOST.CO.ID- SELAMA bertahun-tahun, diabetes dianggap sebagai penyakit orang dewasa, akibat gaya hidup tidak sehat, stres berkepanjangan, serta pola makan serba instan. Namun, asumsi itu telah runtuh.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren global maupun nasional menunjukkan kenyataan yang mengkhawatirkan: anak-anak, bahkan yang masih berusia sekolah dasar, mulai menjadi pasien baru diabetes.
Fenomena ini bukan sekadar pergeseran statistik, melainkan sinyal bahaya tentang perubahan pola hidup masyarakat. Sayangnya, alarm itu belum cukup keras untuk menggugah kesadaran kolektif.
Peningkatan kasus diabetes pada anak tidak terjadi dalam ruang hampa. Konsumsi gula berlebih melalui minuman manis kemasan, jajanan yang jauh dari standar sehat, serta berkurangnya aktivitas fisik menjadi kombinasi fatal.
Anak-anak kini menghabiskan lebih banyak waktu di depan gawai daripada berlari di lapangan.
Sementara itu, lingkungan, baik keluarga maupun sekolah sering abai terhadap pola makan yang seimbang.
Mereka tumbuh dalam kultur yang menganggap minuman manis sebagai hadiah, makanan cepat saji sebagai pilihan praktis dan kegiatan fisik sebagai opsi, bukan kebutuhan.
Jika ini dibiarkan, kita sedang membesarkan satu generasi yang membawa bom waktu kesehatan.
Lebih mengkhawatirkan lagi, banyak gejala diabetes tipe 2 pada anak tidak dikenali karena dianggap hal biasa.
Anak cepat lelah, sering haus, sering buang air kecil, atau mengalami kenaikan berat badan yang tidak wajar sering dianggap sebagai bagian dari pertumbuhan.
Akibatnya, diagnosis sering terlambat, membuat risiko komplikasi, dari gangguan penglihatan hingga kerusakan organ, menjadi lebih besar.
Kita juga tidak dapat menutup mata terhadap tanggung jawab struktural. Industri makanan dan minuman manis masih membanjiri publik dengan iklan yang menyasar anak-anak secara agresif.
Sementara itu, pengawasan terhadap jajanan sangat longgar. Kementerian dan Dinas Kesehatan memang rutin mengampanyekan pola hidup sehat, tetapi tanpa kebijakan yang tegas semisal pengendalian iklan makanan bergula tinggi, pelabelan nutrisi yang lebih informatif, hingga standarisasi kantin sehat.
Orang tua mesti lebih kritis pada konsumsi gula harian anak-anaknya, dan tidak menjadikan minuman manis sebagai kebiasaan.
Sekolah harus menyediakan waktu aktivitas fisik yang memadai, bukan memotong jam olahraga demi mata pelajaran lain.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/Tajuk-Implikasi-Politik-Putusan-MK.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.