Inilah Foto Paling Berpengaruh dari Abad Pertengahan
Kami berdiri di tengah-tengah Modern Times (Zaman Modern), sebuah pameran baru yang mencatat sejarah fotografi pada abad 20. Dari 30.000 foto simpanan
Fotografer Amerika William Eggleston (lahir tahun 1939) sering kali dipuji karena memaksakan masuknya foto berwarna ke ranah seni murni. Pamerannya yang terkenal di Museum of Modern Art di New York pada tahun 1976 dikecam oleh koran The New York Times sebagai 'pertunjukan [fotografi] yang paling dibenci tahun itu'.
Namun rekan senegaranya -fotografer dokumenter dan pembuat film, Helen Levitt, yang pemalu dan autodidak- juga memainkan peran besar dalam kampanye untuk membuat diterimanya fotografi berwarna. Dalam foto cantik yang diambil tahun 1980 ini, Levitt membingkai seorang gadis kecil berjongkok seperti laba-laba yang meringkuk di dekat trotoar di New York.
Subjek cerita foto mengingatkan pada fotografi hitam putihnya atas jalan-jalan di tahun 1940-an dan 1950-an, yang lebih banyak dikenal orang. Berkat perkembangan pesat kamera portabel, foto jalanan -yang ditandai oleh sikap yang tampaknya lebih biasa terhadap pengambilan foto- menjadi salah satu ragam yang paling penting dan berpengaruh dalam seni media ini di abad ke-20.
Viviane Sassen, seorang seniman Belanda memukau yang dibesarkan di Kenya, mulai terkenal sebagai fotografer dunia mode. Instalasi yang mencolok mata -yang memaparkan sekitar 350 karyanya di bidang ini dari dua dekade lalu- dipajang akhir tahun lalu di Photographers’ Gallery di London. Baru-baru ini, hasil karyanya sebagai fotografer dokumenter -yang sering didanai oleh pekerjaannya memotret dunia mode- juga membuatnya menjadi nama yang dikenal di kalangan seni kontemporer. Dia, sebagai contoh, diikutsertakan dalam pameran utama bergengsi di Biennale, Venesia tahun lalu.
Karyanya terbaru yang muncul dalam pameran di Rijksmuseum, Giallo, berasal dari rangkaian sekitar 50 foto ketika Sassen mendokumentasikan kehidupan 4.000 penduduk sebuah desa terpencil Pikin Slee yang terletak di pedalaman hutan tropis di Suriname, di Amerika selatan. “Ini adalah orang-orang keturunan dari orang-orang Afrika Barat yang dibawa oleh Belanda ke sana sebagai budak,” kata Sassen. “Mereka melarikan diri dari perbudakan dan masuk ke hutan. Di sana mereka mendirikan pemukiman mereka sendiri, dan itulah yang membuat berdirinya desa seperti Pikin Slee ini.”
Seperti Man Ray -yang karya-karyanya dikagumi Sassen (“Ray merupakan contoh menarik bagaimana fotografi dapat menyeberangi berbagai bidang,” katanya)- Sassen juga mampu melompati kemungkinan pertentangan antara fotografi komersial dan seni murni.
“Banyak orang masih memiliki gagasan bahwa artis harus memiliki panggilan yang luhur,” katanya, “seolah-olah kita harus menderita di ruangan kecil kita demi membuat hasil karya yang menakjubkan. Pada saat yang bersamaan juga selalu ada sisi komersial yang gila dari seni. Saya hanya mencoba melakukan apa yang saya sukai –yaitu membuat foto. Seni saya adalah apa yang dekat dalam hati saya, apa yang saya rasakan paling kuat –sementara dunia mode merupakan tempat bermain saya, di sana saya mendapat kesibukan karena saya suka memotret.” (bbc)
