Waspadalah
SEJAK Mahkamah Konstitusi(MK)memutuskan pemilihan umum legislatif (Pileg) memilih orang, pemilu menjadi makin riuh rendah.
BANJARMASINPOST.CO.ID - SEJAK Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan pemilihan umum legislatif (Pileg) memilih orang, pemilu menjadi makin riuh rendah.
Persaingan antarcalon anggota legislatif (caleg) makin sengit. Jangankan antarparpol, antaranggota parpol yang sama pun bisa bersaing ketat. Kebanyakan dari mereka memang lebih memperhitungkan rekan sekandang daripada kader parpol lain.
Dulu, partai yang menentukan nomor urut caleg. Calon bernomor urut kecil bisa ongkang-ongkang kaki. Sementara calon bernomor sepatu (nomor besar) harus menunggu nasib. Sekarang semua punya peluang, tak heran kalau semua calon menonjolkan dirinya.
Foto caleg betebaran. Yang kaya bisa pasang baliho, yang tidak kaya cukup pasang gambar. Pohon di pinggir jalan menjadi pilihan utama. Paku segala macam ukuran digunakan untuk memasang gambar.
Mereka tidak peduli paku itu merusak pohon. Tak ada rasa kasihan terhadap kerusakan lingkungan yang telah memberikan keteduhan.
Belum terhitung paku-paku yang ditancapkan untuk kepentingan promosi berbagai produk. Kalau paku-paku itu dicabuti dari semua pohon, berapa ton paku itu terkumpul. Di Indonesia ibaratnya tidak ada pohon di pinggir jalan tanpa dilukai oleh paku. Tampak sekali rendahnya kepedulian warga negara ini ini terhadap lingkungan.
Para caleg tahu itu melanggar. Petugas kebersihan sudah berusaha mencopoti, tetapi caleg-caleg tetap melakukannya.
Aksi itu tidak menambah indah, sebaliknya menjadikan pemandangan compang-camping. Meski pemerintah melarang demi keindahan kota, tidak semua patuh aturan.
Belum ada penelitian, berapa persen pemilih yang tertarik lewat pemandangan itu. Namun, makin banyak foto caleg yang dipasang, warga biasanya justru makin sebal, tidak peduli.
Dari aksi itu menunjukkan para caleg tidak patuh pada hukum, tak peduli lingkungan. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. Nah bagaimana jadinya kalau orang-orang seperti itu menjadi wakil rakyat.
Tidak beda jauh dengan yang sudah duduk di legislatif sekarang ini, banyak yang korup, aji mumpung dan masa bodoh dengan kepentingan rakyat.
Kalau rakyat berharap anggota DPR mendatang lebih baik dari sekarang memang hanya mimpi. Sebab 90 persen caleg adalah mereka yang sekarang duduk di DPR/DPRD.
***
Sikap para caleg juga tidak berbeda dengan yang sebelumnya.M enyerang pihak lain, menjelek-jelekkan dan menghina. Itu juga mewarnai kampanye para pentolan parpol. Kelihatan sekali mereka tidak percaya diri terhadap kekuatan partainya. Politik uang dan politik sembako masih mewarnai kampanye kali ini.
Perilaku caleg juga tidak berubah. Tidak cukup kampanye lewat dunia nyata, mereka juga banyak yang berkampanye lewat dunia lain.
Ada yang berendam di sungai yang dipercaya punya daya magis, ada yang minta keberuntungan di kuburan atau tempat ‘bersejarah’ lainnya. Situs yang dianggap ‘keramat’ juga ramai dikunjungi caleg karena diyakini bisa membawa keberuntungan.
Untuk mengantisipasi ‘semangat’ para caleg, sejumlah Rumahsakit Jiwa (RSJ) kini siap menerima pasien yang tidak bisa menerima kekalahan. Ini persis seperti Pemilu 2009 lalu. RSJ di Surabaya menyediakan lebih dari 300 tempat tidur. Di Bengkulu juga disediakan 200 tempat tidur.
Terus terang orang bisa ragu terhadap caleg seperti itu. Caleg yang kini masih duduk di DPR atau DPRD pun tidak menjanjikan apa-apa.
Caleg DPD lebih membingungkan lagi karena fungsi lembaganya pun tidak jelas. Kehadiran DPD justru menambah berat anggaran dan pekerjaan presiden. Misalnya agenda pidato kenegaraan presiden tiap 16 Agustus. Padahal presiden juga melakukannya di depan anggota DPR.
Kini, pilihlah yang terbaik di antara yang seadanya itu. Tidak asal gambarnya dipajang besar-besar, atau foto-fotonya terpampang di pohon-pohon atau WC umum.
Negara yang semakin kacau ini sebenarnya membutuhkan anggota DPR yang berjiwa pahlawan, bukan penjahat. Tapi apa boleh buat, ada pula tersangka atau mantan narapidana korupsi yang masih menjadi caleg. Ingat peringatan Bang Napi: Waspadalah! (*)