Di Atas Langit
ISTILAH petugas partai yang kini melekat pada semua unsur Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebenarnya dipopulerkan oleh masyarakat.
***
Banyak partai yang baru lahir setelah reformasi. Seperti PKB, Hanura, Gerindra, PKS, PAN, NasDem, Demokrat, PBB, PKPI (dua yang terakhir tidak punya wakil di DPR). PDIP, Golkar dan PPP adalah partai yang lahir sebelum reformasi.
Partai-partai yang pernah memenangi pemilu, presidennya adalah ketua umum atau penguasa partai pengusungnya.
Seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati atau Susilo Bambang Yudhoyono. Yang sulit kalau presidennya bukan penguasa partai seperti Jokowi.
Baru sekarang sejak reformasi presidennya bukan pimpinan partai sehingga bisa memikirkan rakyat sepenuhnya. Ini seperti yang terjadi di AS, tugas ketua partai adalah menyiapkan kader untuk diajukan sebagai capres.
Tapi di sini rasanya masih sulit karena pimpinan partai sekaligus pendiri. Dan mereka berambisi jadi presiden. Jadi ada kepentingan yang tak bisa disembunyikan. Bahkan tak jadi presiden pun, tetap ingin berkuasa.
Partai Demokrat di AS berdiri pada 1828 sedang Partai Republik pada 1854. Jejak-jejak pendiri sudah tidak ada. Kepentingan pribadinya tidak berbekas lagi, yang ada idealisme para generasi penerus sehingga tidak ada yang merasa paling berjasa.
Di Indonesia generasi penerus yang bergabung di partai tujuannya baru sebatas cari makan dan kekuasaan.
Istilah petugas partai memang muncul kali pertama dari Megawati saat menugaskan Jokowi sebagai presiden, tapi ini lebih bersifat internal.
Setelah terpilih tentu tidak etis kalau Jokowi disebut sebagai petugas partai karena menafikan hak-hak rakyat. Tidak ada yang lebih tinggi dari presiden selain rakyat. Tidak ada langit di atas langit. (*)