Terlalu Manis untuk Dikenang

LAGI DAN LAGI. Dua institusi bersenjata, TNI dan Polri, kembali bentrok. Insiden terakhir terjadi di Batam

Editor: Dheny Irwan Saputra

LAGI DAN LAGI. Dua institusi bersenjata, TNI dan Polri, kembali bentrok. Insiden terakhir terjadi di Batam, Kepulauan Riau, pada Minggu (21/9) malam hingga Senin (22/9) dini hari. Bentrok yang melibatkan anggota Batalyon Infanteri (Yonif) 134 Tuah Sakti versus personel Brimob Polda Kepri ini, menambah daftar panjang pertikaian antara TNI dan Polri.

Miris mendengar konflik tak berkesudahan antara TNI versus Polri. Padahal, sejarah mencatat TNI dan Polri pernah menjadi satu institusi di bawah naungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Bahkan, jauh sebelumnya, kedua institusi itu meninggalkan jejak sejarah yang membanggakan, yakni sebagai salah satu pilar penting yang berjuang mempertahankan kemerdekaan. TNI dan Polri pernah bersama-sama turun ke medan pertempuran di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Banyak kenangan manis yang diukir pasukan gabungan TNI dan Polri (khususnya Brimob) dalam upaya mengharumkan Ibu Pertiwi. Paling mengagumkan, mungkin, perang satu misi dalam upaya pembebasan Timor Timur tahun 1975, yang dikenal dengan nama Operasi Seroja. Kala itu, Brimob membentuk Detasemen Khusus (Densus) Alap-alap untuk bergabung dengan pasukan TNI lainnya. Timor Timur berhasil direbut menjadi bagian RI, meskipun akhirnya lepas kembali melalui referendum 30 Agustus 1999.

Perjuangan gabungan personel ini membuahkan hasil. Bahkan, disebut-sebut menjadi operasi yang melambungkan nama Indonesia di kancah militer internasional. Dunia kagum terhadap soliditas militer Indonesia, baik TNI maupun Polri.

Kisah heroik kekompakan anggota TNI dan Polri (Brimob) lainnya bisa kita kenang dalam pertempuran berbahaya saat Operasi Trikora di Irian Barat dan Dwikora atau Ganyang Malaysia.

Sangat disayangkan, perjuangan bersama personel ABRI (gabungan TNI dan Polri) demi Negara Kesatuan Republik Indonesia, seolah terlalu manis untuk dikenang. Sehingga, kebersamaan ketika mempertaruhkan nyawa di medan pertempuran, kini lenyap tak berbekas.

Sebaliknya, bibit-bibit permusuhan justru tumbuh dan mengakar, baik di tubuh TNI maupun Polri. Satu insiden kecil pun bisa berujung konflik besar di kedua institusi tersebut. Konflik yang terkadang hingga menelan korban jiwa.

Pendapat dari Indonesia Police Watch (IPW) pun cukup menarik, sebagai upaya menghilangkan bibit-bibit permusuhan TNI dan Polri. IPW menyebutkan sebagian besar bentrokan terjadi antara anggota TNI dengan Brimob.

Menurut IPW, bentrokan terus terjadi karena bibit-bibit potensi konflik di jajaran bawah antara TNI-Polri tidak pernah diselesaikan secara tuntas. Ujung dari akar masalah ini sebenarnya adalah soal ekonomi atau ketimpangan ekonomi. Biaya hidup yang kian tinggi, kerap membuat jajaran bawah, baik TNI maupun Polri terlibat aksi beking-bekingan maupun “jasa pengamanan”.

Untuk mengatasi konflik ini, perlu kesamaan persepsi dan tindakan di kalangan masing-masing petinggi TNI dan Polri. Perlu ketegasan pengaturan dari para elite maupun jajaran bawah supaya tidak terlibat dalam aksi “jasa pengamanan” itu.

Bagi yang terlibat, institusi harus menjatuhkan sanksi keras; PECAT. Tapi, untuk menghilangkan “tradisi jasa pengamanan” ini, juga harus diikuti kesejahteraan yang layak. Negara harus memberikan kesejahteraan yang “pantas” buat anggota TNI maupun Polri di tengah gonjang- ganjing inflasi ekonomi dan tingginya biaya hidup. Petinggi TNI dan Polri pun jangan lagi permisif untuk kegiatan ilegal “jasa pengamanan” ini. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved