Daun Binahong, Resep Panjang Umur Nenek Yati

Sebagian besar manusia memang hanya dapat bertahan hidup sampai batas usia tertentu

Editor: Eka Dinayanti
tribunjogja/rendikaferrik
Yati sedang duduk sambil memegang KTP yang menerangkan bahwa ia lahir pada tanggal 10 April 1910, di rumah kediamannya di Nologaten, Depok, Sleman, Minggu (2/8/2015). 

Berbagai peristiwa bersejarah, mulai dari rezim penjajahan baik belanda maupun nippon, proklamasi kemerdekaan, gestok (G30S PKI), dari orde lama yang dipimpin oleh Soekarno sampai orde baru oleh Soeharto yang kemudian digulingkan di era reformasi pada tahun 1998.

Kisah hidup Yati berawal ketika ia dilahirkan di suatu kampung, di Samigaluh, Purworejo, pada tahun 1910. Ayahanda Yati, pada masa itu menjabat sebagai lurah yang begitu dikenal.

Keluarga Yati termasuk keluarga yang cukup terpandang, bisa jadi karena jabatan ayahandanya sebagai seorang lurah yang memegang posisi penting dalam pemerintahan kala itu.

Masa kecilnya hampir seluruhnya dihabiskan di Samigaluh. Seperti anak-anak kebanyakan,

Karena kakeknya dulu juga sebagai lurah yang disegani di Samigaluh, Yati jadi memiliki banyak teman bermain. Bahkan tuturnya, Dorodjatun, cikal bakal Sultan HB IX, konon sering bermain bersamanya dulu di Samigaluh.

“Saya masih ingat betul, dulu Mas Dorodjatun, ngarso ndalem kesembilan, sering main ke rumah kakek saya. Kita sering ketemu waktu kecil. Namun ketika saya remaja, beliau tak pernah ke Samigaluh lagi. Setelah dengar kabar, saya kaget, ternyata dia sudah jadi raja di Yogya,” tutur

Tahun-tahun berlalu, Yati menghabiskan masa kecilnya di kampung asalnya, Samigaluh. Beranjak remaja, ia lantas bersekolah di Sekolah Rakyat selama enam tahun.

Baru ketika Yati menginjak usia 20 tahun, pada tahun 1930, ia kemudian bekerja sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit sekaligus sekolah kesehatan milik Belanda, Zending Hospital di Ndoplang, Purworejo.

Tak menunggu bertahun-tahun, pada tahun itu juga Yati menikah dengan suaminya, Suwardi Sasatrosudarmo, yang masa itu menjabat sebagai seorang camat di Samigaluh.

Tiga tahun menikah, ia kemudian dikaruniai anak pertama pada tahun 1933, Yonathan Purwanto, yang sampai sekarang masih hidup dan telah berumur 82 tahun.

Sampai tahun selanjutnya, buah hatinya terus bertambah, Yati dan suaminya dikaruniai enam orang anak selama pernikahannya.

Akhirnya pada tahun 1955, ia pindah ke Yogyakarta, waktu itu suaminya dipindahtugaskan di Kepatihan di pemerintah provinsi DIY.

Dia bersama suami dan anak-anaknya, kemudian tinggal di Berbah, Sleman. Ia terus menetap di Berbah, sampai suaminya meninggal pada tahun 1964. Yati tinggal sendiri bersama ke enam anaknya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved