Pluralisme: Antara Rhoma dan Gus Dur

Akhir-akhir ini, masyarakat khususnya para pemerhati politik tengah dihebohkan dengan perkataan sang raja dangdut

Editor: Dheny Irwan Saputra

Selanjutnya, Gus Dur tak pernah mengatakan bahwa dirinya itu pluralisme. Masyarakatlah yang menyematkan gelar Bapak Pluralissme pada dirinya. Beliau juga tak banyak bicara soal wacana pluralisme berikut dalil-dalil teologisnya. Tetapi ia mengamalkan, mempraktikkan dan memberi mereka contoh atasnya.

Pluralisme jauh lebih banyak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari Gus Dur dibanding diwacanakan. Hal ini berbanding terbalik dengan Rhoma, ia dengan getolnya menyebut dirinya mendukung pluralisme. Tetapi dalam praktik kesehariannya ia tak menampakkan sifat pluralis nempel pada dirinya.

Kiranya, perlu diingat bahwa Gus Dur itu bersifat pluralis setiap hari, di mana dan kapan pun ia berada, tidak hanya menjelang pemilu saja.

Akhirnya, meminjam bahasanya guru tarekat sathariyah, Kyai Hasan Ulama’, Ojo demen nyunggi katoke mbahe, amal sholeh tindakno. Maksudnya, kita sebagai penerus bangsa jangan terlalu membanggakan dan mengandalkan kebesaran tokoh kita terdahulu. Tapi yang terpenting adalah sepak terjang kita dalam realita kehidupan berbangsa saat ini, meneladani apa yang telah dilakukan oleh para petinggi-petinggi bangsa kita terdahulu. Bukankah perbuatan itu lebih menghasilkan hal yang nyata ketimbang ucapan? (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved