Waduh Petani Nunukan Ramai-ramai Jual Murah Sawit ke Malaysia, Kenapa ya?
Mereka harus menjual TBS ke Malaysia, meskipun dengan harga yang jauh lebih murah.
BANJARMASINPOST.CO.ID, NUNUKAN - Sudah dua bulan belakangan ini petani di Kecamatan Siemanggaris, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, tidak bisa lagi menjual tandan buah segar (TBS) sawit ke pabrik crude palm oil (CPO) salah satu perusahaan kelapa sawit yang beroperasi di sana.
Abdul Rasyid, salah seorang penampung kelapa sawit masyarakat mengatakan, sejak November 2015, PT Nunukan Jaya Lestari (NJL) tidak lagi mau menerima TBS masyarakat.
“Alasannya minyaknya NJL tidak bagus. Jadi dia tombak sendiri dari kebunnya, dia campur sendiri minyaknya supaya bagus,” ujarnya, Minggu (10/1/2016).
Akibat sudah tidak bisa lagi menjual TBS kepada PT NJL, sempat sebulan masyarakat memilih tidak memanen buah sawitnya.
Selama ini, dari PT NJL petani bisa mendapatkan harga hingga Rp1 juta per ton TBS. Sedangkan jika menjual ke Malaysia, mereka hanya mendapatkan harga Rp 600 ribu per ton TBS.
Mereka harus menjual TBS ke Malaysia, meskipun dengan harga yang jauh lebih murah.
“Sekarang masyarakat sudah mulai menombak, ada yang beli lalu dibawa ke Tawau,” katanya.
Sebagai penampung TBS masyarakat, Abdul Rasyid memfasilitasi hasil panen masyarakat untuk dijual ke Tawau, setiap ada permintaan.
“Kalau ada orang yang mau ambil misalnya 50 ton, kadang-kadang saya kumpulkan selama dua hari. Ada yang mau ambil 30 ton, saya kumpulkan dua hari sawit dari masyarakat ini,” ujarnya.
Masyarakat tidak punya pilihan lain untuk menjual sawitnya selain kepada penampung, untuk selanjutnya dijual ke Malaysia.
“Masyarakat susah menjual Pak. Kalau dia mau bawa ke BSI, susah pengangkutannya. Mahal juga angkutannya. Makanya mereka jual kepada penampung,” ujarnya.
Rasyid memberikan harga Rp 600 ribu per ton kepada petani yang datang kepadanya. Selanjutnya kepada pembeli yang akan membawa ke Malaysia, Rasyid memberikan harga Rp 750 ribu per ton.
Dengan harga seperti itu, Rasyid mengaku hampir tidak mendapatkan keuntungan. Sebab dia juga harus menanggung biaya angkutan hingga ke pengkalan sebelum diangkut naik kapal ke Tawau, Sabah, Malaysia.
Dia mengatakan, sebenarnya masyarakat merasa rugi jika harus menjual TBS ke Tawau dibandingkan harus menjual ke PT NJL. Karena itu, mereka berharap agar PT NJL kembali memberikan kesempatan kepada masyarakat menjual TBS ke pabrik CPO perusahaan dimaksud.
“Harus itu berjalan, biar harga murah NJL terima saja. Biar umpamanya dia kasih turun harga tidak masalah. Saya liihat tidak ada responnya. Mau kasih turun harga tidak ada juga,” katanya.
